15 - Masalah

816 9 0
                                    

"Masih pagi neh Neng, muka udah ditekuk aja," ujar Jenny yang tiba-tiba menghampiriku dari belakang. Hal tersebut membuatku yang tengah menatap layar laptop menjadi kaget.

Sejak kemarin, aku memang dipusingkan dengan urusan naskah dari Pak Raharjo, yang membuatku tidak mood untuk melakukan apa pun. Hingga sampai di kantor pada pagi hari ini pun, aku masih tidak bisa tampil ceria.

"Dasar lo Mak Lampir, ngagetin aja."

"Lagian lo, matahari juga belum sampai atas, mulut udah manyun kayak Bemo. Ada masalah apa sih? Lagi berantem saja Jodi?"

"Nggak, gue baik-baik aja kok sama Jodi."

"Terus cemberut munyu-munyu ini soal apa?" Tanya Jenny sambil memainkan bibirku yang memang sedang tidak berada di posisi biasanya.

"Soal kerjaan."

"Hmm, soal naskah Pak Raharjo?"

"Iya, emang gue lagi ngerjain naskah apa lagi?"

"Emangnya kenapa? Gue pikir ngedit naskah penulis senior kayak dia bakalan gampang."

"Gue pikir juga awalnya begitu, makanya gue akhirnya mau nerima kerjaan ini dari Pak Budi. Ternyata ada satu bagian penting yang lumayan kacau menurut gue."

"Kacau bagaimana?" Jenny yang penasaran pun mengambil kursi entah dari mana dan langsung duduk di hadapanku. Sepertinya ia merasa pegal terus menerus berdiri sejak tadi.

Aku kemudian menceritakan bahwa naskah novel karya Pak Raharjo mempunyai adegan penting pertemuan kembali kedua tokoh utama yang merupakan sepasang kekasih di kota Jogja. Di dalam cerita, kota tersebut merupakan unsur yang krusial karena telah disebutkan sejak awal cerita, dan merupakan tempat pertama mereka berdua bertemu, sehingga sedikit sulit apabila dihilangkan begitu saja dari naskah.

"Aku paham sampai sini, lalu masalahnya apa?" Jenny pun semakin tak sabar untuk mengetahui puncak permasalahan di naskah tersebut.

"Masalahnya adalah, ketika Pak Raharjo menuliskan adegan demi adegan pertemuan kembali mereka di Jogja, hingga akhirnya asmara kembali membara di hati mereka, aku sebagai pembaca tidak bisa membayangkan bahwa itu adalah Jogja."

"Lho kok?"

"Gak tahu deh, feeling gue Pak Raharjo itu udah lama gak ke Jogja atau bahkan mungkin gak pernah ke kota itu sama sekali. Aneh banget sih, gak tahu soal Jogja tapi nulis soal Jogja, hufth."

"Bener-bener gak bisa dihilangkan aja unsur Jogja-nya? Diganti jadi Arendelle gitu? Hee."

"Ya kali Jen. Ini kan genre-nya romance, bukannya fantasi musikal, hahaa."

"Ya, sekalian aja diganti genre-nya kalau gitu. Pas mereka berdua ketemu, tiba-tiba ada Elsa sama Anna lagi bikin manusia salju," Jenny pun mengikik membayangkan naskah novel roman yang dipadu dengan kisah Frozen buatan Disney.

Aku pun tidak bisa tidak tertawa dibuatnya. "Sekalian aja mereka berdua sambil nyanyi Let It Go."

"Tapi serius deh, beneran gak bisa dihilangkan aja unsur Jogja-nya? Dibikin general aja gitu, atau tulis aja kota fiksi asal-asalan, beres kan?"

"Bisa aja sih, tapi menurut gue bakalan jadi ribet karena gue musti ngecek lagi dari awal bakal ada plot hole yang rusak atau nggak karena perubahan ini. Kayaknya lebih gampang kalau ubah suasana setting dan adegan pas pertemuan kembali kedua tokoh ini aja, cuma sekitar beberapa chapter kok munculnya," jawabku.

"Iya sih, tapi masalahnya emang harus Pak Raharjo sendiri yang ngelakuin ya?"

"Betul sekali, itu dia masalahnya."

Tak Seindah Kisah Cinta di Dalam NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang