19

3.4K 430 60
                                    

Ini hari kedua sejak kejadian di cafe kemaren lusa. Kemaren, Satya telepon Asa buat bilang kalo ada orang yang mau balapan sama Asa. Si bocil putih si oke oke aja soalnya udah lama juga dia ga main malem malem.

Jadinya, kemaren seharian Asa abisin waktunya dari pulang sekolah sampe berangkat lagi sekul buat lakuin ritual rutin sebelum balapan. Yaitu, peluk sama cium papinya. Enggak. Ritual rutin Asa tuh nginep sama nempelin papinya seharian di rumah papinya.

Tujuannya sih katanya ini ritual wasiat. Jadinya kalo misal Asa kenapa-kenapa pas balapan, dia udah peluk papinya. Jadinya Asa bisa mati dengan bahagia. Gitu si katanya.

Di jam 3 sore ini, Asa dapet kabar dari Zidan kalo Satya ngajakin dia main dulu sama gengnya. Asa yang dapat kabar itu langsung bilang ke Zidan buat setujuin ajakan Satya. Zidan bales oke sambil bilang kalo bentar lagi dia jemput Asa ke rumahnya.

Dapet kabar kalo Zidan bakalan jemput, Asa yang lagi nyantuy sama Vian di depan tipi itu langsung mandi. Selesai mandi, Asa yang baru aja mau pake hoodie malah di buat berhenti sama bel yang tiba tiba bunyi. Asa yang kira itu Zidan langsung ambil kunci motornya sambil mulai jalan buat buka pintu.

"Abang Vii Asa pelgii Zidan kayaknya udah di depann"

Vian yang lagi nyemilin keripik langsung nyaut sambil terus ngunyah kriuk kriuk.

"Oke, Titi dije dek."

Asa ngangguk sambil neteng hoodienya keluar.

--

Logan sudah sampai di negara tempat putra bungsunya tinggal selama 9 tahun terakhir ini.

Dia sedikit bersyukur karena Asa hidup dengan baik di sini dengan seorang pengusaha bernama Jeffrey Darrelyn yang mengadopsinya.

Kemarin malam, dia dan kedua putranya itu telah sampai. Sementara itu penerbangan Kazu di batalkan karena masalah cuaca. Dan saat ini putra ketiganya itu sedang terbang kemari.

Kemarin, saat Logan ingin pergi menemui Asa, dia harus membatalkan niatnya saat Zen memberi informasi jika putra bungsunya itu tengah berada di rumah orang yang telah mengadopsinya.

Dan sekarang, dia dengan Yoshi dan Reiki, juga Daniel, Zen dan beberapa bawahannya yang lain akhirnya menapakan kakinya di sebuah rumah berlantai dua. Rumah yang sangat elegan dengan kesan mewah yang begitu ketara. Rumah yang selama 5 tahun ini di tempati oleh putra bungsunya.

Daniel beberapa kali menekan bel yang ada di sebelah pintu. Sampai akhirnya, terdengar suara langkah kaki yang terdengar tergesa dari dalam dengan di susul oleh pintu di depan mereka yang mulai terbuka.

"Zidan udah dat--eh.."

"!!"

Logan menatap bocah di depannya dengan intens. Wajah yang sangat mirip dengan Kazu, dengan pipi yang sedikit berisi juga Sangat pendek. Bahkan, perbedaan tingginya dengan Kazu akan sangat terlihat nanti.

Tatapan Logan mulai menelisik ke setiap jengkal tubuh di depannya, dan secara perlahan mulai turun kearah tangan kiri yang sedikit terhalang tapi tatonya itu tetap terlihat. Dan bocah di depannya ini memang putranya.

Yoshi dan Reiki juga melakukan hal yang sama. Sementara itu, Daniel memandang Tuannya dengan mata berkaca kaca. Terlihat sangat jelas jika dia sedang menahan mati matian untuk tidak langsung menerjang bocah lucu di hadapannya dengan pelukan.

Sementara itu, Asa yang sedang Logan tatap itu tidak memberikan reaksi apapun. Asa hanya diam dengan wajah yang menunjukan sedikit ekspresi tercengang. Reaksi Asa itu bertahan sampai beberapa saat. Sampai akhirnya, bocah itu sedikit berbalik kearah dalam lalu mulai berteriak.

"ABANG VII! ABANG PINJEM UANG DALI LENTENILL??!"

Teriakan itu membuat Logan dan kedua putranya menatap Asa dengan pandangan datar. Teriakan itu juga membuat Daniel, Zen dan beberapa bawahan Logan lainnya menahan tawanya.

Lalu tak lama dari terikan milik Asa tadi, ada suara teriakan lain dari dalam rumah.

"YA KALI! BAPAK GUE KAYA NGAPAIN PINJEM DUIT DARI RENTENIR"

Asa mengangguk-anggukan kepalanya lalu mulai menatap satu persatu pria di depannya dengan tatapan polos miliknya.

"Om siapa?"

Pertanyaan polos itu terlontar begitu saja. Membuat Logan kembali mengingat pesan dari Caisen beberapa tahun yang lalu.

'aku juga mencekokinya obat penghilang ingatan dengan dosis tinggi.'

'Jika kau menemukannya, Dia tidak akan mengingatmu'

Ternyata bajingan itu tidak berbohong.

Logan mengepalkan tangannya untuk menahan emosi.

"Kalo om cali Abang Nathan, Abang belum pulang.. Kalo om cali papi Jeffley, om salah lumahh"

Atensi Logan kembali kepada bocah di depannya. Tangannya mulai bergerak untuk membelai pipi berisi Asa. Membuat si pemilik pipi itu mengerutkan dahinya yang langsung Yoshi hentikan dengan menekan kerutan di dahi adik manisnya itu. Tangan Reiki juga refleks mengelus rambut Asa.

"Ini lumah Asa sama Abang Nathan"

"Di-"

"ASAAA!! ASA!"

"ABANG ZIDAN YANG GANTENG INI UDAH DATENG NIHH"

Dan, fokus mereka semua menjadi buyar karena suara teriakan cempreng dari arah pagar rumah.

Di sana terlihat seorang bocah yang lebih tinggi dari Asa. Duduk di motornya dengan kaos dan jaket denimnya.

Pemandangan itu seketika membuat Asa langsung berlari kearah motor yang telah terparkir di halaman rumahnya sambil terus memakai hoodie navynya.

Selesai memakai hoodie, Asa menatap ke arah perkumpulan om-om dengan 2 kakak-kakak yang ada di depan rumahnya.

"Om-om sama kakak-kakak masuk aja ya! di lumah ada Abang Vi kok!"

Lalu setelah itu, Asa mulai menaiki motornya dengan tangan yang sibuk memasang helm. Setelah selesai, putra bungsu Logan itu mulai berlalu begitu saja meninggalkan rumah dan orang orang berjas hitam yang masih ada di depan rumahnya.

--

Ngantuk anj btw kalo nanti gue jualan pdf kalian beli yak soalnya duitnya mau gue pamerin ke emak gue

Arley Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang