🦋03🦋

1.1K 121 32
                                    

Happy Reading
🦋🦋🦋











"Ini semua salahku!!"

"Jisung-ah!"

"Salahku!! Seharusnya aku tidak meminta adik! Hiks ... maafkan aku ...."

Jisung yang tidak tega melihat keadaan Winter menangis dan histeris, psikisnya terguncang kembali. Ia menyalahkan dirinya atas apa yang telah terjadi. Jisung memintanya dengan tulus namun berujung petaka yang mencelakai orang yang ia sayangi, Winter. Ya, yang sudah menjadi ibunya saat ini.

"Tidak, Jisung-ah." Winter menggeleng dengan pilu, ia juga menangis dan mencoba meraih tangan Jisung yang terus memukul kepalanya sendiri.

"Aku bodoh ..." desisnya. "INI SEMUA SALAHKU!!" Jisung terus meracau dan berteriak.

"AKU HARUSNYA TIDAK LAHIR DI DUNIA INI!"

"Jisung, berhenti bicara begitu," pinta Winter, hatinya semakin sakit mendengar ratapan Jisung. Winter yang merasa sangat bersalah, harusnya ia sadar dari awal, harusnya ia tak percaya begitu saja, dan harusnya ia menolak tawaran pembawa sial itu.

Winter akhirnya memeluk Jisung kecilnya, bahunya mengedik menahan isak tangis yang belum juga usai. Jisung terus meminta maaf padanya. "Maafkan aku, dokter ... maaf."

"Tidak, aku yang harusnya minta maaf. Kau jadi seperti ini ..." ucap Winter dengan suara sengau. Jisung mengeratkan pelukannya. Ia bertekad akan melindungi Winter, ia tak akan membiarkan orang jahat itu melukai Winter lagi.

Winter menyudahi pelukannya lantas menangkap wajah sedih Jisung, di tatapnya dalam-dalam sorot mata bening bocah kecil itu. Mengisyaratkan bahwa ia sangat menyayangi Jisung, bibir Jisung bergetar ia sangat takut kehilangan Winter apalagi melihatnya menangis.

"Hei, Jisung dengar." Winter menyisir lembut surai Jisung. "Ini bukan salahmu. Sekarang ayo kita pergi dan tinggal bersama di tempat lain." Senyum tipis terulas dari bibir pucatnya. Jisung mengangguk ia kembali memeluk Winter.

Sejak kejadian malam itu, Lee Jeno belum juga kembali ke rumah ia pergi entah kemana meninggalkan Winter di rumah dan menyuruhnya pergi pagi ini. Lee Jeno benar-benar keterlaluan, sejak awal bertemu lelaki itu memang pria yang posesif akut, diktator, dan semaunya sendiri. Menjadi psikiaternya adalah pilihan yang sangat beresiko bagi Winter, bahkan nyawanya bisa terancam.




.
.
.
.





"Winter kau kenapa?" Karina sontak berlari menghampiri sahabatnya yang tengah terduduk kesakitan di depan rumah sakit sambil memegangi perutnya. Nampak Jisung kebingungan menenangkan Winter, Winter kelihatan seperti orang yang baru saja pergi dari rumah, dan itu memang benar. Dua koper dan satu tas jinjing besar berserakan di depan.

Karina memeluk Winter setelah mendengar erangan kecil Winter ia langsung sadar bahwa Winter sedang tidak baik-baik saja. Ia berteriak memanggil perawat untuk membantu. Sedangkan Jisung membantu membawa barang bawaannya.

"Kau tidak apa-apa?" Karina begitu khawatir. Bibir Winter terlihat sangat pucat dan dahinya di penuhi dengan keringat, Karina mengusap keringat itu dengan sapu tangannya sedangkan di sisinya sudah berdiri ketiga temannya yang lain, Ningning, Giselle, dan Sungchan.

Yang paling terlihat khawatir adalah Sungchan. Bagaimana tidak sejak awal melihat Winter di kelilingi pria aneh saja hatinya sudah memberontak tak terima, kedua orang itu terlihat berbahaya. Memiliki bodyguard yang setia menggenggam senjata dan terakhir kali ia melihat keduanya adalah saat tengah bertengkar memperebutkan Winter.

[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang