🦋21🦋

909 145 107
                                    

Happy Reading
🦋🦋🦋




Warning! Mengandung kegemasan dan nostalgia uwu uwu ✨ (・'з'・) siapkan hati karena aku yang ngetik juga baper sendirii (╥﹏╥)









"Ibu, aku mau hadiah itu!" pinta Minyoung menarik-narik jaket Winter. "Ayo ibuu huwee ..." rengek Minyoung lagi.

Winter memijat sebelah kepalanya yang terasa pusing, Minyoung terus saja memintanya untuk mengikuti lomba demi memenangkan hadiah sekeranjang snack dan boneka beruang besar. Winter berani sumpah, ia sedang kehilangan energi saat ini.

"Nanti kita beli sendiri ya, makanan ringan seperti itu banyak di jual di toko," ucap Winter, berniat menenangkan. Minyoung kalau sudah merengek dan meminta macam-macam sangat susah di beri pengertian.

"TIDAK MAU! POKOKNYA MAU YANG ITU!"

Minyoung mulai tantrum, suaranya kian nyaring meminta agar Winter mau memenuhi keinginannya. Kakinya menghentak hentak seraya terus mengguncang kuat tubuh Winter. Winter memejam sesaat, kepalanya terasa begitu berat dan rengekan Minyoung membuatnya jengkel.

"Ibu ayooo!"

"KIM MINYOUNG!" sentak Winter menggebu. Minyoung berjengit kaget dan tertegun, bola matanya melebar ini kali pertama Winter menunjukkan wajah kesal bercampur dengan suara tingginya. Winter tidak pernah menyentak Minyoung sekalipun tapi kini Winter nampak menyeramkan dengan sorot mata tajamnya, Minyoung jadi takut.

Bibir Minyoung bergetar, kakinya mundur beberapa langkah. Winter pun tak kalah kaget, emosinya sulit di kendalikan. Winter belakangan ini di belit beban pikiran, Winter acap melamun dan bergelut dengan pikirannya mencari jalan keluar sendiri dalam menghadapi masalah.

"Mi-minyoung-ah. Maafkan ibu ... ibu sedang lelah," bujuk Winter mencoba mendekati Minyoung yang mematung dengan wajah meweknya.

"HUWAAA IBU JAHAT!"

Minyoung berlari pergi meninggalkan Winter. Minyoung menyelinap di antara kerumunan orang dan dalam sekejap Winter langsung kehilangan sosok Minyoung dalam jangkauan pandangannya. Winter panik, ia bangkit dari duduknya dan segera menyusul Minyoung. Rasa bersalah terpatri dalam hati Winter, harusnya tadi ia fokus pada Minyoung bukannya malah melamun. Winter menepis sejenak gumpalan benang kusut masalah di kepalanya dan mementingkan putri kecilnya.

"Hiks ... ibu jahat ... hiks." Minyoung terus berlari ke sembarang arah. Tak di hiraukannya teriakan samar Winter di belakangnya. Minyoung membelah kerumunan kaki jenjang pria dewasa dan tak sengaja menabrak seseorang yang sedang lewat di depannya.

"Aduh!" pekik Minyoung kesakitan ia sampai jatuh.

"Minyoung?" kata pria dewasa itu hendak membantu. Minyoung mendongak mendapati Lee Jeno tengah berdiri dengan wajah bingung. Minyoung tak menghiraukan Jeno lantas kembali tegak dan berlari lagi. Manik Jeno mengikuti kemana arah Minyoung pergi, kali pertama Jeno melihat bocah se aktif dan seceria itu menitikkan air mata.

Minyoung mengahampiri kolam ikan di taman belakang yang sepi, duduk termenung memeluk kedua lututnya sembari terisak menatap pantulan wajah jeleknya dari atas jembatan. Minyoung menggerutu di sana. "Hiks ... aku benci ibu ... ibu jahat. Aku tidak mau pulang dengan ibu," monolog Minyoung sebal. Ia menyeka ingusnya yang membeler, Minyoung menyeka asal tak memperdulikan sisa ingus yang masih membekas biasanya Winter yang akan membersihkan ingus saat Minyoung terkena flu. Minyoung kembali menangis.

"Oh, jadi sedang merajuk dengan ibumu ya?" Sebuah telapak tangan besar mendarat mulus di kepala Minyoung lantas mengusap pelan poni tipis acak-acakan itu. Puncak kepala Minyoung tenggelam dalam genggaman tangan besar itu. Minyoung mendongak mendapati sosok pria yang datang dengan selembar tisu dan menyeka sisa ingusnya tadi. Minyoung menatap pria dewasa di sampingnya. Lee Jeno duduk bersamanya di tepi jembatan kolam.

[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang