Summit Puncak

16 2 0
                                    

Aku terbangun dari tidur saat suara-suara berisik dari dalam tenda, ku lihat Wulan dan kawan-kawannya sedang berganti baju, jam setengah tiga banget, ya ampun biasanya kalau dibawah aku baru bangun jam 6 pagi

“Mba bangun Mba persiapan buat summit” kata Wulan sambil memakai topi hangat nya

“Hmmmmm” kataku yang masih setengah sadar

“Dytha bangun lo!! ini udah ditungguin mas Hanung nih” kata Febi heboh dari luar tenda

“Si bencong udah seger aja tuh orang” keluhku yang mulai bersiap-siap untuk melakukan pendakian kembali

“Tapi dia yang paling panik Mba waktu semalem Mba ngigo gitu” kata Leni memberitahu

“Aaahh masa sih” kataku terkekeh sambil memakai kaos dan kemeja flannel yang masih bersih, kecuali celana aku hanya membawa satu celana gunung yang dimana bagian belakangku yang masih ada bekas tanah akibat aku sering selonjoran ditanah

Aku memulas wajahku dengan sedikit make up dibantu cahaya senter yang tergantung diatas tenda, memakai jacket agar terhindar dari hawa dingin, dengan rambut tergerai aku memakai topi hangat yang dibelikan Elang, tak lupa memakai sarung tangan punya Hanung yang semalam aku pakai

Menyusul Wulan dan yang lain yang sudah keluar dari tenda, kulihat diluar semua anggota open trip sudah bersiap-siap dengan minuman hangat yang sudah ada ditangan masing-masing

“Dytha minum susu hangat dulu ya” kata Pandu memberiku segelas susu hangat

“Tengkyu Mas” kataku

“Ada jelly untuk menahan lapar ketika perjalanan nanti” kata Pandu

“Oke siap Mas, tapi aku ini bawa cemilan sama sedikit air ditas” kataku sambil menunjukkan waistbag yang aku bawa

“Jangan berat-berat ya Dytha nanti malah mengganggu perjalanan, soalnya nanti Bayu juga bawa air, kopi, susu, mie, sama beberapa cemilan” kata Pandu memberi tahu

“Enggak kok ini Mas” kataku karena isi waistbag hanya air minum, cemilan, handphone, dompet, beberapa kertas dan spidol untuk foto diatas, ikut-ikutan trend gak ada masalah kan ya hahaha…..

Setelah semua mengisi perut masing-masing, sebelum melakukan summit kita semua mengecek dan menutup tenda masing-masing agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, kita juga menutup sampah rapat-rapat agar tidak ada babi yang mengacak-ngacak

“Oke gaes, sebelum melakukan summit alangkah baiknya kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing, berdoa mulai” kata Hanung ketika kita semua berbaris berbentuk lingkaran dengan headlamp dikepala masing-masing kecuali aku yang tidak membawanya “Selesai” lanjut Hanung lagi “Pandu nanti depan ya buat cari jalur” kata Hanung lagi sambil pemanasan kaki

Formasi pendakian sekarang aku dan Febi paling belakang bersama Hanung, Bayu ditengah mendampingi tim Wulan dengan membawa cariel sedangkan Pandu mendampingi tim Ajeng

Pendakian dilakukan pagi-pagi buta seperti ini rasanya lebih berat, bukan karena beban dipunggung yang kita bawa melainkan hawa dingin yang langsung nusuk ke wajah, karena memang dinginnya ini gak ada obat banget

Aku hanya membawa tas kecilku jadi beban yang aku bawa sangatlah ringan, namun karena hawa dingin yang aku rasakan jadi untuk mengatur nafas agar tidak berat itu lumayan sulit

“Bor berapa derajat ya ini dinginnya” kataku ke Febi yang berada didepanku

“Gak tau Cong lumayan nih dinginnya” saut Febi

Karena untuk menghemat tenaga aku dan Febi selama perjalanan tidak berbicara sama sekali bahkan saat berhenti pun kita hanya menatap mata satu sama lain karena hawa dingin yang kita rasakan, namun jika kita berhenti hawa dingin itu semakin kita rasakan

“Dytha kalau berhenti lebih baik sambil bergerak jangan diam ya, nanti takutnya terserang hipotermia” kata Hanung mencoba menyadarkanku karena tadi aku sedikit melamun “Jangan melamun heii” kata Hanung lagi mengingatku sambil membenarkan topiku

“Enggak melamun kok” kilahku sambil menggerakkan tanganku walaupun sedang berhenti sejenak

“Jangan mancing-mancing makhluk disini buat gangguin lo” kata Febi sambil melakukan pergerakan-pergerakan aneh agar terhindar dari hawa dingin

“HE.EH” kataku sarkas

“Yuk lanjut lagi” Ajak Hanung

“Mas nanti terangin jalan yang ada didepanku ya” pintaku ke Hanung karena aku tidak membawa headlamp

“Bor lo nanti terangin jalan yang udah lo lewati buat gue, jangan kejauhan berhenti didepan guenya” lanjutku ke Febi dan mereka semua mengiyakan

Perjalanan sekarang walapun masih menanjak baik aku dan Febi memilih untuk tidak berhenti terlalu lama karena pertama kita tidak terlalu bawa banyak beban jadi kita tidak gampang capek kedua hawa dingin yang menyelimuti jika kita berhenti terlalu lama

Setelah 1 jam kita berjalan kita sudah tidak menemukan lembah, kini trek yang harus kita tempuh yaitu jalan bebatuan dan bekas lava, puncak terlihat sudah berada didepan mata semangat Dytha!!

“Didepan sudah pos 7 tuh mereka juga sepertinya istirahat disitu” kata Hanung memberitahu, kira-kira 15 meter didepan kita terlihat yang lain sedang beristirahat

Dengan semangat empat lima baik aku dan Febi melangkah maju kearah mereka karena perutku sudah keroncongan, karena tadi aku hanya minum segelas susu hangat dan sedikit makan jelly

Di pos 7 Sanghiyang Ropoh kami semua mengisi amunisi kembali tapi tak dipungkiri semua pun merasakan hawa dingin jika hanya berdiam diri tanpa melakukan pergerakan-pergerakan kecil

Dengan hanya menyemil yang ada dicariel tapi membuat tenagaku kembali, kulihat yang lain sedang mengabadikan momen karena dihadapan kita walaupun langit masih sedikit gelap tetapi terdapat semburat orange yang menandakan jika fajar akan segera tiba, dan dilihat dari atas sini begitu indah tsay, memang ciptaan tuhan itu tidak pernah gagal

“Cong minggir ah lo merusak pemandangan deh” keluh Febi yang sedang membuat video pemandangan didepan yang siapapun melihatnya pasti akan merasa takjub

“Aaahhh lo mah dikasih model cantik begini biar mendukung pemandangan indah didepan kagak mau” kataku sambil makan cemilan yang ada ditasku

“Diem dulu bege pemandangan udah indah masa backsoundnya suara cempreng lo” kata Febi terkekeh
Lucu!!!

Aku mengeluarkan handphoneku untuk mengabadikan momen mendaki ini karena mendapatkan pemandangan indah didepan, padahal semalam hujan tapi esoknya mendapatkan pemandangan indah seperti ini, berasa tidak sia-sia setelah lelahnya mendaki dari basecamp sampai di pos 7 mendapatkan momen indah ini

“Cong ayok buat siaran” ajak Febi

“Gelap gak sih bor” kataku

“Kagak ini udah ditambah dari cahaya headlamp gue” kata Febi “Ready, action” lanjut Febi membuatku bersiap seperti wartawan yang sedang melakukan siaran melaporkan kondisi terkini

“Selamat pagi pemirsa dimanapun kalian berada pasti kalian masih tertidur nyenyak dan kita para crazy people sedang melakukan pendakian menuju ke puncak gunung ciremai” kataku membuat semuanya terkekeh dan Febi selaku kamera menyoroti satu-satu crazy people yang sedang duduk santai di pos 7

“Saat ini kami berada di pos 7 dengan pemandangan yang begitu indah menyejukkan dimata siapapun yang melihatnya pasti akan terpukau, seperti kita pagi-pagi buta seperti ini bukannya tidur malah jalan kaki menembus hutan untuk melihat ciptaan tuhan yang indah ini” lanjutku dan Febi mengambil gambar pemandangan didepan

“Puncak sudah didepan mata kita akan melanjutkan siaran ketika kita sudah dipuncak, baik itu saja untuk liputan hari ini saya Alyena Cesna Gudytha dari pos 7 gunung ciremai melaporkan, silahkan Febi kembali ke studio” kataku terkekeh menutup video liputan










Gunung : Gudytha & HanungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang