❗32❗🔞

1.9K 92 27
                                    

Happy Reading
🦋🦋🦋












"Minjeong bangun ...."














"Minjeong-ah ...."

Lee Jeno menepuk-nepuk pelan pipi chubby Winter yang sedang terlelap. Sejatinya Jeno tidak tega untuk membangunkan Winter namun dia tidak bisa berlama-lama membiarkan Winter didalam mobil apalagi di area rumah sakit. Bila ada yang melihat mereka pasti Winter akan kena gosip macam-macam lagi. Niat Jeno hanya mengantar Winter ke rumah sakit.

Selagi fajar belum menyingsing dan suasana rumah sakit lumayan sepi Winter bisa pergi dan dirinya tinggal melanjutkan misi perburuannya.

"Eungh...," lenguh Winter.

Bayangan hitam mulai samar, Winter memicing. Aroma parfum yang tak asing tercium samar menyeruak ke dalam indra penciuman Winter. Winter mengingat ingat sedang dimana ia saat ini. Ingatan terakhirnya ialah ia berada di dalam mobil tua bukan kios minyak wangi.

Winter sepenuhnya membuka mata, sambil mencerna apa yang telah terjadi dia salah fokus dengan selimut yang membalut tubuhnya apalagi jaket Jeno kini bertengger di pundaknya. Rupanya dari sanalah sumber aroma wangi itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Winter dengan suara lemah. Begitu kesadarannya pulih Winter perlahan merasakan tubuhnya menghangat, apa dia tadi pingsan? Tapi tubuh Winter rasanya setengah pegal, Winter penasaran dengan keadaan saat ia tak sadar.

Yang ditanya sedang mengalih pandang, merutuki amnesia dadakan wanita di hadapannya. Tapi untung Winter tidak ingat bila ingat Jeno tau dia akan di pukul botol air mineral lagi, namun sebenarnya itu bukan kemauan dirinya.

"Kau tidak ingat? Apapun?" tanya Jeno balik. Winter menggeleng pelan matanya mengerjap sambil melamun. Winter mencoba mengingat namun yang ia tau terakhir kali dia duduk di belakang.

"Tidak," ucap Winter, dirinya diam menjeda. "Aku hanya ingat aku duduk di sini sambil melihat keluar jendela ..."

"Lalu ...." Jeno mendengarnya malas, dia lelah menunggui Winter yang setengah sadar itu. "Sudahlah, ayo keluar."

Jeno berbalik hendak membuka pintu.

"Tunggu, tanganmu ...."

Winter memperhatikan tangan Jeno yang terdapat bercak merah, seperti bekas darah yang mengering.

Winter menatap Jeno, terbayang kilas kejadian dimana dia hampir dilecehkan dan Jeno membawanya keluar dari kedai ramen.

Bagaikan menonton film, Winter perlahan mengingat potongan kejadian sebelum dia duduk di kursi belakang mobil.

Pandangan Winter kembali terarah pada bagian tubuh atasnya. Oh iya, kenapa jaket hitam itu ada padanya? Dan ... What?! Winter baru saja sadar kalau dia hanya memakai tank topnya.

"Kenapa aku ..." gumam Winter sesaat lantas refleks menatap Jeno.

Hah ... ahh ... Jeno-ya ...

"Minjeong-" Jeno berhenti bicara, baru saja wajahnya di tampar dengan selimut.

"Kamu ... a-apa yang kau lakukan padaku?" Manik Winter membulat lengkap dengan binar berkaca-kaca itu. Winter ingat, bahkan tangannya menggigil saat mengingat dia meremas surai hitam itu. Pantas saja Jeno kelihatan acak-acakan.

Jeno menghela napas, menerima dengan ikhlas pukulan kain yang meghantami tubuhnya.

"Kau tega sekali ... kau ... hiks" Dalam hati Winter menyumpahi dirinya sendiri, bisa-bisanya dia bersuara menjijikan seperti itu.

[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang