Tidak ada masalah yang berarti saat pesawat yang aku tumpangi lepas landas dari Jakarta, hingga akhirnya mendarat dengan selamat di Jogja. Aku lebih banyak menghabiskan waktu sepanjang perjalanan di pesawat dengan mengistirahatkan pikiran dan tenaga. Memang ada seorang perempuan muda yang duduk tepat di sebelahku, tetapi sepertinya dia lebih memilih untuk tidak mengindahkan keberadaanku. Biar saja.
Dalam perjalanan keluar kabin pesawat menuju tempat pengambilan bagasi, perempuan cantik tersebut tampak sibuk dengan ponselnya. Seperti biasa, banyak orang mempunyai kebiasaan untuk memberi kabar kepada orang terdekat setiap kali akan naik atau baru turun dari pesawat. Apakah orang-orang seperti itu juga akan memberi kabar setiap kali mereka naik atau turun angkot?
Meski begitu, aku pun melakukan hal yang sama. Alasan utamanya adalah untuk mengisi waktu. Lebih tepatnya, aku ingin memeriksa kembali pesan yang aku terima dari Astari tepat sebelum take off tadi.
"Terima kasih atas apresiasinya, Om. Semua ini kan juga karena perjalanan karier Om yang luar biasa."
Dari kata-katanya, aku tidak dapat menemukan kesan dendam atau rasa kesal. Mungkin aku memang harus kembali menemui dia saat kembali ke Jakarta, dan lepas dari kekangan sang editor kurang ajar yang tengah bersamaku ini. Aku berniat membalas pesan tersebut saat aku tiba di hotel nanti.
***
Tak butuh waktu lama bagi aku dan Amanda untuk mengambil bagasi. Kami berdua masing-masing hanya membawa satu koper, karena memang tidak berencana untuk menetap dalam waktu yang lama di Jogja. Sesuai rencana, kami langsung berjalan menuju tempat pemberhentian taksi, dan segera menuju hotel.
Namun saat baru saja melewati pintu keluar, tiba-tiba aku melihat sosok perempuan yang begitu aku kenal. Ia tampak tengah menggandeng seorang pria dengan mesra. Aku panik, dan detak jantungku meninggi. Saat berpikir tentang Jogja, aku memang sempat berpikir tentang dia. Namun, aku tidak mengira kalau akan bertemu langsung dengannya dalam waktu secepat ini.
Aku berusaha untuk menghindar dari tatapan matanya, dan mengarahkan Amanda untuk menjauhi mereka berdua.
"Ih, Om. Kita kan mau naik taksi, jalannya ke sana donk," ujar Amanda menolak dengan suara yang cukup keras.
"Sudah, ikut saja," ujarku.
"Raharjo," ahh, usahaku sepertinya gagal. Suara indah tersebut kembali terdengar. Suara yang biasa menemani aktivitasku setiap hari selama bertahun-tahun, kini telah memanggilku kembali.
Aku menoleh ke asal suara tersebut. Perempuan berusia hampir 50 tahun tersebut tampak menghampiriku, diiringi oleh pria yang tadi bersamanya. Saat telah tiba di hadapanku, ia pun mengulurkan tangan untuk bersalaman. Dengan canggung aku menyambutnya.
"Apa kabar Raharjo?" Tanya perempuan tersebut. Kurasakan tangannya masih cukup halus, meski sudah sedikit keriput. Dahulu, aku bisa bebas menyentuh tangan indah ini sesuka hatiku.
"Kabar baik ... Inggit. Kamu bagaimana?" Tanyaku basa-basi. Aku berusaha tetap tenang, meski dalam hati jantungku serasa akan meledak. Sekilas, aku melihat wajah pria di belakangnya, yang tampak tidak menyiratkan ekspresi apa-apa. Meski begitu, aku bisa merasakan rasa cemburu yang menyeruak dari dalam hatinya.
"Baik juga. Kenalkan ini Rahmat, suamiku."
"Ya, aku jelas sudah tahu siapa bajingan yang telah merebut istriku," ujarku dalam hati. Namun sebagai seseorang yang selalu mengedepankan kepribadian yang elegan, aku pun terpaksa memasang senyum di hadapannya. Meski batinku mengatakan bahwa aku seharusnya sudah menggigit telinganya hingga terlepas.
Saat bersalaman dengan Rahmat, aku bisa merasakan genggaman yang begitu erat dari pria tersebut. Aku membalasnya sekuat tenaga, hingga akhirnya kami harus saling melepas jabat tangan yang canggung tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/311123436-288-k129513.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Kisah Cinta di Dalam Novel
RomanceMenjadi editor untuk buku terbaru milik seorang penulis ternama seharusnya bisa melambungkan karier Amanda. Namun, hubungannya dengan sang penulis yang berusia jauh lebih tua dari dirinya, justru memasuki lembah yang belum pernah ia kunjungi sebelum...