07

4.5K 465 10
                                    

Perlu waktu sampai 22 menit untuk Asa melewati hutan yang ia lewati tadi. Sekarang sudah setengah jam sejak dia berlari dan dia sudah sampai di jalan raya.

Jalan yang sangat terang oleh lampu lampu jalanan tapi tidak ada satu kendaraan pun yang melewatinya. Jalanan yang sangat lebar dan tenang dengan laut di bawahnya.

Pikiran Asa terus berputar memikirkan bagaimana keadaan Ayahnya, Yoshi, Reiki dan juga Kazu. Sampai akhirnya, Asa merasa tubuhnya sudah mencapai batasnya.

Kaki telanjangnya sudah tidak tahan untuk berlari. kepalanya mulai pusing tapi Asa tetap memaksakan tubuh kecilnya itu untuk berlari karena pesan dari Kazu tadi. Juga karena dia merasa ada yang mengikutinya.

Akhirnya, tubuh kecil itu terjatuh karena sudah tidak tahan untuk menahan berat tubuhnya sendiri.

Kepalanya yang terasa sangat sakit membuat mata Asa mulai buram. Pendengarannya juga mulai tidak jelas. Satu hal yang Asa ingat sebelum kegelapan dan keheningan mengelilinginya adalah seorang pria berbadan besar dengan pakaian serba hitam juga pistol di tangannya.

"Waktu bermainmu sudah habis. Sekarang, mari kita lihat apa yang akan bosku lakukan padamu." Dan setelah itu, semuanya menjadi gelap.

--

Dering ringtone dari handphone yang ada di sebelah botol Wine itu berhasil mengalihkan perhatian seorang pria yang tengah duduk di sofa.

Tangan kirinya beralih untuk membawa telepon itu pada genggamannya. Sementara itu, tangan kanannya bergerak untuk membawa batang nikotin yang sedang dia hisap dari belah bibirnya.

Sebelum mengangkat telepon itu, pria itu lebih dulu menghembuskan asap berwarna putih itu dari mulutnya.

"Apa?"

"Saya bersama putra bungsunya sekarang"

Jawaban dari sebrang sana berhasil membuat kedua belah bibir itu terangkat ke atas membentuk senyuman.

"Kau yakin itu putra bungsunya?"

"Tentu. Boneka, mawar, tangan kiri, dan atas nama Arley"

"Kerja bagus. Bawa dia padaku sekarang."

"Baik."

--

Ga ngeri si, cuma;

Warn!📢⚠

Darah, pembunuhan,organ dalam,tembakanan,benda tajam.

Lewat bagian ini kalo emang gak bisa baca semua yang ada di atas.

Reiki berlari dengan tergesa masuk ke dalam mansion. Pikirannya berlarian ke mana-mana. Dia khawatir jika Kazu dan Asa tertembak atau bahkan lebih buruk.

Dia bahkan tidak peduli dengan mayat-mayat yang ada di bawahnya. Sudah tidak ada yang hidup lagi di ruang tengah ini.

Reiki langsung berlari dan naik ke atas tangga sesaat setelah melihatnya. Dia yang sudah sampai di lantai dua tempat dimana kamar Kazu dan Asa berada semakin di buat kalut ketika dia tidak melihat keberadaan kedua anak itu.

Kamar kedua adiknya itu sangat berantakan. Beberapa mayat juga tergeletak di depan pintu.

Reiki mulai mencari ke dalam semua ruangan yang ada di sana. Beberapa pekerja ayahnya yang selamat juga membantunya untuk mencari Kazu dan Asa.

"Tuan, Arthur baru saja memberi tahu saya jika Tuan Arley dan Tuan Ace berada di Asrama para penjaga!"

Orang yang bertemu dengan Reiki di halaman depan tadi berteriak dari kejauhan.

Mungkin terkesan tidak sopan. Tapi membutuhkan banyak waktu baginya untuk berjalan ke hadapan Reiki karena kakinya yang tertembak tadi. Jadi, dia berteriak karena melihat raut frustasi Reiki yang sudah tidak tertolong. Reiki juga memaklumi itu.

Akhirnya, setelah mendapatkan kabar itu, Reiki mulai berlari menuju asrama para penjaga.

Sesampainya di sana, darah dan mayatlah yang pertama kali dia lihat. Juga, Reiki melihat seorang pria yang di kenalnya berjalan menggapai tembok dengan kaki pincang juga darah dari kepala dan bajunya.

Itu Daniel. Dia berjalan dengan terpogoh-pogoh. Sesekali tangan kanannya mengepal di tembok untuk menahan berat tubuhnya. Terlihat sekali jika dia sedang berusaha mati matian untuk tetap menjaga kesadarannya.

Reiki seketika langsung berlari mendekat ke arah Daniel.

"Dimana Ace dan Arley, Daniel?"

Reiki bertanya dengan datar tapi terkesan tidak sabaran.

"Mereka ada di gudang"

"T-tolong cepat tuan saya takut jika mereka sudah berhasil menemukan Tuan Ace dan Tuan Arley.."

Remaja 13 tahun itu kembali berlari menuju ruangan yang baru saja si penjaga sebutkan.

Nafasnya tersengal. Beberapa meter lagi Reiki sampai di ruangan itu. Dari kejauhan sudah terlihat gembok yang sudah tidak berbentuk di lantai, dan juga rantai yang menggantung di pintu dengan pintu yang tidak terbuka terlalu lebar.

Setelah sampai di depan pintu, Reiki dengan samar mendengar suara rintihan kesakitan yang seketika membuatnya langsung membuka pintu itu dengan kasar. Dan, pemandangan di depannya berhasil membuatnya diam seketika.

Di sana, Kazu yang dengan santainya menggoreskan pisau pada seorang pria berbadan besar yang sudah sangat lemah dengan darah yang menggenang di lantai.

Kazu bahkan tidak menoleh pada Reiki sedikit saja. Bocah itu tetap fokus pada mangsa di depannya dengan bercak darah yang mengotori baju dan wajahnya.

Ruangan ini bahkan sudah sangat kacau dengan genangan darah yang ada di mana mana. Juga beberapa hal lainnya yang juga menghiasi gudang ini seperti kapak, gunting, pecahan kaca, dan juga tangan utuh juga beberapa jari yang berserakan di lantai. Dan jangan lupakan kaki yang ada di ujung sana dengan satu bola mata di sebelahnya. Juga beberapa organ dalam yang berserakan di tempat lainnya.

Reiki yang melihatnya semakin dibuat diam. Sementara itu, Orlen yang melihat pembunuhan sadis secara live ini hanya bergidik ngeri. Tapi, dia tetap mengakui kehebatan Tuannya itu dalam membunuh meski umurnya baru 7 tahun.

Setelah bermenit menit, akhirnya putra kedua dari Logan itu membuka suaranya.

"Kazu"

Sang adik yang mendengar itu langsung menghentikan kegiatannya lalu berdecak.

"Ck"

Setelah itu, Kazu mengangkat kepalanya untuk melihat Reiki.

"Onii-chan, kau mengganggu."

Dor!

Suara tembakan itu begitu menggema. Kazu tertembak tepat di dada oleh seorang pria tidak di kenal yang tiba tiba muncul di belakang Reiki.

----

Kazu langsung dapet karma abis bunuh orang anjirr

Arley Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang