18. Isi Hati Serta Retaknya Persahabatan

154 14 22
                                    

HALLO APAKABAR???

HARI SENIN BERARTI JADWALNYA UP YA🤗

KALIAN PUNYA BESTIE?

Happy reading ❤️

Gerombolan siswa SMA Tunas Bangsa, memasuki area aula, seperti yang diperintahkan oleh Pak Nurdin selaku kepala sekolah. Tangan Inara ditarik paksa oleh Farah, agar bisa duduk paling depan. Katanya, agar bisa melihat cogan-cogan dalam jarak yang dekat. Kebetulan anak kelas 12, menempati kursi paling depan, dan duduk laki-lakinya dan perempuan saling berhadap-hadapan.

Inara mendesis, saat Farah menabrak orang-orang hanya agar mendapat kursi paling depan. Bahkan, Putri sudah menegurnya, karena Farah terlalu bar-bar.

"Santai, dong Far. Kasian yang mau duduk," tegur Putri yang duduk disebelahnya.

"Hehe, iya."

Inara hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang super heboh hanya perkara duduk saja. Baru saja, Inara ingin mendudukkan pantatnya ke kursi, matanya menangkap sosok Wildan yang juga menatapnya. Tidak berlangsung lama, Wildan langsung mengalihkan pandangannya begitu pun dengan Inara.

"Selamat pagi murid-murid!" sapa Pak Nurdin dengan senyum secerah mentari pagi.

"Pagi pak!" sorak murid SMATUSA dengan kompak.

"Seperti yang kalian ketahui, tahun-tahun sebelumnya. SMATUSA selalu mengadakan Napak tilas. Tapi sudah ada sekitar tiga tahun lamanya tidak diadakan."

"Maka dari itu, hari ini bapak mengumumkan bahwa napak tilas perjalanan menanam pohon akan dilaksanakan tahun ini."

Sorak-sorak murid begitu menggema. Mereka sangat bergembira, walau sebenarnya sudah ada beberapa guru yang membocorkan kegiatan ini saat sedang mengajar. Tapi tetap saja, ini adalah pengumuman yang menyenangkan.

" ... Dan ya, kita akan melaksanakan Minggu depan, tepatnya hari Senin. Bapak, mengizinkan kalian mengendarai sepeda motor. Tapi, lebih baik jika berboncengan. Agar tidak memenuhi jalan."

Pada murid kembali bersorak gembira.

"Pak! Boleh boncengan sama ayang nggak?" tanya Wildan setengah berteriak.

"Ayang?" ulang Nurdin.

"Pacar pak!"

Pak Nurdin malah tertawa. "Memang kamu punya pacar?" tanyanya mengudang gelak tawa dari teman-teman Wildan.

"Sialan!"

"Yasudah, hanya itu yang ingin bapak sampaikan. Selamat pagi, dan selamat belajar!"

Tangan Inara kembali ditarik oleh Farah untuk kembali ke kelas. Ia mendegus pasrah, terserah Farah saja.

"Far, besok pas Napak tilas bareng ya?" ajak Inara dalam perjalanan menuju kelas.

"Ututu ... Yakali nggak mau," balas Farah gemas.

"Tapi Ra, nanti dulu deh. Gue, sebenarnya mau nebeng seseorang." kata Farah jujur.

"Siapa?"

"Nanti juga lo tahu,"

Farah tersenyum lebar saat memasuki kelas. Sudah ada orang yang juga menunggunya, ini sangat pas.

"Nah, itu Ra!" seru Farah menunjuk Farzan.

Mereka berdua pun mendekatinya. Sepertinya Inara sudah tahu, kalau Farah ingin bersama Farzan besok. Nasibnya, memakai motor sendiri kalau seperti ini.

"Lo berdua lama banget," ujar Farzan yang sedari tadi menunggu dua temannya.

"Biasalah, sambil ngobrol," balas Inara tersenyum.

"Eh, iya Ra ... "

"Zan, besok pas Napak tilas nebeng ya!" kata Farah berseru senang, pasti akan sangat menyenangkan.

Senyum Farzan memudar, ia sudah tahu akan seperti ini makanya tadi ia ingin cepat-cepat bicara, tapi keduluan sama Farah.

"Tapi Far, gue baru aja mau ajak Inara," ungkap Farzan membuat keduanya terdiam.

