25. Kembalinya Tiga Serangkai

99 13 4
                                    

SELAMAT HARI RABU!!!!

APA KABARNYA? SEMOGA BAIK YA✨

Happy reading ❤️

Inara mengambil seragam abu-abu miliknya di dalam tas. Lalu beranjak pergi ke toilet, sendirian. Jam pertama tadi adalah mata pelajaran olahraga makanya ia akan mengganti seragamnya. Kali ini sedikit berbeda karena biasanya ia akan ke toilet bersama dengan Farah, tapi berhubung Farah masih marah padanya perihal Napak Tilas tempo lalu, menyebabkan persahabatannya merenggang hingga sekarang.

Mungkin saja Farah merasa cemburu karena Farzan menyukainya. Tapi demi apapun, Inara tidak ada rasa dengan Farzan yang sudah ia anggap seperti sahabat baiknya. Tapi sudahlah, Inara tidak ingin memikirkannya itu hanya akan membuatnya semakin sedih.

Padahal saat di kelas, teman Inara cuma Farah dan Farzan. Jadilah ketika di tinggal seperti ini, ia tidak punya teman.

Setelah keluar dari bilik toilet, Inara membasuh wajahnya di wastafel yang ada di toilet, juga terdapat kaca yang sangat besar. Ia menatap dirinya di cermin. Di detik berikutnya ia menghembuskan napasnya, rasanya sangat membosankan jika setiap hari seperti ini. Ia merindukan ocehan Farah.

Kelas masih nampak sepi, hanya ada beberapa siswa di dalam. Pasti mereka sedang pergi ke toilet atau ke kantin untuk makan. Matanya menatap Farah yang juga menatapnya. Ia hanya melempar senyum.

"Hai, Ra," sapa Farah terlihat canggung.

Inara tersenyum tipis. "Hai,"

"Gue ... Minta maaf Ra," ucap Farah.

Baru ingin menjawab, Farzan berada di belakangnya. Membuat Inara merasa canggung, takut kalau Farah akan marah lagi padanya.

"Gue juga Ra," timpal Farzan dengan tatapan dingin seperti biasanya.

"Ini salah gue. Gue nggak tahu kalau Farah suka gue dari lama," imbuhnya.

"Dan, ya. Farzan suka sama lo," ujar Farah.

Inara sendiri masih diam, ia ingin mendengar apa yang mereka katakan.

"Gue nggak punya hak untuk ngelarang Farzan buat suka siapa aja, termasuk lo Ra. Maaf gue udah egois,"

"Saking cemburunya, gue sampai nggak mau bicara sama lo, padahal lo nggak ngapa-ngapain," sesal Farah.

Inara tersenyum senang, ia merangkul pundak Farah. "Gak papa, kamu itu temen aku mana bisa aku marah?"

"Wajar kok, kalau kamu cemburu. Mana aja sih, cewek nggak cemburu liat cowok yang disukai malah milih yang lain?"

Inara mendadak terdiam, ia seakan berkata pada dirinya sendiri, bukan pada Farah. Karena selama ini ia juga sering cemburu saat Wildan lebih memilih Jenny.

"Untuk Farzan, aku minta maaf. Tapi kamu itu udah aku anggap temen sama seperti Farah," ujar Inara terang-terangan.

"Ah, sahabat. Ya, kalian berdua itu sahabat aku, 'kan?" ralat Inara tersenyum.

Farzan menerima ucapan yang keluar langsung dari mulut Inara dengan lapang dada. Walau hatinya terasa sedikit terluka, tapi cinta memang tidak bisa dipaksakan bukan. Padahal selama ini, ada seseorang yang menantinya, tapi ia tidak peka.

"Gue tahu, Ra. Lo nolak Farzan demi cowok itu, 'kan? Yang malem-malem ke rumah lo minta makan?" tanya Farah tertawa.

Inara pun, ikut tertawa mengingatnya. "Haha, iya Far,"

"Tapi Ra. Gue pastiin, Farzan bakal klepek-klepek sama gue, ya, 'kan?" Farah mencolek dagu Farzan dengan gemas.

"Dih, apaan lo!" cibir Farzan menjauhkan dirinya.

"Mau kemana ih!"

Inara yang melihat keduanya berakhir dengan kejar-kejaran membuatnya tertawa senang. Senang karena hubungan mereka bertiga sudah membaik, juga saat melihat mereka berdua kejar-kejaran seperti anak kecil.

Dari pintu depan, Yusuf menatap Inara yang tertawa lepas. Hatinya menghangat, akhirnya ia melihat tawa dan senyum itu dari Inara. Sudah ada sekitar satu mingguan saat hubungan persahabatan mereka renggang, saat itu juga senyum manis Inara tidak terlihat. Hal itu juga membuat Yusuf sedih, tapi untungnya Inara kembali ceria lagi.

Tapi, siapa lelaki yang Farah maksud? Apakah itu orang yang sama saat Yusuf ke rumah Inara untuk mengantar Mamanya pulang. Saat itu ia memang tidak melihat siapakah orang yang masuk ke kamar dengan Inara, ia juga tidak melihat pasti apakah perempuan atau laki-laki.

Yusuf jadi berpikir keras, apa benar Inara sudah memiliki pacar? Tapi itu tidak terlihat sama sekali di wajah Inara.

"Dor!"

"Mikirin apa lo?" tanya Putri mengikuti arah mata Yusuf.

"Ceilah, pas banget Cup! Nih, besok dateng sama Inara ya," ujar Putri menyerahkan semacam undangan ulangtahun.

"Kapan?" tanya Yusuf menerima undangan itu.

"Masih seminggu-an sih, jangan lupa dateng. Ada Edwin juga," ucap Putri.

"Siap, Put!"

Acara kejar-kejaran Farah dan Farzan berhenti. Farah mendekati Inara dengan napas ngos-ngosan dan terbatuk beberapa kali karena tertawa.

"Pelan-pelan Far, jangan lari-larian," saran Inara mengusap bahu Farah yang kedua tangannya memegangi lutut.

"Hehe," Farah tertawa sedangkan Farzan? Lelaki itu juga tampak ngos-ngosan tapi bisa mengatur wajahnya dengan baik.

"Gess, jangan lupa datang ya!" seru Putri menyerahkan undangan itu pada Farah, Farzan, dan Inara satu persatu.

"Wah, oke, siap!" sahut Farah bersemangat.

"Selamat ya, Put. Pasti datang kok," timpal Inara tersenyum.

"Ucapin nya besok aja Ra," balas Putri dengan senyuman.

"Hehe, oke."

"Lo, dateng, 'kan?" tanya Putri pada Farzan.

Farzan melirik sekilas. "Iya."

"Oke, makasih ges!!"

Inara membuka undangannya saat Putri pergi memberikan pada teman yang lain. Ia begitu takjub, padahal cuma karu undangan tapi sangat mewah dan aestetic di sana tertulis bahwa drees code nya memakai warna hitam dan putih. Ini pas sekali dengan karakternya Putri.

"Besok berangkat bareng aja," ujar Farah.

"Kalian aja ya, ini acaranya malem. Jadi mending aku naik taksi," tolak Inara karena pasti tidak boleh diizinkan oleh Mamanya jika pergi malam menggunakan motor sendirian.

"Yah, berarti gue sama Farzan dong," senggol Farah pada bahu Farzan.

"Hm, iyain Far," sahut Farzan.

"Yeay!!!"

Yusuf berjalan mendekat, tubuhnya yang menjulang tinggi membuat mereka harus mendongakkan kepalanya, untuk menatapnya.

"Bareng gue ya, Ra," ajak Yusuf.

"Boleh," jawab Inara, dengan ini ia berharap agar Farah tidak salah paham lagi dengannya. Toh, Yusuf memang baik jadi tidak ada salahnya.

Next?

AMBIVALEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang