4. Nggak Boleh Cepu

221 25 2
                                    

HALLO APA KABAR?

CEPET BANGET, TERNYATA UDAH HARI KAMIS

SIAP BUAT VOTE DAN KOMEN DIPART INI?

YUK, VOTE DULU⭐

OKEE, LANGSUNG AJA YA <3

Happy reading ❤️

Kelas terlihat sepi, beberapa siswa pergi keluar. Mereka pergi ke kantin untuk mengisi perut, hanya sebagian siswa saja yang berada di kelas.

Inara sangat menyukai novel. Karena tidak sanggup untuk membeli novel karena harga yang lumayan. Maka ia selalu menyempatkan waktu, entah itu di sudut kelas, ataupun meminjam buku di perpustakaan sekolah.

Derap kaki melangkah, mendekatinya. Membuat Inara terpaksa menutup novelnya dengan gerakan cepat.

"Ra, spidol udah habis. Isi, yuk?" ajak Farah Herning. Perempuan pemilik lesung pipi diwajahnya, yang merupakan sahabat Inara saat di sekolah.

"Mager," balas Inara, kembali membuka novelnya.

"Ish, ayo. Kasian nanti kalau ada guru yang mau nulis, tapi spidol habis!" seru Farah berusaha membujuk.

Inara menutup novelnya dan menaruhnya kembali ke rak. "Yaudah, ayo." Inara mengulurkan tangannya. "Tarik!"

Farah menyunggingkan senyumnya, ia menarik tangan Inara. "Berat, lo!" ledeknya sambil tertawa.

"Masa?" tanya Inara tidak percaya.

Farah tertawa, senang sekali meledek temannya yang satu ini. "Canda,"

Inara mencebik, ia berjalan mendahuluinya. "Jangan cuma satu, ini nggak sekalian?" tanya Inara menjunjung tinggi spidol yang ia temukan di lantai, pasti habis buat main anak laki-laki.

"Iya, sekalian aja, Ra," sahut Farah.

Keduanya berjalan keluar kelas. Di ambang pintu, keduannya terkejut karena mendapati Farzan yang juga ingin masuk kelas.

"Anjir, lo bikin kaget!" seru Farah begitu juga dengan Inara.

Lelaki itu mengabaikannya, matanya tertuju pada Inara. Ia menyerahkan sebotol air mineral padanya.

"Buat lo, Ra. Tadi katanya haus," kata Farzan Andrew lelaki dengan kulit putih bersih, serta tubuh yang tinggi dengan bawaannya yang kalem. Juga merupakan sahabat Inara di kelas.

Inara terkejut mendengarnya. "Tapi aku udah minum tadi. Aku bawa botol minum sendiri, Zan,"

"Lo nggak ngomong, Ra," sahut Farzan, sedikit kecewa.

"Maaf, Zan," sesal Inara. Selalu seperti ini, setiap saat Farzan selalu sigap padanya.

Melihat Inara hanya menunduk, dan Farzan yang diam saja membuat Farah kesal. Ia melipat tangannya ke dada. "Buat gue aja, sini!"

Farah merebut botol itu, dan langsung me-minumnya. Hingga tinggal setengah saja. "Repot banget lo berdua!"

Farzan menghela napas panjang. "Kalian mau kemana?"

"Isi spidol," jawab Inara.

"Ikut nggak?" tawar Farah mendapat anggukan kalem dari Farzan.

Mereka akan mengisinya di ruang TU, atau biasa di sebut ruang tata usaha. Farah langsung mengisinya, sedangkan Inara menulis apa saja yang ia ambil.

"Hvs-nya sekalian, Far," suruh Inara.

"Oke,"

Farzan memilih menunggunya sambil melipat dadanya. Tidak tahu harus berbuat apa.

AMBIVALEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang