🦋15🦋

870 124 27
                                    

Happy Reading
🦋🦋🦋

"Bibi, Juno pulang dulu ya. Semoga lekas sembuh." Sebelum melangkah menuju mobil di depan, Juno berbalik sebentar untuk berpamitan, ini kali pertama Juno mengunjungi rumah teman dan ia bukan main senangnya. Meskipun kegiatannya di rumah Winter hanya merusuh dan bermain bersama Minyoung, Winter sama sekali tidak keberatan. "Eum,  gomawo Juno-ya. Hati-hati di jalan." Winter justru banyak berterima kasih pada Juno karena sudah memberikan banyak makanan mahal, dan juga mengajak Minyoung pergi jalan-jalan. Setelah memberikan senyum tulusnya ke pada bocah kecil di depannya, Kim Winter berubah seratus delapan puluh derajat saat menyorot netra lelaki disampingnya. Air muka Winter mendadak datar, bukannya berucap terima kasih Winter yang sudah di tolong Lee Jeno tidak mengucapkan sepatah kata pun pada lelaki itu.


Lee Jeno hanya bisa mengembuskan napas tabah, oknum yang tengah sakit atau kelihatan hanya pura-pura sakit itu sangat bebal adanya. Ponsel yang ia lempar ke sembarang tempat kini melekat pada genggaman Winter.

Tentu Winter tidak akan mengindahkan kata-kata Jeno, lelaki itu tidak tau sama sekali kesibukan Winter selama ini. Banyak pasien kecil yang merindukan ibu dua anak itu. Tak ketinggalan sosok jangkung yang baru keluar dari mobilnya itu. Raut penuh cemas terpampang jelas di wajahnya.

"Sungchan," tegur Winter saat melihat pria bermarga Jung itu berdiri mematung di depan tangga menuju rumah mungil Winter. Sungchan tentu terkejut, pasalnya pria yang dulunya meluluh lantak kan perasaan Winter dengan tidak tahu malunya mengunjungi rumah Winter. Tanpa basa basi langsung saja Sungchan melangkah kan kakinya, hentakan sepatunya terdengar penuh amarah lantas Sungchan menarik kerah kemeja Jeno.


Jeno tenang sekali, ia seolah tau apa yang akan di lakukan pria yang juga menyukai Winter itu. Jeno sudah mampu mengatur emosi dan keinginan memukul orang, ia hanya bisa menyorot datar wajah murka Sungchan.

"Mau apa kau datang kesini?! Apa belum puas kau mengusik hidup Winter. Pria bajingan sepertimu harusnya hidup menderita di balik jeruji besi."

"Asal kau tau, Winter sangat membencimu! Jangan berharap dia akan kembali padamu."

Kalimat menohok Sungchan hanya di respons seadanya oleh Jeno. "Sudah selesai?"

Sungchan mengrenyit tak mengerti, bukannya mendapat tonjokan atau apapun hanya kalimat santai itu yang keluar dari bibir Jeno. Sadar akan kejadinan di depannya dapat menimbulkan kegaduhan, sontak Winter membawa Sungchan untuk menyingkir dari hadapan Jeno. Jeno tersenyum nanar, merapikan kemejanya yang kusut akibat genggaman Sungchan.


"Kau sudah dengar kan, jadi aku tidak perlu mengulanginya lagi Lee Jeno," timpal Winter, Winter menelan ludahnya kasar, kata-kata Winter terdengar tajam dan tegas tapi sebenarnya Winter bergetar mengucapkannya. Jauh dalam lubuk hati Winter, ia hanya tidak mau perasaannya semakin hancur dan ia juga tidak mau jantungnya bertalu lebih keras kala bersama Jeno. Ini sungguh menyakitkan, walaupun Winter sejatinya belum bisa melupakan Jeno setidaknya Winter tidak memperkeruh kondisi hatinya.


Lee Jeno menoleh, memperhatikan tangan yang mengait lengan Sungchan, Jeno tidak rela namun ia tidak bisa berlaku apa-apa. "Aku hanya membantunya, apa itu salah? Lagi pula anakku berteman dengan anaknya."

Sungchan lantas melepar pandang ke sosok bocah lelaki yang tak salah lagi adalah anak Lee Jeno. Ekspresi ketidak mengertian dan takut terukir jelas di wajah lugunya, Sungchan memutar kembali memorinya tempo hari. Dimana Winter memanggilnya dengan panggilan 'sayang' tak lain untuk bersandiwara di depan Lee Jeno. Penyebab Winter berlari dengan keadaan basah kuyub dan belum sempat berganti kemungkinan karena bertemu Lee Jeno.


[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang