12. Cinta tak Selamanya Indah, Dek!

131 15 0
                                    

EYYOO GAISS!!!

APA KABAR? SEMOGA SELALU BAIK YAAA🦋

HARI INI AKU BAKAL KENALIN TOKOH F3 NIH SAMA KALIAN

SIAPA SIH F3 ITU??

BUKAN YANG DI SERIES THAI YA😭👍

YANG ITU F4 XIXI

YUK LANGSUNG AJA KENALAN WKKW

Happy reading ❤️

“Kalau seperti ini sudah benar belum ya, Bu?” tanya Inara menyodorkan sebuah buku besar miliknya.

Bu Yuni membenarkan kacamata miliknya. Mengecek dengan teliti, beliau menghembuskan napasnya pelan. “Masih belum benar, nduk. Coba diteliti lagi.” katanya tersenyum manis.

Inara mendegus ini sudah ketiga kalinya, ia manju ke depan untuk menanyakan apakah jawabannya benar atau tidak. Pasalnya, kali ini pelajaran akuntansi terasa sulit. Karena, Bu Yuni sama sekali tidak memberikan contoh terlebih dahulu. Sengaja, beliau ingin memberi hukuman kepada seluruh siswa IPS 1 karena Minggu kemarin berani berbohong.

Akhirnya, mereka semua diberi soal akuntansi dengan level yang hot. Sebenarnya, ini soalnya hampir sama dengan materi yang terlah Bu yuni sampaikan Minggu lalu, hanya diganti dengan angka yang berbeda saja. Tapi entah kenapa jawaban Inara selalu salah.

“Gimana Ra?” tanya Farah, begitu melihat Inara duduk disebelahnya.

“Masih salah,” keluh Inara.

“Yah ... Gimana nasib gue nantinya?” Farah menaruh kepalanya ke meja. Ia sudah pasrah, jika memungkinkan ia akan mengangkat tangannya ke atas dan menyatakan bahwa dirinya kalah. Tapi ia tidak bisa mengangkatnya.

Inara menarik napasnya lelah, lihat saja pekerjaan yang Farah lakukan. Membuat tabel saja masih salah, bagaimana mau mengerjakan. Dasar, sahabatnya ini.

Inara merasakan kursinya yang terdorong. Ia membalikan badan, mendapati Farzan yang penuh tanya. “Belum bener, Zan,”

“Kerjain bareng aja, Ra,” usul Farzan.

Inara mengangguk, tidak masalah. Ia memutar kursinya ke belakang. “Oke!”

Farah juga mengikutinya, walau dengan gerakan yang lambat. Sepertinya memang sudah muak dengan pelajaran akuntansi yang mematikan ini.

“Ra, ini masuknya ke kas, atau  kredit?” tanya Farzan bingung.

“Kredit. Itu udah bener kok, Zan. Tapi nggak tahu angkanya. Coba kamu tanya Bu Yuni,” saran Inara, karena jawaban mereka berdua sangatlah berbeda.

“Iya, Ra,” Farzan berdiri dan menanyakan jawabannya.

Sambil menunggu Farzan kembali, Inara mencoba mengerjakannya. Jika dibandingkan dengan matematika, ia akan lebih memilihnya daripada pelajaran akuntansi.

“Duh, gimana sih, ini kok, pada salah.” Bu Yuni mendekat ke meja mereka.

“Inara, punya kamu sebenarnya sudah benar. Hanya saja kamu kurang teliti, dicoba lagi,” suruh Bu Yuni.

“Baik, bu.”

“Ayo, semua juga mengerjakan. Jangan bermalas-malasan!” perintah Bu Yuni dengan tegas membuat beberapa murid yang tidur langsung terbangun.

Inara dan Farzan kembali berkutik, mencoba mengerjakan dengan teliti. Tanpa disangka, tiba-tiba Farhan mendekat, membawa buku besar miliknya dan duduk di samping Farzan yang kebetulan sebelahnya kosong.

AMBIVALEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang