Part 50 || Dari Tetangga Jadi Rumah Tangga

444 53 6
                                    

•~~~•

.

.

.

Assalaamu'alaikum!

Alhamdulillaah ... Atas izin Allah, Pasha bisa lanjut buat cerita ini.

•Dari Tetangga Jadi Rumah Tangga•

Semoga kalian suka sama ceritanya, semoga ada hikmah yang bisa kita ambil juga dalam cerita ini. Jangan lupa votment-nya yaa, biar Pasha makin semangat buat nulisnya. Terima kasih untuk kalian semua.

Don't forget, tetap jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama dan favorite kita yaa. 💖

- HAPPY READING -

ACHA & DEVAN

.

.

.

***

Biarkan waktu yang menjawab. Dan, biarkan waktu yang menguji cinta siapa yang sanggup bertahan. Apakah aku yang akan pergi jauh darimu, ataukah dia yang akan selalu ada untukmu?

***

   Acha membuka mata tepat tatkala jarum menuju angka dua dini hari. Dia mengerjap dua kali. Lalu, setetes air lolos dari matanya. Punggung tangan Acha menyeka pipinya yang basah teraliri air mata itu.

   Acha mendudukkan tubuhnya, mengernyit tidak paham. Dalam kesadaran, dia tidak merasa perlu bergundah hati hingga terisak atau tersedu. Namun, sepertinya alam bawah sadar ingin bermanja ria dengan luka yang timbul.

   "Kak Devan." Acha melirih tanpa sadar. Dia masih linglung. Mencari sebab utama air mata lolos dari pelupuk dalam ketidaksadarannya. Namun, acap kali Devan muncul dalam gelap kelopak mata.

   "Kak Devan mau ninggalin Acha lagi?" Kini, dirinya terisak. Tak kuasa untuk mencegah air mata itu agar tidak turun.

***

   Pagi hari menyapa. Akhirnya, tibalah hari ini. Hari terakhir Devan berada di Jakarta. Beberapa jam lagi, dia akan kembali pergi ke Magelang. Dan, akan kembali ke Jakarta beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun kemudian. Entahlah, biarkan waktu yang menjawab. Tentunya, semua itu qadarullaah.

   "Devan, kamu udah siap? Gak ada barang yang ketinggalan?" tanya Bu Naya yang muncul dari dapur.

   Devan tersenyum. "Gak ada, Bu."

   "Ini, bekal buat di mobil. Kalau udah sampe, kabarin Ibu, ya?"

   Devan mengangguk. "Pasti." Kemudian menerima bekal itu dan langsung ia masukkan ke dalam tas yang akan dibawa olehnya.

   "Maafin Ibu, ya, Devan," lirih Bu Naya menatap sendu sang anak.

   Devan mengernyit. "Maaf buat apa, Bu?"

Dari Tetangga Jadi Rumah Tangga (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang