9 - Quidditch

8.2K 999 79
                                    

Pagi hari yang cerah, tapi tidak untuk murid-murid slytherin yang tak mendapat cahaya matahari pagi. Seperti kemarin, Blaise terpaksa menyiram teman-temannya dengan air untuk membangunkan mereka. Kali ini, Harry juga termasuk salah satunya.

Walau mereka menggerutu karna ini, ketiga slyterin itu tetap mandi dan memakai seragam mereka dengan benar. Mereka juga tiba untuk sarapan tepat waktu dan mengobrol dengan siswi slytherin seperti Pansy dan Daphne yang duduk dekat mereka.

Yang paling banyak dibahas adalah kemampuan terbang milik Harry dan Draco yang cukup bagus untuk anak kelas 1. Mereka tidak terlalu terkejut dan memaklumi Draco, ditambah Theo dan Blaise juga sudah sering melihatnya berlatih terbang dengan sapu terbang dirumahnya. Kemampuan terbang sudah diakui. Tapi Harry, mereka cukup terkejut dengan kemampuannya yang bisa dibilang setara atau bahkan mungkin lebih baik dari Draco.

"Ya, Remus mengajariku dengan baik," balas Harry setelah ditanyai macam-macam oleh mereka. Ia sebenarnya ingin mengucapkan nama Sirius, tapi kurasa itu tidak akan berdampak baik. Ia perlu menangkap tikus itu dan membersihkan nama Sirius dulu.

"Remus?" tanya Blaise.

"Ehm, dia yang menjagaku dari aku masih bayi. Dia juga mengajariku berbagai macam sihir yang cukup berguna," jelas Harry.

Sebenarnya, Remus tidak terlalu mengajarinya sihir. Ia malah lebih melarangnya menggunakan sihir dibanding dengan Sirius, bisa dibilang terlalu protektif. Ia merasa bahwa Harry masih terlalu kecil, walau itu benar, untuk mempelajari sihir dan Harry juga tidak memiliki tongkatnya.

Dan Remus cukup terkejut melihat kemampuan terbang Harry saat ia tak sengaja terlihat terbang dengan sapu lama milik Sirius. Sementara Sirius terlihat bangga dan mulai melatih atau mungkin menjaganya terbang sejak itu.

"Sepertinya dia pengasuh yang baik ya," balas Blaise, melihat yang bersurai coklat itu melamun sambil tersenyum.

"Begitulah," Harry masih tersenyum, sampai sebuah nama yang tak ingin ia dengar keluar.

"By the way, do you have any problem with Proffesor Quirrell?" tanya Theo penasaran.

"Yeah, you avoided him yesterday," lanjut Pansy.

"I.. Yeah.. Aku hanya.. merasakan hal buruk didekatnya," dengan bingung, Harry menjelaskan.

"Hal buruk? Like yesterday?" kali ini Draco yang berbicara.

"Yup, like yesterday," balas Harry, "by the way, kenapa kalian bertanya?"

"Kelas pertama kita diajari olehnya. Jadi kupikir kau mungkin mau mengambil kesempatan untuk bolos?" Theo menyeringai menatap mata emerald didepannya, membuat Blaise yang duduk disebelahnya langsung memukul tangannya.

"Jangan mengajarinya yang buruk-buruk," ujarnya tegas.

"Benar," mata kelabu Draco juga memandang Theo tajam.

"Tapi itu ide yang cukup bagus," balas Harry yang membuat Theo kembali menyeringai.

"Aku tau tempat bersembunyi yang bagus," Theo setengah berbisik. "Ayahku memberitahu sebelum aku kesini."

"Ayo bolos," ajak Harry yang membuat Theo mengangguk setuju. Sementara Draco dan Blaise tampak bertatapan sebelum menghela nafas kecil.

"Kami ikut," ujar Draco yang membuat Theo hendak mengejeknya.

"Untuk memastikan kalian tidak tertangkap," Lanjut Blaise sebelum Theo berbicara.

"Woi, ini masih hari kedua," Pansy menatap mereka berempat dengan tatapan tak percaya, tapi tatapan itu berubah didetik berikutnya.

Second Chance to Change Life ~ DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang