❗31❗🔞

2.7K 156 165
                                    

Happy Reading
🦋🦋🦋

Uhuyy udah nambah 3k ajaaaa, entar kalau udah 20k aku kasih permen satu satu🍬

Eh btw belum ada scene kisu kisunyaa yaa 🤣🤣

Kasii gak yaa ekhem 🌚🌚














Winter menutupi dahinya, sinar mentari mengganggu pandangan, suara gesekan sepatu dengan aspal semakin membuatnya ingin mengakhiri hidupnya saat itu juga, rasa sakit teramat mendera perut Winter. Tak ingin menyusahkan si lelaki berjaket hitam itu Winter memutuskan untuk turun dari gendongan.

Winter memegangi perut ratanya yang sedari tadi terus menyuarakan protes. Berjalan jauh dengan keadaan perut kosong, Winter bersyukur dia tidak pingsan karena kelelahan. Atau mungkin belum. Perjalanan panjang ini Winter dan Jeno belum juga menjumpai tempat yang aman.

Dengan mata berat nan sayu Winter memandangi punggung lebar di depannya. Lee Jeno sejak menawarkan diri hingga Winter ingin berjalan sendiri tak juga menggemakan suara. Hening memenuhi area di sekitar keduanya. Winter pun tak punya opsi lain selain ikut tenggelam dalam diam. Nampak ada hal yang berbeda, Winter merasa Jeno makin jauh dengannya.

Bukan hanya langkah kakinya yang semakin menjauh, Winter merasa dirinya benar-benar akan mencipta jarak yang sangat lebar mulai saat ini. Tanpa sadar Winter memelankan langkahnya.

Winter merasa dirinya di tarik ke suatu tempat, sosok Jeno di matanya makin menjauh menapaki jalanan hitam nan gelap. Winter membeku di tempat, hal yang dulunya sangat ia benci. Winter harap Jeno tidak mengulangi hal yang sama, seperti dulu.














Byurr


Lee Jeno!!



LEE JENO!!!









Jangan mati ... Aku mohon ... Kau harus tetap hidup, Lee Jeno. Seberat apapun hidup yang kau jalani aku harap kematian bukanlah satu satunya pilihanmu.


"Ada apa?" tanya Jeno. Winter tersadar, mengedipkan pelupuknya cepat. Menatap sorot mata dingin itu dengan tatapan kosong. Lee Jeno, pria itu berdiri dengan posisi badan menghadap ke arah Winter setelah menyadari wanita di belakangnya tak terdengar suara langkah kakinya.

Untuk beberapa detik Winter merespon dengan diam, lantas menggeleng pelan. Bibir Winter kelu, menatap sorot mata Jeno secara langsung di saat dia tengah melamun membuatnya blank apalagi yang tengah Winter lamunkan adalah Jeno, akhirnya Winter hanya menggeleng.

Winter berjalan melewati Jeno menatap jalanan lebar dan berharap ada tempat untuknya beristirahat barang sejenak. Winter menghalau jauh lintas lamunannya tadi dan berharap hal itu tak akan pernah terjadi.

Sementara Jeno, mengamati gelagat aneh Winter. Awalnya Jeno takut kalau Winter tiba-tiba pingsan atau lebih ngeri kerasukan sebab dari tadi diam menatapnya.

"Lihat!" seru Winter dari kejauhan, tangan Winter menunjuk pada sebuah rumah. Wajahnya sumringah, berbeda seratus delapan puluh derajat saat menatap Jeno beberapa waktu lalu. "Ada rumah kecil di sana! Mungkin kita bisa minta bantuan."

Jeno menghela napas pelan, lantas mengikuti Winter dari belakang. Jeno sejatinya masih tidak paham dengan perubahan tersebut.

"Tunggu dulu." Jeno dengan cepat menahan pundak Winter. Menemukan tempat singgah bukan berarti di sana aman. Bisa saja ada musuh yang sudah menunggui dan menjebak mereka di sana. Jeno ancang-ancang mengisi pelurunya dan siap menggenggamnya di tangan kanan.

[2] PAINFUL LOVE (Devil Husband) || Jeno x WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang