HALLO APAKABAR?
SELAMAT HARI SENIN!!!
Happy reading ❤️
Inara melepas semua seragam yang ia kenakan, lalu dengan cepat ia menggenakan kaos hitam polos dengan celana panjangnya. Ia sudah sabar, ingin memberikan kado ulangtahun untuk Yudha, padahal baru saja pulang sekolah, tapi ia sangat bersemangat. Tangannya menteng kardus kotak dengan lapis biru yang merupakan warna kesukaan Yudha.
Inara berjalan keluar, tidak lupa untuk menutup pintu kamarnya. Sebenarnya ia masih marah dengan Wildan, sebagai bentuk reaksinya ia mematikan ponselnya semalaman, karena ia tahu Wildan pasti menelfon atau mengiriminya pesan yang tidak berguna.
Ketika sampai di pintu masuk, Inara tersenyum lebar melihat Yudha sedang membuka banyak sekali kado dibantu oleh Tante Endah.
Tok tok
“Assalamualaikum ... Paket!” seru Inara.
Yudha yang mendengar suaranya, langsung berlari mendekat dan langsung memeluknya. “Kak, Inara!”
“Hei!”
“Nah, loh, yang dicariin dari tadi pagi. Karena belum kasih kado,” ucap Endah berdiri mendekat.
Inara mengusap rambut Yudha lembut. “Maaf ya, tadi pagi kakak buru-buru berangkat sekolah. Maaf juga, tadi malam nggak datang.” sesalnya.
“Nggak apa-apa kak, harusnya Yudha yang minta maaf. Kakak pasti kecapekan,” tutur Yudha sedih.
“Uluh-uluh adik, kakak.” Inara menguyel-uyel pipi Yudha dengan gemas.
Tetangganya ini sangat manis. Ralat, adik dari tetangganya ini yang sangat manis, bukan kakaknya!
“Mana kak, kado buat aku?” tagih Yudha.
“Ada dong!”
Inara menyerahkan kado yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya. “Nih, kakak bawa.”
“Wah, apa itu? Coba buka nak,” suruh Endah.
“Iya, mah.”
Dengan bersemangat, Yudha membukanya. Matanya langsung melebar saat mengetahui apa hadiah yang diberikan Inara. Ia menjunjung tinggi ke udara. “Mobil listrik!”
Bertepatan dengan itu, pintu kamar Wildan berdecit, dan keluarlah sosok yang membuat Inara kesal. Wildan yang keluar dengan kaos oblongnya. Sempat bertatapan dengan Inara, tapi Inara langsung mengabaikannya.
“Makasih, kak!” seru Yudha kembali memeluknya.
“Sama-sama sayang!” balas Inara senang.
“Heh, cil! Ngapain lo peluk-peluk Inara hah?!” omel wildan mendekat sambil berkacak pinggang seperti perempuan.
Inara memutar bola matanya malas. Ia menatap Wildan dengan raut muka sengit. Ia terus menatapnya dalam, sampai Wildan tidak berkutik.
“Woi! Ngapain lo?” tanya Wildan kesal. Inara menatapnya seperti itu.
“Nak, Ra. Kue semalam masih ada. Kamu mau?” tawar Endah.
Inara langsung mengubah raut mukanya menjadi cerah, ceria. “Nggak usah Tante, yang di rumah masih ada.”
“Kak, ayo ikut Yudha bukain kado,” ajak Yudha menarik ujung kaos Inara.
“Nggak bisa dong, cil.” Wildan menarik tangan Inara untuk ke teras dengan rumah. Walau Inara mencoba untuk memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN (End)
Novela Juvenil||follow dulu untuk update terbaru|| Priyanka Inara siswa nomor satu di SMATUSA yang terkenal akan kepintarannya jatuh cinta pada Wildan Pamungkas, siswa yang terkenal karena tingkahnya yang random juga merupakan tetangganya, tapi cinta Inara bertep...