03

6.1K 522 2
                                    

"Asa, ayo masuk. Ini sudah sore."

Kazu yang melihat langit sudah mulai berubah warna menjadi orenye itu mulai membujuk adiknya untuk masuk kedalam.

"Tidak mau"

Asa menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari ice.

Kazu menggeram kesal mendengar penolakan Asa. Wajahnya seketika menjadi dingin dengan tatapan sinis juga nada bicara yang menusuk.

"Cepat masuk atau aku akan membuang ice."

Asa yang berdiri membelakangi Kazu langsung membalikan badannya ketika mendengar ancaman itu.

"Ta- HUWA!"

Perkataan Asa terpotong dengan ledakan cukup keras yang berasal dari arah hutan di belakang mansion mereka.

Hal itu membuat Asa terlonjak kaget dan langsung memeluk Kazu.

Ledakan itu juga membuat tanah yang tengah Asa pijak bergetar cukup keras.

"Kau tidak apa-apa?"

Asa melepaskan pelukannya lalu menjawab pertanyaan Kazu.

"Tidak Asa hanya kaget"

"Sepertinya, terjadi sesuatu di hutan. Sebaiknya tuan Ace dan tuan Arley segera masuk kedalam. Saya akan menyuruh Daniel untuk menjemput kalian"

Pria berjas hitam yang sedang menggantikan peran Daniel untuk mengawasi mereka berdua terutama Asa itu menyarankan mereka untuk masuk kedalam mansion.

"Tidak perlu. Aku dan Arley akan menemui Daniel di dalam."

Mendengar penolakan dari Kazu, pria itu berinisiatif untuk mengantarkan kedua putra kembar bosnya itu untuk masuk kedalam.

"Kalau begitu, Saya akan mengantarkan Tuan Ace dan Tuan Arley untuk masuk ke dalam"

"Tidak."

Wajah Kazu kembali menjadi datar. Nada bicaranya juga berubah menjadi sangat tajam. Ekspresinya sama seperti beberapa saat yang lalu, saat Asa membantahnya.

"Susul saja yang lainnya dan lihat apa yang terjadi di hutan."

Kazu menatap pria itu tepat di matanya. Membuat pria itu langsung menundukkan kepalanya.

Sementara itu, Asa hanya diam sambil sesekali mengelus bulu ice yang ada di sebelahnya.

"Baiklah. Saya akan melihat apa yang sedang terjadi di hutan. Tolong perhatikan langkah kalian Tuan."

"Hmm." Kazu membalas singkat.

Asa yang melihat pria itu akan pergi langsung mengangkat tangannya lalu melambaikan tangannya dengan senyum yang mengembang.

"Dadah Zen!"

Pria itu membalas senyum Asa lalu mengangguk untuk membalas salam perpisahan dari Asa. Lalu pria bernama Zen itu melangkahkan kakinya mundur dan pergi menuju ke arah hutan.

Setelah itu, Kazu menarik Asa agar segera masuk kedalam mansion.

----

Tidak lama setelah suara dentuman keras itu terdengar, kini suara tembakan lah yang terdengar. Suara itu membuat beberapa orang berjas hitam berlarian menuju ke arah hutan untuk menyusul para rekannya, juga untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Beberapa maid dan penjaga yang merasakan sinyal bahaya yang akan menerpa mansion ini langsung menyiapkan senjatanya untuk menepati janji setia dan mengabdi kepada keluarga ini.

Bukankah keluarga mafia seperti ini tidak akan mempekerjakan orang dengan sembarangan? Tentu saja para pekerja di mansion ini sudah di bekali ilmu menembak dan cara untuk menggunakan senjata lainnya dengan sangat lihai.

Logan tidak akan pernah sembarangan dalam memilih seorang pekerja.

--

Di tengah hutan yang rimbun akan pepohonan itu, ada sekitar 20 orang berjas hitam. Juga 15 orang yang berpakaian serba hitam. Mereka adalah sekelompok musuh yang berhasil menyusup. Entah dengan cara apa mereka bisa menyusup.

Di sini juga sudah berdiri Yoshi. Atas perintah dari ayahnya, dia di sini untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Remaja 15 tahun itu berjalan dengan santai dengan wajah datarnya juga kedua tangan yang ia masukan kedalam saku celananya. Dia berjalan kearah sekumpulan orang berpakaian hitam itu.

Dan akhirnya Yoshi memecahkan keheningan yang terjadi di sana dengan pertanyaannya.

"Apa yang kalian inginkan?."

Salah satu dari pria berpakaian hitam itu langsung menatap ke arah Yoshi sesaat setelah pertanyaan itu keluar. Menurut bawahan ayahnya, itu adalah pria yang meledakan bom tadi.

Pria dengan rambut yang menutupi sebelah matanya itu tersenyum miring. Lalu dia dengan santai menjawab

"Tentu saja nyawamu, Tuan muda Brian. "

Setelah mengatakan itu, pria itu menembakan pelurunya kearah Yoshi yang langsung di tepis oleh salah satu bawahan ayahnya.

Sekumpulan orang yang berdiri di belakang orang itu mulai mengangkat senjata mereka.

Dan akhirnya, adegan saling menembak pun terjadi.

--

Getaran di saku celananya tidak mampu untuk membuat Reiki menghentikan langkahnya.

Setelah melihat nama yang tertera di layar handphonenya, Reiki menarik icon bulat berwarna hijau itu untuk mengangkat panggilannya. Itu adalah panggilan dari ayahnya.

"Reiki." Suara Logan terdengar menggema di telinganya.

"Ya?"

"Apa kau mendengar suara ledakan tadi?"

"Tentu saja. Aku sedang dalam perjalanan untuk melihat apa yang sedang terjadi."

"Tidak." Logan terdengar menolak perkataan Reiki.

"Sudah ada Yoshi di sana. Ayah juga sedang dalam perjalanan untuk pulang. Kembalilah ke mansion dan jaga adik-adikmu."

"Jangan pernah terlena dengan suasana yang tenang Reiki. Karena itu dapat menipumu. Ingat itu."

Lalu sambungan telepon itu pun terputus.

Dan, ya. Seharusnya Reiki tidak mudah terlena dengan suasana tenang itu. Karena, setelah ia melangkahkan kembali kaki ke arah mansion, hal yang pertama kali dia lihat sekarang adalah beberapa penjaga yang tergeletak dengan darah yang bercucuran, juga beberapa kaca yang pecah, dengan pintu utama yang terbuka lebar.

Hal yang dia lihat itu sontak membuat Reiki langsung berlari mendekat kearah mansion.

Seorang pengawal dengan luka di kepala, perut dan tangannya mulai berjalan ke arahnya.

"T-tuan.. Sekelompok orang m-mengepung mansion. Dan beberapa dari mereka b-berhasil m-masuk kedalam."

Dengan sedikit terbata, pria mengatakan apa yang terjadi.

Dan... 'Sial. Kedua adiknya berada di dalam mansion.

----

Kalo kata gue si part serunya tuh pas asa udah gede.

Anw kalian harus tau kalo part 3 yang asli tuh ilang. Dan ini yang baru. Sumpah gue kesel banget waktu itu anj pen bunuh orang gue😔

Arley Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang