Happy Reading
🦋🦋🦋Hari minggu adalah salah satu hari damai bagi Winter. Hari minggu juga merupakan hari dimana Winter bisa menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Di hari minggu pula waktu yang paling pas untuk Winter menepikan sejenak hakikat betapa kerasnya dunia-diluar sana.
Tapi di hari minggu sore ini, dunia nampaknya tidak ingin Winter mengacuhkannya. Dengan menghadirkan sosok badan besar dengan payung merah muda itu. Ah, Winter lebih suka menyebutnya si mala petaka.
Cukup sudah Winter melihat wajah memuakkan itu wara wiri di depan matanya. Dengan sigap tangannya memblokir jalan saat sosok itu hendak menerobos bingkai zona tentramnya.
"Apa kau tega membiarkan ku kedinginan diluar sini?" Tangannya bergerak menutup payung, dengan tatapan tajam seperti biasanya. Winter tidak menyangka, pria brengsek bin sinting itu kembali lagi dalam hidupnya. Lee Jeno, memang dia mengusir Winter saat itu, namun Jeno tidak bilang bahwa bayangan Winter tidak turut dia halau dari kepalanya. Dan begitulah, selama Winter pergi, Jeno selalu mengikuti. Sampai saat ini.
Dengan cara apa aku harus menyingkirkan dia, bisa-bisa aku gila dibuatnya ...
"Aku sedang ada acara penting, bisa kau katakan pada klienmu itu untuk menempatinya besok saja?" ungkap Kim Winter. Masih tak dihiraukannya rambut berantakan setengah lepek itu. Sepenting itukah rumah Winter sampai penyewa itu rela menerjang hujan? Namun anehnya Winter belum melihat batang hidung penyewa kedua. Jangan bilang Jeno yang sewa? Tidak, tidak. Jika Jeno mau sudah sejak lama dia tinggal di rumah Winter tanpa perlu mengajukan kontrak.
Lee Jeno diam, namun ada senyum simpul terungkai di bibirnya.
Winter tidak mengerti, namun ada hal lain yang ia tangkap dari senyuman tidak jelas itu. "Kau cari Juno?" terka Winter. Sudah jeas acara kemah kali ini batal otomatis Juno memutuskan untuk pulang.
"Lee Juno, ayahmu datang," panggil Winter dari arah pintu depan, Juno tau akan hal itu, lantas segera menghampiri.
Winter sejatinya bersyukur Juno pulang, bukannya tidak senang Juno bermain ke rumah tapi masalahnya adalah si ayah yang tidak pernah absen membuntutinya. Winter harap Jeno enyah secepatnya.
"Tuan muda, anda suka tempat ini?" tiba-tiba Lee Jeno menanyai bocah kecil yang baru saja sampai.
"Aku suka, berbeda sekali dengan di rumah," sahut Juno. Winter termangu, motoriknya masih memproses kata perkata pembicaraan dua insan di depannya.
"Tu-tunggu. Kau ... Lee Juno kau kliennya?!"
Senyum gigi susu itu menjawab semuanya. Winter, wanita itu masih melotot dengan bibir menganga.
"Di rumah sepi, ibu pergi ke Kanada dan ayah sibuk bekerja. Aku sendirian, jadi aku memutuskan untuk tinggal sementara disini. Lagi pula lantai atas sedang di renovasi, aku tidak bisa belajar dengan tenang. Bibi boleh kan Juno tinggal disini sementara?" Mata berbinar Juno membuat Winter sulit mengucap tidak.
"Ya ... ya ... ya." Winter terbata, menggaruk kepalanya bingung. "Boleh sih ... tapi ...."
"Horee terima kasih bibi!" sorak Juno duluan, memutus ucapan Winter. Winter hanya bisa menatap pasrah Juno yang berlari ke dalam lagi, meninggalkan kedua orang dewasa itu di ambang pintu.
Winter memandang Jeno, ia rasa tugas pria itu sudah usai. "Klienmu sudah di sini, pulang sana," usir Winter dengan sewot.
"Kau tidak dengar? Rumahku sedang direnovasi," jawab Jeno. Winter tak acuh, mau rumah Jeno roboh pun tidak ada sangkut paut dengan kehidupannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/300153845-288-k777194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x Winter
Fanfic⚠SEQUEL LOVESICK⚠ ⚠COMPLETED⚠ WAJIB BACA LOVESICK DULU‼️ STOP ✋ JANGAN KESINI KALAU CUMAN MAU CARI REFERENSI, YUK SALING MENGHARGAI. AKU BIKIN PAKE IMAJINASI AKU LOH SUCKID KALAU KAMU PLAGIATI :') "Ini anak mu, Lee Jeno!"-Kim Winter "Tidak, Minjeon...