Kami melanjutkan perjalanan kami menyusuri jalan ketika pendakian ketika bersama yang lain, saat berada di tempat camp aku melihat sosok Febi yang berteriak memanggil namaku dan Hanung
“Itu Dytha itu Dytha” teriak Febi membuat tim baju orange dan orang-orang disekitarnya menghampiri kami
Aku yang sudah tidak kuat menahan sakit dimataku dan haus yang aku rasakan karena selama perjalanan tidak sedikitpun Hanung mengijinkan ku untuk berhenti sejenak atau menghilang dahaga sejenak, kakiku sudah tidak bisa menopang tubuhku
“Dytha are you okey?” tanya Hanung panik yang berhasil menangkap tubuhku
Pandangan gelap menghampiriku sebelum aku menutup mataku aku melihat Hanung meneteskan mata dan meminta maaf padaku karena tadi sudah marah terhadapku
Bau minyak kayu putih sangat menyengat dihidungku aku yang masih lemas mencoba membuka mataku, kulihat didepanku ada Hanung Febi yang sedang mencoba membangunkanku
“Cong lo udah sadar?” tanya Febi
“Gue ada dimana?” tanyaku lemas
“Masih dipos camp tadi lo pingsan” kata Febi memberi tahu
“Minum dulu Dytha” kata Hanung memberikan segelas teh hangat
Kuperhatikan aku menjadi pusat perhatian para pendaki lain, gak papalah bodo amat yang penting aku sudah bertemu dengan tim penyelamat
“Kita langsung turun saja ya Mas, aku takut ibu khawatir” kataku yang sudah agak mendingan
“Ibu lo udah ada di basecamp, kemarin pas lo dan mas Hanung dinyatakan hilang mas Pandu langsung telpon ibu lo, kedua orang tua mas Hanung juga ada di basecamp” kata Febi memberi tahu
“Mas mau langsung turun atau bagaimana?” tanya tim penyelamat ke Hanung
“Bagaimana Dytha kamu masih sanggup berjalan?” tanya Hanung
“Aku mau langsung turun Mas” kataku pelan
“Mbanya kalau tidak kuat nanti kita tandu” kata tim penyelamat kepadaku
“Gimana ditandu saja ya Dytha?” tanya Hanung kepadaku “Mas ada salep antiseptik gak?” tanya Hanung ke tim penyelamat
“Ada ini Mas” kata tim penyelamat memberikan salep antiseptik
“Obatin luka di pelipis kamu dulu ya Dytha takut makin parah” kata Hanung dengan rasa khawatir diatas rata-rata
“Cong kok Mas Hanung kaya suami siap siaga ya” bisik Febi yang duduk disampingku walaupun Febi berbisik tapi aku yakin Hanung mendengarnya karena posisi dia sedang mengoles salep dipelipisku
“Eh kok lo masih disini? Bukannya hari ini lo harusnya udah masuk kerja?” tanyaku yang baru sadar jika kemarin sebelum tersesat jika bencong yang satu ini cerita seharusnya hari ini sudah masuk kerja
“Duuhh gue kepikiran lo sama mas Hanung jadi gue ikut tim penyelamat cari kalian” kata Febi dengan ekspresi so imutnya lucu kaga lawak iya
“Aaaahhh sweet banget sih bencong yang satu ini” kataku dengan tatapan terharu
“Gak usah sok manis lo ah” kata Febi yang keliatan enek lihat wajahku
Setelah aku sedikit membaik kami segera turun dengan posisi aku ditandu karena untuk menghindari aku yang jatuh pingsan kembali, Hanung dan Febi berada di belakang, carielku dibawa oleh Febi
Tapi ditandu seperti ini apalagi trek yang menurun membuatku takut, karena ada adrenalin tersendiri jika ditandu seperti ini, apalagi melihat tim penyelamat yang menanduku sangat kesusahan walaupun aku memiliki badan yang mungil tapi aku cukuplah berat
Trek yang sangat menurun membuat 4 orang tim penyelamat cukup kesusahan, terkadang mereka sampai kepentok pohon yang berada dipinggir jalur pendakian inginku tertawa tapi semua itu karna aku
Selain aku menyusahkan tim penyelamat aku yang ditandu seperti ini menjadi pusat perhatian yang mendaki yang ingin naik kepuncak, huufftttt jadi malu…
“Mas Hanung” panggilku ke Hanung, kami berhenti sejenak di pos 1 karena menanduku tanpa berhenti dari pos camp sampai pos 1 ini membuat tim penyelamat sangat kelelahan
“Iya kenapa Dytha?” jawah Hanung lembut yang sedang duduk disampingku, Febi dan tim penyelamat sedang mengisi tenaga diwarung yang ada dipos 1
“Mas aku nanti jalan aja ya, gak enak aku ditandu kaya tadi” kataku
“Kuat jalan gak Dythanya?” tanya Hanung
“Kuat Mas udah gak separah kaya tadi di pos camp kok” kataku meyakinkan Hanung
“Yaudah nanti aku bicara ke tim penyelamat” kata Hanung mengakhri pembicaraan diantara kita
Setelah semua merasa lebih bertenaga kami melanjutkan perjalanan dari pos 1 menuju basecamp, aku yang memilih berjalan kini berada paling depan bersama Hanung dan Febi
Sebentar lagi kami sampai ke basecamp ada perasaan terharu akhirnya aku selamat dari kekacauan yang aku ciptakan sendiri, aku harus segera bertemu ibu, beliau pasti sangat khawatir denganku
“Aaawwww” ringisku karena rasa perih dikakiku
“Kenapa Dytha?” tanya Hanung khawatir dan menyuruhku untuk duduk dipinggir lading milik warga
“Perih Mas” kataku setelah Hanung melepaskan sepatuku dan kulihat kedua kakiku dijari-jarinya telah terluka karena gesekan
“Masih sanggup jalan? Kalau enggak aku gendong aja bentar lagi juga ini sampai di basecamp” kata Hanung
“Iya Mas” kataku dan cariel Hanung dibawakan oleh salah satu tim penyelamat
“Hhhmmm enak ya cong digendong sama mas Hanung, pundaknya bidang lagi ya” ledek Febi sambil terkekeh
“Masih Iri aja nih bencong” kataku mengakak membuat Hanung terkekeh
Setelah sampai basecamp aku melihat ibuku yang berlari kearahku sambil menangis histeris, aku yang melihat itu tentu saja membuatku menangis, Hanung yang sedang menggendongku hanya terdiam karena dibelakang ibuku terlihat pasangan suami istri yang menatap lega kearah Hanung
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunung : Gudytha & Hanung
RomanceBercerita tentang wanita bernama Alyena Cesna Gudytha yg baru pertama kali mengikuti acara open trip ke gunung berdasarkan iklan yg ia lihat ketika scroll tiktok yg diketuai oleh Hanung Pramudya yg setiap tahunnya pasti mengadakan open trip bebas u...