14 - Without Epithet

5.6K 753 57
                                    

Surat berisi penjelasan dari Harry tiba. Sirius sudah membacanya, sementara Remus masih belum membacanya. Ia dalam perjalanan pulang dari tempatnya bekerja. Saat ini, Remus bekerja sebagai guru privat atas saran dari Harry dan Sirius. Awalnya ia menolak karna merasa kurang mampu, tapi setelah beberapa lama, ia mulai terbiasa.

Sirius sendiri tidak bekerja, ia punya cukup banyak uang dari harta warisan yang ia terima. Ditambah dengan putusan ia tak bersalah dikeluarkan, semua harta yang disita sudah bisa diambil kembali.

"Jadi, mereka benar-benar mengundang kami ya," pikir Sirius. Ia membaca surat itu sekali lagi untuk memastikan.

"Harry sudah menjelaskan?" Terdengar suara seseorang dari arah pintu kamar.

"Hmm, begitulah," balas yang bersurai gelap, memberikan isyarat untuk mendekat ke yang lebih muda. Yang tentu langsung lakukan olehnya.

"You want to reply or not? To Malfoy of course," tanya Remus.

"Should I reply?" balas Sirius bertanya.

"Just send a reply."

"Okay then."
.

Keempat slytherin kecil sedang menonton pertandingan quidditch, antara ravenclaw dan hufflepuff. Jika tim gryffindor dan slytherin menggunakan berbagai cara yang sedikit kasar dan akan melakukan apapun untuk menang, walau gryffindor masih lebih baik dibanding slytherin yang licik. Maka hufflepuff akan menggunakan cara seadil mungkin, sementara ravenclaw menggunakan otak mereka untuk membuat strategi yang tidak merugikan siapapun. Satu-satunya kesamaan mereka semua adalah mereka berambisi untuk menang.

Bulan depan, Draco dan Harry akan melawan tim ravenclaw. Jadi mereka berdua sekarang, selain menonton, juga sedang mengalisis permainan lawan. Lawan Harry yang berikutnya adalah Cho Chang, dan Harry benar-benar memandangnya intens. Sementara lawan Draco adalah Randolph Burrow, Jeremy Stretton, dan kapten mereka Roger Davies.

"Harry," ujar Theo, sambil mengoyangkan tubuh yang bersurai coklat untuk mendapat perhatiannya.

"Apa?" balasnya, sedikit terganggu.

"Apa kau menyukai seeker ravenclaw? Kau memandangnya intens sekali." Perkataan itu berhasil mendapat pandangan terkejut dari slytherin lainnya.

"Really, Harry?" tanya Pansy yang baru datang dengan Daphne.

"Tentu saja tidak, aku hanya mencoba mengamati cara bermainnya," balas Harry, sedikit gugup dalam menjelaskan.

"Eeh... Kenapa kau gugup begitu?" goda Theo.

"Cho Chang, huh?" gumam Draco, menghela nafas sebelum meninggal kelima temannya.

"Drake, where are you going?" tanya Blaise.

"Toilet," balas Draco tanpa melihat.

"Ikut!" seru Harry, berlari dan merangkul Draco dari belakang.

"Hei, jangan kabur," teriak Pansy yang tak dihiraukan.

"Cih."

.

"Draco.., kau menyelamatkanku," ujar Harry ditengah perjalanan.

"Hmm."

"Kenapa? Kau cemburu," goda Harry, menoel-noel pipi Draco.

"Apa sih, mana ada," balas Draco tak terima. Ia berjalan cepat meninggalkan Harry.

Kebanyakan murid sedang menonton pertandingan quidditch, jadi saat ini lorong sedang kosong. Harry memanfaatkan itu untuk berubah ke bentuk animagusnya dan terbang ke arah Draco. Lalu, hinggap dirambut platina Draco.

Second Chance to Change Life ~ DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang