Happy Reading
🦋🦋🦋Malam ini hujan turun sangat lebat diiringi dengan gemuruh petir yang saling bersahutan. Winter menyingkap tirai jendera kamarnya. Menatap keluar jendela yang menghadap ke arah gerbang mewah mansion Lee Jeno. Lantas pandangannya teralih pada langit yang gelap, Winter tersenyum seraya mengusap lembut perutnya.
Perut ratanya kini mulai membesar, walau tidak terlihat dari luar dress yang ia kenakan. Ini sudah minggu ke delapan ia mengandung.
Memori Winter berputar pada kejadian beberapa waktu silam, kejadian yang tak pernah bisa ia lupakan. Bahkan bagaimana ia berada di ruangan kumuh bersama seorang mafia yang tak kalah kejam dari Jeno ada bersamanya pun ia ingat jelas. Winter hingga kini masih tak paham kenapa kedua orang ini sering berperang, apalagi ia yang jadi sasaran utama di antara keduanya.
Lamunan Winter terbuyarkan setelah mendengar suara klakson mobil yang terus meraung, seakan mobil itu hendak cepat-cepat melewati pembatas besi itu.
Winter tersenyum memandangi mobil hitam Jeno dengan sorot mobil yang terang di luar sana. Ia sudah menunggunya sejak dua jam lalu. Senyum Winter mendadak luntur tatkala mobil itu menerobos paksa gerbang hingga gerbang tersebut roboh. Sang penjaga yang hendak membuka pintu terkejut heran dengan kejadian tersebut.
Tak berapa lama, Lee Jeno turun dengan langakah tergesa, memakai setelan kemeja putih dan celana hitamnya ia keluar menembus hujan dengan raut wajah yang tak bisa Winter pahami. Dari kejauhan Winter dapat melihat sorot mata tajam Lee Jeno, persis saat Jeno ingin merenggut nyawa seseorang. Winter jadi khawatir, apa Jeno kambuh lagi? Perasaannya campur aduk, tak seperti biasanya.
Firasatnya mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi.
Dan benar saja, semuanya berakhir setelah itu. Tidak ada kebahagian setelahnya di hidupnya. Tak ada alasan apa pun untuk membuat Winter merekahkan senyumnya lagi.
Senyuman dan tatapan sipit manja itu sirna, berubah seperti tatapan seorang iblis. Bukan pada orang lain, melainkan mengarah padanya.
Tangannya bergetar bukan sebab ketakutan melainkan menahan letupan amarah di dalam hatinya yang siap meledak-ledak saat itu juga. Bibir Winter kelu, mendadak bibirnya terasa seperti terkunci, tatapannya tak bisa teralih barang sedetik dari wajah menakutkan pria di hadapannya. Bergetar hebat, itulah yang ia rasakan saat ini.
Winter tidak tau apa yang terjadi, setelah ...
Flashback
Senyumnya belum juga luntur sejak pagi, memperhatikan ponselnya yang sedari tadi terpampang wajah seorang wanita yang sangat ia cintai. Sebesar apa juga wanita itu sendiri tidak tau, nampaknya Lee Jeno sudah sangat tergila-gila padanya. Mengalihkan pandangannya ke jam rolex yang melingkari lengan kirinya, ia sadar saat ini waktunya menemui sosok nyata yang ada di dalam ponselnya. Entah kenapa ia sudah sangat rindu.
Tapi, semuanya rusak saat Mark mengetuk pintu ruangan kerjanya yang ada di lantai gedung paling atas.
"Masuk." titahnya malas, Lee Jeno ingin pulang secepatnya.
"Ada sebuah dokumen untukmu, Tuan."
Jeno meraih dengan malas, mengoyak asal ujung dokumen itu. Tidak etis sekali mengirim dokumen di waktu selarut ini.
Bola mata Jeno membulat sempurna, membalik satu persatu lembar foto yang membuat hatinya kian memanas. Ia meremat kuat lembar foto tersebut. Ia muak melihat wajah pria yang kabarnya sudah pergi ke alam lain itu.
Foto pertama menampilkan Winter tengah berselimut bersama, semakin di telusuri semakin sakit yang ia rasakan. Jeno benar-benar tidak tahan, metanya terasa perih dan panas.
Dan foto terakhir terpampang wajah orang yang menurutnya bajingan itu tengah berciuman sensual dengan wanita yang ia cintai.
"Dia anakku. Anak kami bukan anakmu. Remember that!"
Sebuah rekaman juga terselip di dalam amplop besar itu, Jeno baru sadar setelah benda itu jatuh di dekat kakinya. Jeno menekan tombol merah di tengahnya.
"Kau sudah lihat? Bagaimana? Mesra bukan?? HAHAHAHAHA!"
Tawa Jaemin semakin membuatnya mual. Jeno ingin mencakar wajah Jaemin saat itu juga.
"Kau mau tau apa yang di katakan Winter padaku? KAU ITU BODOH! DIA HANYA KASIHAN PADAMU. KAU SANGAT MENYEDIHKAN! Kau mencintainya? Haha! Bahkan ia tak merasakan apapun saat bersamamu! Hanya rasa jijik! Kau dengar? KAU MENJIJIKAN!"
"Kami akan hidup bersama, jadi selamat tinggal jaga diri mu di sana. Oh ya, itu pun jika kau masih hidup HAHAHA!"
"FUCK!"
Lee Mark tersentak, ia mengaduh dalam hati. Ia pikir dokumen itu adalah laporan baik dari perusahaan tapi sebaliknya. Malah hal besar yang menambah masalah, tahu begitu lebih baik ia buang jauh-jauh agar Jeno tak pernah melihatnya.
"BAJINGAN KAU NA JAEMIN!!!"
"HARUSNYA AKU MEMBUNUH DAN MENGHANCURKAN MAYATMU SAAT ITU!!"
Lee Mark menggaruk kepalanya penuh frustasi, suasana kantor layaknya kapal pecah setelah Jeno mengobrak abrik lantas pergi meninggalkan tempatnya. Mark merutuk dalam hati, ia kini harus membereskan semuanya. Ia sangat khawatir dengan keadaan Winter, 'tidak mungkin!' Mark terus mengucap kata itu dalam hati. Tidak mungkin wanita itu melakukan hal itu, ini pasti ulah Jaemin batinnya.
Ingin mengucap itu di hadapan Jeno, namun nyalinya hanya sebatas ujung kuku. Ia tak sanggup mencampuri urusan Jeno yang runyam dan sulit ia mengerti.
Jeno membawa pergi mobilnya bersama foto-foto sialan itu. Ia sebenarnya tak percaya dengan apa yang barusan ia lihat dan dengar. Namun, beberapa fakta nyata bahwa Winter kerap bertemu Jaemin dan sering berada di rumah milik Jaemin semakin mempersulit untuknya berfikir positif. Apalagi Winter saat itu terlihat menghindarinya, apa mereka punya rencana?
Pikiran Jeno makin keruh, ia tengah di butakan amarah dan dendam. Winter yang sebenarnya tidak tau apapun jadi mendapat akibatnya seumur hidup.
Flashback End
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/300153845-288-k777194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x Winter
Fanfiction⚠SEQUEL LOVESICK⚠ ⚠COMPLETED⚠ WAJIB BACA LOVESICK DULU‼️ STOP ✋ JANGAN KESINI KALAU CUMAN MAU CARI REFERENSI, YUK SALING MENGHARGAI. AKU BIKIN PAKE IMAJINASI AKU LOH SUCKID KALAU KAMU PLAGIATI :') "Ini anak mu, Lee Jeno!"-Kim Winter "Tidak, Minjeon...