Happy Reading
🦋🦋🦋"Minjeong-ah ... Minjeong-ah."
Masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, Winter bersandar pada salah satu akar pohon besar nan tua di dalam hutan. Dengan setengah tertatih dan bertabur luka Lee Jeno membawa Winter untuk menjauhi mobilnya, bagian depan rusak cukup parah, lampu depan pecah dan ringsek dimana-mana.
Aroma bensin yang menyengat menarik kesadaran Winter secara perlahan, seraya memaksakan pelupuk matanya membuka Winter menerka apa yang sedang terjadi pada tubuhnya. Winter sadar dirinya masih diberi nyawa, karena yang ia ingat terakhir kali bagaimana Jeno meneriakinya saat mobil menabrak pembatas jalan dan terguling ke bawah.
Dengan mata sayunya, Winter menjernihkan bayangan kabur sosok pria di depannya. Samar bayangan yang membelah menjadi tiga itu perlahan menyatu seiring pandangan Winter jadi jelas. Sosok Lee Jeno terpampang nyata dengan pelipis mengucur aliran kecil darah di sudut kanan dahinya.
Sesak di dada Winter makin menjadi, aroma bensin makin memenuhi rongga pernapasannya hingga ketenggorokan. Winter terbatuk, menampik kepulan asap. Jeno spontan menarik kepala Winter ke dalam jaketnya.
Suara ledakan terdengar dari belakang pohon tempat mereka berada. Jeno bernapas lega, untung saja sebelum menabrak Jeno menarik Winter ke belakang. Hingga luka mereka tidak parah, walau sayatan kaca bukan main perihnya.
Winter mengintip dari sisi pohon besar itu, api berkobar ke penjuru mobil dengan cepat. Jeno segera memblokir dedaunan yang di aliri bocornya bensin dari mobil agar tidak menyebar. Segeralah di bawanya perempuan mungil itu makin menjauh.
"Dimana ponsel ku?" Winter langsung teringat barang penting itu. Winter menepis tangan Jeno yang hendak membopongnya. Winter kembali menoleh pada mobil, Winter menggerutu ponselnya pasti tertinggal di dalam sana. Winter mencoba mencari di sekitar sana tapi kegiatannya langsung di cegah Jeno.
"Di mana akal sehatmu? Kau mau ke sana mencari ponsel? Apa ponsel lebih penting dari pada nyawamu?" Jeno menatap serius, tersisa rasa sebal pasal mengemudi tadi. Winter menundukkan pandangan sambil mendengus. Tapi di sisi lain dia teringat akan Jisung.
Tanpa memperpanjang lagi Jeno segera membawa Winter pergi.
Tibalah Jeno di bagian hilir sungai, di dudukkannya Winter di atas batu.
Jeno membersihkan bekas darah yang menghiasi tubuhnya, di amatinya Winter yang perlahan mendekati tepi sungai menadah air dan meminumnya untuk meredakan serak di tenggorokan. Jeno bergelut dengan pikirannya sendiri, apa pertemuannya dengan Winter hanyalah sebuah kebetulan? Apa Winter hanya sebagai figuran dalam kisah hidupnya, yang datang dan pergi?
Banyak hal yang sudah Jeno lalui bersama Winter, apa dia benar-benar harus melepas Winter? Karena Jeno rasa Winter malah akan selalu menderita bila bersamanya.
Jeno menyadari semuanya, Winter tidak bisa bersamanya seperti yang ia mau. Semua karena dirinya, dia yang memulai semua kekacauan ini.
Yang Jeno inginkan sejak dulu adalah bersama Winter, namun jika itu merenggut kebebasan Winter dan malah membuat Winter selalu di buru petaka mau tidak mau Jeno harus merelakan Winter.
Jeno mengalihkan pandangan pada pantulan dirinya dari genangan air di bawahnya.
Jeno melihat wajahnya yang sudah dewasa, terputar kembali bagaimana dulu dirinya selalu menatap wajah sendunya dari kolam taman rumah Jaehyun sendirian. Sebelum Jaehyun menyekolahkannya Jeno selalu duduk sendirian, mengharap ada sosok yang ada di sampingnya selain siluet bayangan ayah ibunya yang kerap merundung pikirannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/300153845-288-k777194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x Winter
Fanfiction⚠SEQUEL LOVESICK⚠ ⚠COMPLETED⚠ WAJIB BACA LOVESICK DULU‼️ STOP ✋ JANGAN KESINI KALAU CUMAN MAU CARI REFERENSI, YUK SALING MENGHARGAI. AKU BIKIN PAKE IMAJINASI AKU LOH SUCKID KALAU KAMU PLAGIATI :') "Ini anak mu, Lee Jeno!"-Kim Winter "Tidak, Minjeon...