18

3.4K 410 16
                                    

Las Vegas, 21.36

Seorang pria dengan jas hitamnya berjalan dengan tergesa melewati pintu-pintu ruangan kosong yang membuatnya sedikit jengah karena membuat sebuah pintu yang ingin dia tuju menjadi semakin jauh.

Sesampainya di depan pintu yang dia tuju, pria itu langsung masuk kedalam tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu membuatnya langsung mendapatkan teguran dari orang yang sangat tidak tersentuh selama beberapa tahun ini.

"Apa kau melupakan etikamu, Daniel?."

Daniel membungkuk sopan sembari mengucapkan kata maaf.

"Maafkan saya Tuan.."

Pria yang tengah duduk dengan fokus yang hanya terarah pada kertas-kertas di tangannya itu tidak merespon.

Hal itu membuat Daniel perlu waktu sampai beberapa menit untuk mengutarakan maksud dari kedatangannya.

"Katakan."

Daniel menunduk hormat. Lalu setelah itu tangannya mulai mengotak-atik layar pintar benda pipih yang cukup lebar di tangannya.

Setelah menemukan apa yang dia cari, Daniel langsung meletakan benda di tangannya ke atas meja Tuannya.

"Tuan Arley, Zen menemukannya."

Pria di hadapan Daniel ini sontak menghentikan kegiatannya. Nafasnya seketika tercekat sesaat setelah mendengar perkataan dari penjaga pribadi putra bungsunya yang hilang.

"Apa maksudmu?"

Pria itu bertanya dengan tangan yang mulai mengambil benda canggih di hadapannya.

"Saat ini Zen mendapatkan bagian untuk mencari Tuan Arley ke salah satu negara di Asia Tenggara."

"Saat dia sampai di sana, ada satu video yang sedang ramai di perbincangkan di kalangan remaja di sana. Dan video itu juga ada di sana Tuan."

"Isi dari video itu adalah seorang pelajar dengan tato bunga mawar di tangan kirinya. Lalu beberapa jam yang lalu, Zen mendatangi sekolahnya. Tapi sekolah itu di pulangkan lebih awal. Dan saat itu, dia secara tidak sengaja bertemu dengan remaja yang ada didalam video itu di sebuah cafe."

"Dan itu benar benar Tuan Arley."

Pria di depan Daniel itu mendengarkan dengan saksama. Lalu setelahnya menggeram marah saat melihat isi video yang Daniel ceritakan.

Pria sialan itu, berani sekali dia memukul putranya bahkan sampai membuat putranya itu merengek dan hampir menangis.

Logan, ayah Dari Asa itu menggeser kembali layar di hadapannya yang menampilkan beberapa foto putranya yang Zen ambil secara diam diam saat putra bungsunya itu sedang makan di cafe.

"Siapkan pesawat sekarang."

"Lalu, perintahkan Zen untuk terus mengawasi Arley. Cari tahu juga informasi lengkapnya secara detail selama 9 tahun terakhir ini dan kirimkan padaku. Aku ingin semuanya selesai dalam 2 jam."

"Suruh juga Arthur untuk mengurus seluruh pekerjaanku."

"Tunjukan juga semua ini pada Brian dan Eric dan suruh mereka untuk menghubungi Ace."

"Baik."

Daniel mengangguk patuh lalu mulai melangkahkan kakinya untuk menjalankan apa yang Tuannya perintahkan padanya.

Penjaga pribadi Asa itu sedikit terkesan setelah mendengar kalimat terpanjang Tuannya selama dia hidup.

----

New york city, 01.05

Beberapa dering notifikasi dari handphone yang ada di meja berhasil mengalihkan atensi seorang remaja yang tengah duduk di atas kursi dengan sebuah buku yang sedang dia baca.

Remaja itu menyimpan bukunya di atas meja dengan pisau lipat yang berlumuran darah segar di bawahnya. Membuat buku itu kini mempunyai beberapa bercak darah di sampulnya.

Tangannya mulai mengambil handphone yang tergeletak untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan di tengah malam seperti ini.

長兄

[Picture]

[Picture]

[Picture]

[Picture]

[Videos]

Asa.

Aku sudah menyiapkan tiket pesawat untukmu Kazu.

Jadwal penerbanganmu jam sepuluh pagi.

Kazu tersenyum saat melihat pesan dari kakak pertamanya. Akhirnya, penantiannya selama 9 tahun ini berakhir dengan baik. Karena jika tidak, mungkin dia akan kembali menggali kuburan seorang Caisen Drixson hanya untuk menggambil tengkoraknya untuk dia pecahkan dengan beberapa palu dan kapak.

Sudut bibir Kazu sedikit tertarik keatas saat melihat salah satu foto yang di kirimkan kakaknya.

Disana, adik kembarnya itu tengah tersenyum dengan sangat bahagia yang membuat matanya seketika hilang dengan sebuah es krim di depannya.

Melihat itu membuat beberapa kenangan manis dia dan Asa ketika mereka masih kecil terputar kembali.

"私の妹、私の。"

"二度とあなたを手放すことはありません。"

"あなたが恋しい。もう少しお待ちください"

Seringaian tercipta dari kedua belah bibir Kazu. Bertepatan dengan itu, angin yang lumayan kencang masuk kedalam kamarnya melalui jendela yang terbuka lebar di sebrang kasurnya. Angin itu seketika membuat buku yang tadi Kazu baca seketika tertutup dan meninggalkan bercak merah darah pada sampulnya.

----


Apaan? Ini apaan anjirrr

Arley Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang