"Duh, setiap habis makan Nasi Padang, perut rasanya selalu penuh banget neh," ujar Mbak Vera sambil merebahkan badan di kursi kerjanya.
Ia mengelus-elus perutnya sendiri yang sedikit menggembung setelah kemasukan santapan makan siang yang baru saja kami nikmati berdua. Dalam hati, aku iri padanya karena bentuk tubuhnya yang indah bisa tetap terjaga dengan baik meski baru saja melahirkan anak pertama.
Setelah sembilan bulan mengandung, perutnya berhasil mengempis hanya dalam waktu beberapa minggu saja. Karena itu, banyak rekan sesama karyawan di luar desk Humaniora dan Hiburan tempat aku dan Mbak Vera bekerja, yang tidak menyadari bahwa perempuan berusia 30 tahun tersebut telah mempunyai seorang anak. Celana yang selalu ia kenakan sebelum hamil pun sudah bisa kembali dipakai olehnya.
Bahkan, seusai menjalani cuti melahirkan dan kembali masuk kerja, ia masih menjadi perhatian para lelaki hidung belang nan mesum yang banyak beredar di gedung ini. Berbeda denganku yang biasa didekati oleh pria muda, Mbak Vera justru sering menarik atensi dari lelaki yang lebih tua darinya. Mungkin hal itu terjadi karena ukuran payudaranya yang mustahil tidak menjadi santapan mata jalang para lelaki. Terlebih setelah ukurannya yang sedikit membesar pasca melahirkan, karena ia masih dalam proses menyusui sang buah hati.
"Bagaimana gak penuh, nasinya aja satu setengah porsi. Belum ditambah sama lalapan dan ayam pop," cibirku.
"Ahh, ngeledek aja lo bisanya, Astari."
Kami berdua memang telah bersahabat dekat, sehingga melontarkan ledekan seperti itu adalah hal yang biasa kami lakukan sehari-hari. Aku selalu menganggap Mbak Vera sebagai sosok kakak, selain kakak kandungku sendiri tentunya, karena usianya yang lebih tua. Aku merasa nyaman untuk membicarakan banyak hal dengannya, mulai dari soal pekerjaan, kehidupan, hingga urusan pribadi seperti hubungan percintaan. Terkadang bahkan ada hal-hal yang tidak sanggup aku sampaikan kepada Kak Amanda, tapi justru bisa aku ceritakan pada Mbak Vera.
Sebaliknya, Mbak Vera pun sering mencurahkan apapun yang tengah hinggap di pikirannya. Ia bahkan tidak malu membicarakan urusan ranjang dengan suaminya di hadapanku, seperti berapa sering mereka melakukannya dalam seminggu, dan dengan gaya yang seperti apa. Namun, karena aku belum pernah mempraktekkannya secara langsung, aku pun lebih banyak mendengarkan saja, dan hanya menjadikan cerita Mbak Vera sebagai pelajaran.
"Banyak makan tuh bikin badan makin sehat tahu. Cobain deh, biar badan lo bisa lebih berisi kayak gw."
"Ya lo makan banyak badannya tetep seksi kayak begitu. Kalau gw makan banyak yang ada malah berubah jadi gajah nanti," jawabku kecewa.
Aku akui tubuhku saat ini memang sedikit lebih langsing daripada dirinya, dengan ukuran payudara yang juga lebih mungil. Namun kalau urusan wajah, aku sebenarnya tidak merasa minder. Meski tidak terlalu tinggi, tetapi aku mempunyai paras yang selalu mengundang laki-laki untuk melirik, termasuk Mas Roni sang petugas keamanan kantor. Ahh, aku jadi sebal bila mengingat-ingat tingkah Mas Roni yang menyebalkan itu.
Aku hanya tertawa mendengar racauan Mbak Vera tadi. Di saat yang sama, aku mulai membereskan laptop di atas meja kerjaku dan memasukkannya ke dalam tas. Beberapa alat makeup yang tadi pagi aku keluarkan pun turut aku masukkan. Aktivitas tersebut membuat perempuan yang biasa duduk di sebelahku itu tampak bingung.
"Woy, belum jam lima neh," ujarnya menyebutkan waktu biasanya kami berdua meninggalkan kantor.
"Iya, tahu kok. Siapa juga yang bilang sekarang udah jam lima?"
"Nah itu lo udah beres-beres aja. Mau ke mana hayo?" Tanyanya penuh selidik.
"Ada wawancara Mbak, sama narasumber."
"Sama narasumber atau sama HRD? Mau pindah kerja ke mana sih, Astari?" Ujar Mbak Vera sambil mengikik.
"Kali ini beneran sama narasumber kok, hee," ia tahu betul betapa bosannya aku bekerja di tempat ini. Karena itu, Mbak Vera seringkali meledekku untuk buru-buru hijrah ke kantor lain yang bisa membuatku lebih nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seindah Kisah Cinta di Dalam Novel
RomanceMenjadi editor untuk buku terbaru milik seorang penulis ternama seharusnya bisa melambungkan karier Amanda. Namun, hubungannya dengan sang penulis yang berusia jauh lebih tua dari dirinya, justru memasuki lembah yang belum pernah ia kunjungi sebelum...