🦋12🦋

926 127 43
                                    

Happy Reading
🦋🦋🦋









Derap langkah terburu-buru seorang wanita dari arah belakang membuat Jung Sungchan refleks membalikkan badannya, Sungchan terdiam begitu mendengar Winter baru saja memanggilnya dengan panggilan yang tidak biasa dari seberang telepon, ini tidak mungkin terjadi, Winter bukanlah orang yang suka sekali menggoda lelaki apalagi dirinya. Sementara Kim Winter, masih dalam keadaan basah kuyub berlari menerobos angin yang berhembus menghantam tubuh menggigilnya tidak lupa Winter mengutuk sosok pria di dalam gudang tadi.

Sungchan lantas menghampiri Winter yang nampak kelelahan, kondisi wanita itu cukup membuat nelangsa, bajunya sedikit mengekspos tubuh bagian atas walau Winter menutupi dengan handuk tetap saja mata lelaki manapun pasti akan melihat dalamannya itu. "Maaf." Kalimat yang kerap kali Sungchan dengar dari bibir Winter.

"Aku tidak bermaksud menggodamu dengan memanggil mu seperti itu," ujar Winter seraya tersengal-sengal, jarak antara gudang dengan pintu depan Winter tempuh selama sepuluh menit dengan berlari. Cukup jauh memang. "Aku terpaksa, tadi ..."

"Sudahlah, aku paham, kau boleh melakukannya jika merasa di ganggu pria lain. Kau menemani Minyoung berenang hari ini? Kenapa tidak bilang padaku? Aku bisa menemaninya." Sungchan menawarkan diri seperti kemarin, namun Winter lagi-lagi menolaknya. Sudah cukup banyak Winter menerima bantuan Sungchan dan kali ini ia tidak mau merepotkan lagi, lagi pula Winter tidak suka Sungchan terlibat akan berita miring dengannya, gosip tadi contohnya.

"Tidak perlu, terima kasih," tolak Winter halus. "Kau sudah banyak membantuku Sungchan, aku tidak mau merepotkanmu lagi, besok-besok Minyoung sudah ada penjemputan dengan bus sekolah jadi kau tidak perlu lagi mengatarnya."

Sungchan menghela nafas beriring dengan bahu lebarnya yang ikut merosot, sejatinya ia berharap bisa mengisi ruang kekosongan bertajuk 'ayah' itu. Namun, Sungchan juga tidak bisa memaksakan diri di kala Winter berusaha membuang bayangan sosok ayah dalam hidup Minyoung. Bagi Winter, sosok ayah tidak ada maknanya, sama saja dengan seorang ibu—yang lebih besar jasanya. Jika Minyoung ingin seorang ayah pun Winter akan berlakon layaknya seorang ayah. Winter memang tidak punya bahu lebar dan sekokoh laki-laki tapi dia mampu memikul beban berat, Winter hanya punya tubuh ringkih yang siap melindungi meski begitu Winter punya sejuta cara untuk selalu memberikan kehangatan untuk kedua anaknya yang sangat ia sayangi, dengan alasan itulah agaknya Winter tidak menbutuhkan sosok pria manapun dalam hidupnya saat ini untuk menempati posisi 'ayah' itu lebih tepatnya.

"Sungchan tolong ajak Minyoung dulu, aku akan berganti pakaian."

Sungchan mengangguk paham lantas pergi mencari anak yang mirip Winter itu, sedangkan Winter kembali ke toilet awal sebab trauma bertemu Lee Jeno kembali.

Di satu sisi, Lee Jeno berdiri memperhatikan dari jauh, demi apapun lelaki itu sungguh tahan dalam keadaan tubuh basah kuyub begitu. Netranya tak lepas pandangan dari dua insan di depan gerbang sana, apa yang Winter katakan padanya beberapa waktu lalu benar-benar mengiris hatinya. Memangnya apa yang salah? Dia juga sudah bersama orang lain, apa Winter tidak berhak bersama orang lain? Nampaknya sifat Lee Jeno yang egois tengah mendominasi tubuh itu.

Manik hitam legam itu terkunci pada sosok Sungchan, Lee Jeno terus memperhatikan lelaki yang tidak menyadari keberadaannya di balik kerumunan ibu-ibu. Wajah tenang itu, sampai sekarang Jeno tidak suka, mau bertampang seramah apapun Lee Jeno tetap ingin sekali mencakar wajah Sungchan.

"Minyoung-ah, ibu sedang berganti pakaian kita ke mobil dulu, yuk," ajak Sungchan dengan suara khas bicaranya pada setiap anak kecil. Minyoung menurut saja, selain ia sangat akrab dengan Sungchan. Winter juga sudah menyuruhnya untuk ikut dengan Sungchan.

[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang