36. Pulang Bareng Ariel

104 15 0
                                    

HAI APA KABAR SEMUA^^

GIMANA KALAU VOTE DULU SEBELUM BACA?

AKU UP DUA KALI LOH MINGGU INI😍

JANGAN LUPA BUAT KOMEN SETIAP PARAGRAF YAA

PANGGILAN TELEPON AKU TARUH DIATAS, BISA DILIHAT YA, SEBELUM BACA😊

Happy reading ❤️

Inara menendangi bebatuan yang ada di jalanan. Matahari mulai tenggelam, tapi ia belum sampai rumah. Bahkan jalanan juga terlihat sangat ramai, jam-jam segini memang banyak orang yang baru pulang bekerja. Tadinya, ia hanya ingin menjemput Mamanya di toko tanaman hias tempat Mamanya bekerja. Tapi ketika sampai disana, pekerjaan belum selesai. Masih banyak tanaman yang harus diantar, tetapi tidak ada kendaraan.

Alhasil, ia yang mengalah, motornya digunakan untuk mengantar barang dagangan. Ia juga terpaksa berbohong kepada Mamanya untuk mengatakan bahwa akan pulang naik ojek, padahal nyatanya ia tidak bawa uang. Tas selempang miliknya hanya ada ponsel dan satu ikat rambut.

Sebenarnya, bisa saja ia menelfon Wildan untuk menjemputnya. Tapi ia merasa gengsi, karena dari kemarin ia sendiri yang bersikap cuek pada Wildan karena Wildan  menceritakan Jenny dengan penuh semangat.

Tin ...

Suara klakson mobil membuatnya terlonjak kaget, ia memegangi dadanya yang berdebar-debar. Matanya menatap mobil yang berhenti tepat di depannya. Sepertinya ia tidak asing, mobil itu ia pernah melihatnya.

Jangan-jangan ...

Ariel!

Inara tambah terkejut, belum selesai ia menerka-nerka pemilik mobil itu keluar. Ariel berjalan mendekatinya dan semakin dekat.

"Inara?"

"Ngapain lo jalan sendirian?" tanya Ariel berdiri dihadapan Inara.

"B-bukan urusan kamu!" sentak Inara tanpa mau melihatnya.

Ariel tertawa mendengarnya. "Ayo gue anter pulang."

"Nggak usah, makasih." Inara berjalan meninggalkan Ariel.

"Tunggu," cegah Ariel mencengkram tangan Inara kuat.

"Lepas!" seru Inara tidak suka.

"Oke, Sans,"

"Gak baik cewek jalan sendiri malam-malam," ujar Ariel.

"Masih sore," koreksi Inara.

Memang benar, 'kan? Mungkin matahari sudah tenggelam, tapi bukan berarti sudah malam. Tapi menuju malam.

"Jadi gimana, mau bareng gak?" tanya Ariel tidak suka basa-basi.

Inara menimang-nimang ajakan Ariel. Disatu sisi ia memang membutuhkan tumpangan karena jarak untuk ke rumahnya masih jauh, tapi mana mungkin ia satu mobil dengan lelaki brengsek bernama Ariel.

Inara melirik Ariel yang sudah membukakan pintu mobil untuknya. Ia bingung, bibir bawahnya ia gigit. Tidak ada pilihan lain. Ia membawa kakinya melangkah memasuki mobil.

"Silakan masuk tuan putri," ucap Ariel menyunggingkan senyumnya.

Begitu masuk Inara langsung memakai sealt belt. Entah hanya perasaanya saja atau bagaimana ia merasa sangat dingin, kedua tangannya kedinginan. Apa karena ac-nya?

"Jalan lurus ke depan, nanti ada minimarket berhenti. Rumahku di belakangnya," ujar Inara memberitahukan alamat palsunya.

Sengaja ia tidak memberitahu alamat aslinya, takut akan ketahuan jika bertetangga dengan Wildan.

AMBIVALEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang