11. Harus Sembunyi!

132 15 0
                                    

HAII APA KABAR SEMUA?

MAAP YA TELAT UPDATE SKSKK

MAKLUM, AKU WRITER BLOK

AKHIRNYA SETELAH MENCOBA MEMPERBAIKI MOOD AKU BISA BUAT SATU CHAPTER SEMOGA KALIAN SUKA YA ^^

Happy reading ❤️

Inara menatap pesan yang dikirimkan Farzan dengan ragu. Pasalnya, Farzan mengajaknya jalan tapi hanya berdua, tidak mengajak Farah. Tentu saja Inara tidak mau, bagaimana bisa ia pergi dengan orang yang sangat Farah cintai. Meskipun Farah tidak cerita, tapi ia tahu.

Inara hanya membuka pesan yang Farzan kirimkan tanpa menjawabnya, ia bingung akan membalas apa. Ia menoleh sebentar, di sampingnya ada Wildan yang sedang asik bermain hp, entah memainkan apa.

Drtt ... Drttt ...

Ponsel Inara bergetar. Gawat, Farzan menelponnya. Ia memilih untuk mematikan ponselnya. Tapi Farzan terus menerornya.

“Astaga, Ra! Berisik. Angkat ngapa!” seru Wildan merasa terganggu.

“Yakin mau diangkat?” tanya Inara.

“Angkat tinggal angkat apa susahnya, Ra?” sahut Wildan merasa gemas.

Inara menyunggingkan senyumnya. “Yakin, nih?”

Wildan menatap Inara dengan kerutan di dahinya. “Siapa, sih?”

Inara menunjukan ponselnya yang masih berdering. “Baca, aja.”

“Far ... Zan Andrew ... Oh,”

“Apa?!” mata Wildan langsung melebar, ia mengambil paksa ponsel Inara.

“Nih, bocah bencong ngapain VC, anjir!” omel Wildan.

Wildan tersenyum picik, ia mengambil bantal dan menaruhnya di paha Inara. Lalu ia menidurkan kepalanya. “Liat aja Ra, gue kasih pelajaran. Berani banget Vc sama lo!”

Inara memutar bola matanya. “Mulai, deh!”

“Diem!”

Wildan langsung mengangkat panggilan dari Farzan. “Ngapain lo VC, Inara?” tanyanya langsung.

Mana Inara?”

“Inara? Mana ya?” Wildan terkekeh.

Wildan mengambil tangan Inara, lalu menaruhnya di kepala. Bermaksud untuk  meng-elus-kan rambutnya. Ia memperlihatkan tangan Inara yang mulus didepan kamera.

“Nih, lagi manjain gue.” kata Wildan pamer.

Dalam hati Inara mengumpat pelan.

“Gue mau ngomong bentar sama Inara. Bisa nggak?”

“Nggak bisa dong! Pake nanya. Lagian, ngapain ajak Inara jalan. Lo nggak bisa liat, kalau gue posesif banget sama Inara?”

Rasanya Inara ingin muntah saja, melihat kelakuan menyebalkan tetangganya ini. Walaupun sebenarnya, jantungnya berdegup kencang.

“Jijik!”

“Dih! Iri bilang masseh!” ledek Wildan tertawa.

“Udah ya, ganggu orang lagi pacaran! Ngerusak suasana banget. Mending lo belajar, sekalian tuh, pacaran sama buku!” suruh Wildan semena-mena.

Baru saja Farzan ingin bicara, Wildan memotongnya. “Oh, iya. Gue cuma kasih tahu, Inara nggak butuh cowok pinter soalnya dia udah pinter.”

Tut ...

AMBIVALEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang