HAI, SELAMAT HARI SENIN!!!
PADA SEKOLAH NIH, PASTI.
HARI INI JADWAL UP YA🤗
HOPE U ENJOY ✨🦋🧚
Happy reading ❤️
Peluit panjang dibunyikan, pertanda bahwa permainan segera dimulai. Ariel mulai melambungkan bola voli. Hari olahraga nasional telah tiba, para murid SMATUSA sangat antusias untuk ikut serta meriahkan acara ini setiap tahunnya.
Kali ini, giliran olahraga voli. Perwakilan dari anak IPA maupun IPS yang memilih ekstra voli. Dari anak IPS, ada Ariel sebagai ketuanya, dilanjut anggota yang lain, ada Tito, Farhan, Sam, Malik, dan Aldo dari kelas IPS dua. Sedangkan dari IPA, entah Inara tidak begitu mengenal.
Penonton mulai bersorak saat Sam mendorong bola itu dengan cepat. Inara sampai tutup kupingnya, karena Farah berteriak menyemangati mereka. Saking semangatnya, Inara sampai diajak menonton tepat dipinggir lapangan itu, memang tidak ada aturan tetap.
Tapi Inara tidak suka, bagaimana jika bola itu meleset dan mengenainya. Tapi Farah memaksanya, padahal ia juga tidak terlalu suka menonton ramai-ramai seperti ini. Ia lebih suka menonton dari jauh.
"Far, udah ayo ke belakang aja," ujar Inara menutupi dahinya dengan tangan dengan posisi seperti hormat saat upacara, karena memang panas.
"Ih, Ra. Nikmati aja kaya gue nih ... SEMANGAT JENG JENG JENG ANAK IPS PASTI MENANG!!"
Inara bergidik ngeri nada dengan kalimat yang Farah lontarkan tidak nyambung. Cuaca semakin panas, lebih baik ia mundur aja.
"Far, aku mundur," ujar Inara berniat ke belakang tapi dicekal.
"Gak! Disini aja Ra!" seru Farah menahan Inara.
Farah memegang bahu Inara dan mencengkram nya erat. "Lo tahu nggak Ra, disini enak tahu bisa liat cogan main voli, Lo nggak lihat itu ... "
"WOI AWAS!!"
Farah dan Inara refleks menoleh, kedua mata mereka membulat saat melihat bola yang mengarah kepada mereka. Percuma, mereka tidak bisa menghindar.
"AAAA!"
Tubuh Inara langsung jatuh ke tanah, kepalanya terasa nyut-nyutan, pandangannya mulai mengabur dan ia mulai tidak sadarkan diri.
Dari arah sebrang, ada Wildan yang ingin melangkahkan kakinya untuk menolong Inara, tapi baru satu langkah ia terhenti. Ia tidak bisa menolongnya di sekolah, nanti semua akan ketahuan.
Tapi, Yusuf mendekatinya begitu tahu yang pingsan itu Inara. "Ra ... Ra ... "
Panggil Yusuf menepuk-nepuk pipi Inara, berharap segera sadar. Nyatanya Inara tidak bangun, ia benar-benar pingsan. Tidak ada cara lain, Yusuf menggendong Inara ala bridal style untung saja langkah Yusuf cepat, mungkin karena tubuhnya yang menjulang tinggi.
"Buruan, ikut gue!" suruh Yusuf pada anak PMR yang sedang bertugas.
Sesampainya di uks, Yusuf langsung menidurkan Inara. Sambil terus menepuk pipinya. "Ra, bangun ... "
Inara antara sadar dan tidak sadar. Ia mendengar suara Yusuf, tapi kelopak matanya tertutup rapat. Ingin membukanya tapi tidak bisa, sepeti ada lem yang menempel pada matanya.
Inara merasakan kepalanya yang terasa pusing. Seperti berputar-putar, ia tidak tahan. Ini pasti gara-gara tadi pagi ia lupa untuk minum obat penambah darah. Ia sering meminumnya karena darah rendah, belum lagi hari ini ia sedang kedatangan bulan. Lengkap sudah deritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBIVALEN (End)
Novela Juvenil||follow dulu untuk update terbaru|| Priyanka Inara siswa nomor satu di SMATUSA yang terkenal akan kepintarannya jatuh cinta pada Wildan Pamungkas, siswa yang terkenal karena tingkahnya yang random juga merupakan tetangganya, tapi cinta Inara bertep...