Termasuk seisi kelas yang langsung terdiam, padahal tadi sangat ramai.

"Apa?!" pekik Farah tidak menyangka, padahal selama ini ia selalu bersama Farzan.

"Wadu ... Cinta segitiga nih," sindir Farhan datang dengan Yusuf.

Inara yang mengerti pun, langsung menolak. "Nggak apa-apa Zan, aku naik motor sendiri aja."

"Tapi Ra ... "

"Kamu sama Farah aja. Sudah biasanya juga, 'kan sering berangkat bareng."

"Uwow ... Tadi gue denger-denger sih, Farah pengen banget nebeng sama lo, Zan," kompor Putri dengan gerakan mulut yang dibuat-buat.

Farzan berdecak, kenapa pada ikut campur seperti ini. "Lo sama gue aja. Ra,"

"Woi, Zan. Peka dikit kek, harusnya lo tahu kenapa Farah ngebet banget pengen sama lo," cibir Putri. Ia tahu, karena ia juga perempuan.

Farah terdiam mendengar cibiran Putri. Apa temannya itu tahu kebenarannya bahwa ia menyukai Farzan. Ya, memang benar, sudah dari lama ia menyukai Farzan. Kebetulan selama ini, rumah mereka satu arah, tidak jarang ia nebeng dengan Farzan, entah mengapa perasaan itu timbul. Walaupun Farzan sedikit cuek, tapi ia menyukainya.

"Jangan-jangan, lo suka lagi sama Inara?" tuding Putri tepat sasaran.

Farzan langsung diam tidak berkutik. Membuat Farah sakit hati. Jadi memang benar kah?

Tangan Farah terkepal, ia tidak mengetahuinya. Padahal selama ini, Farzan terlihat cuek dengan Inara. Walau memang mereka bertiga berteman, tapi ia tidak menyangka.

Inara yang mengerti suasana, merasa tidak enak. "Aku pake motor sendiri,"

"Zan, sama Farah aja," suruh Inara menatap Farah.

Perasaan marah, kesal, dan kecewa. Campur aduk jadi satu. Farah tidak menyukai perkataan Inara yang menyuruh Farzan untuk berboncengan dengannya. Apa Inara sengaja mengalah, agar mendapat simpati darinya?

Apa-apaan ini, Farah tidak menyukainya. Inara seakan menjatuhkannya. "Nggak usah nolak Ra. Kalau mau, ya mau aja." lirihnya.

"Nggak gitu. Far," Inara mencoba memegang tangannya namun segera ditepis oleh Farah.

"Lo gimana sih, bro!" Farhan merangkul bahu Farzan sok cool.

"Harusnya lo tahu, persahabatan antara cowok dan cewek. Bullshit kalau salah satunya nggak ada rasa." kata Farhan.

"Dan kisah lo ini cukup rumit," bisiknya.

Sialan. Inara sedikit tersinggung dengan ucapan Farhan. Kisahnya dengan Wildan, juga persis seperti itu, dan yang kalah dalam permainan ini adalah Inara. Karena hanya dia yang menyimpan rasa.

"Bisa jadi juga, Farzan sama Inara ada rasa." kata Putri sok tahu.

"Gak!" bantah Inara mentah-mentah. Bukannya meredakan, Putri malah membuatnya semakin keruh.

"Nggak usah pada ribut!" seru Yusuf melempar jeruk yang ia ambil dari ruang guru ke arah Inara. Membuat Inara kewalahan untuk menangkapnya.

"Lo juga Put, sejak kapan lo suka ikut campur urusan orang lain?" tanya Yusuf mendekat.

Yusuf menatap Farzan sebentar, ia tidak pernah dekat dengan lelaki ini saat di kelas. Tapi ia tahu satu hal, bahwa selama ini Farzan menyukai Inara. Terlihat bagaimana setiap harinya, Farzan menatap Inara.

Yusuf beralih menatap Inara yang menunduk, sambil memutar-mutar jeruk yang ia berikan. Pasti sedang gugup setengah mati, takut kalau-kalau Farah akan membenci dan menjauhinya.

Lucu!

Ujung bibir Yusuf terangkat, meimbulkan seulas senyumnya. "Tenang aja, besok biar gue yang bonceng Inara,"

ASIK nih, si Ucup 🤗

Next?

AMBIVALEN (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang