10

2.6K 256 6
                                    

5 hari setelah penculikan Asa, Osaka- 09.00 a.m

Kazu bersandar pada bantal di belakangnya. Saat ini kakak kembar Asa itu berada di kamarnya. Dia baru sadar beberapa jam yang lalu dari tidur panjangnya selama 5 hari.

Dadanya masih di lilit oleh perban putih dengan sangat rapih. Jarum infus juga masih menancap di lengannya.

Reiki tadi memberitahunya jika saat hari pertama, jantungnya sempat berhenti bekerja selama satu menit. Dan Tuhan dengan berbaik hati masih membiarkannya hidup sampai detik ini.

Setidaknya, Kazu sedikit bersyukur karena dia masih hidup. Dia sungguh tidak akan rela jika dia benar-benar mati waktu itu karena dia belum menemukan Asa dan juga belum puas untuk membunuh.

Ayolah. Dia baru membunuh dua orang saja. Dan itu terasa menyenangkan.

Bukankah akan sangat kejam jika sebuah hal yang menyenangkan hanya dilakukan dua kali seumur hidup?

"Anda sudah sadar Tuan?"

Pemikiran Kazu tentang hal menyenangkannya itu menjadi buyar saat dengan tidak sopannya Orlen masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Wajah Kazu kembali mendingin. "Siapa yang mengijinkan mu masuk kedalam kamarku?. "

"Ah.. Saya minta maaf. Saya hanya dengan penuh kasih sayang dan perhatian ingin melihat keadaan anda Tuan. Jadi karena saya tidak ingin mengganggu waktu anda, saya langsung memasuki kamar anda tanpa mengetuk terlebih dahulu. "

Orlen menjawab dengan seringaian kecil. Memainkan Tuan mudanya ini memang hal yang paling menyenangkan.

Sementara itu, Kazu menatap Orlen dengan pandangan tajam miliknya. Keinginannya saat ini adalah mengusir pria berjas hitam di depannya. Tapi saat akan mengusir pria di hadapannya, Kazu kembali teringat dengan rimie si boneka milik Asa.

Akhirnya dengan menyimpan sebentar keinginannya untuk mengusir orang di depannya, Kazu mulai bertanya dengan suara datarnya.

"Orlen."

"Ya? "

"Kau yang mencuri boneka milik Asa?"

"Benar!"

Si pria berjas hitam itu menjawab dengan riang. Senyum miliknya juga mulai mengembang.

Hal itu membuat Kazu sedikit kesal. Bagaimana bisa pria bodoh di depannya ini mencuri boneka milik adiknya bahkan saat dia tahu Asa bahkan menangis dari pagi sampai malam hari.

Melihat raut tidak mengenakan dari Tuannya, Orlen langsung bereaksi dan mulai menjelaskan alasannya mencuri.

"Sebenarnya, saya tidak mencuri Tuan."

Kata-kata dari Orlen itu berhasil mengalihkan sepenuhnya atensi Kazu padanya.

"Saya sebenarnya membantu Tuan Arley."

Orlen dengan penuh percaya diri mulai menjelaskan dengan sangat rinci.

"Sebenarnya saat itu, saya melihat boneka Tuan Arley terjatuh ke lantai Tuan. Ehem ehem.. Jadi saya mengambilnya dan mencucinya dengan penuh cinta.. Lalu, saat Tuan Arley menangis, saya dengan cemas segera berharap agar boneka itu kering secepat mungkin."

"Lalu saat saya akan mengembalikannya, Tuan Logan memberi saya tugas lembur antar kota sehingga saya bahkan tidak bisa tertidur dengan benar! Dan hal itu menjadikan saya lupa untuk mengembalikannya.. "

Lalu saat saya senggang, saya selalu lupa untuk mengembalikannya kepada Tuan Arley. Dan itu berlanjut sampai saat ini. Saya terus lupa. "

Kazu menatap Orlen dengan Wajah datarnya lagi. Omong kosong. Kazu tahu jika sebenernya Orlen memang tidak ingin mengembalikannya.

Kazu tahu jika sebenarnya Orlen sangat menyukai Asa. Tapi saat seleksi pengawal pribadi, si bodoh Orlen itu salah memasuki ruangan dan dengan keras berusaha semaksimal mungkin sampai akhirnya dia berakhir lulus menjadi Pengawal pribadinya.

Sungguh, Kazu akan sangat bersyukur jika saja Orlen tidak salah memasuki ruangan saat itu.

--

"Bagaimana keadaanmu? "

"Lebih baik. "

Kazu menjawab pertanyaan Ayahnya dengan tenang. Sementara itu, Logan menganggukkan kepalanya mengerti. Setelahnya, Ayah Kazu itu tidak kembali mengeluarkan suaranya. Hanya saja, matanya terus menatap serius kearah Kazu.

"Bagaimana dengan Asa?" Kazu bertanya.

"Belum di temukan. Semua hilang tanpa jejak."Logan menjawab dengan wajah dinginnya.

Setelah itu terjadi keheningan selama beberapa saat.

"Tentang hal yang terjadi saat itu, aku benar-benar melakukannya."

Mendengar pengakuan putranya, Logan lalu mulai bertanya.

"Mengapa kau melakukannya?"

Kazu langsung menatap Ayahnya dengan serius.

"Aku tidak tahu. "

"Ayah, aku tahu keluarga kita tidak biasa. Aku tidak tahu mengapa aku membunuhnya. Tapi itu terasa sangat menyenangkan."

"Tolong jadikan aku bagian dari kalian. Aku akan melakukan apapun agar Ayah memasukan ku kedalam bagian dari kakak dan Ayah."

"Karena, aku akan membunuh siapa pun orang selain keluarga kita yang berani membuat goresan pada tubuh Asa."

--

Tambahan dikit ini part yang sempet kelewat dari sebelumnya.

Arley Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang