Hari Pertama Tersesat

16 2 0
                                    

Sebentar lagi hari akan gelap namun aku dan Hanung belum mendapatkan jalur yang benar, aku takut tidak bisa kembali ke basecamp, aku takut tidak bisa kembali turun kebawah, aku takut tidak bisa bertemu ibuku lagi

“Dytha, hei jangan nangis” kata Hanung tiba-tiba menghapus air mataku

“Aku takut Mas” kataku sambil terisak

Tiba-tiba suara gamelan terdengar lumayan kencang ditelingaku membuat sekujur tubuhku merinding seketika, sontak aku langsung mendekatkan diri ke Hanung, karena memang ini bikin merinding abis

“Kamu dengar Dytha?” tanya Hanung sambil memegang tanganku

“Iya Mas” jawabku mengeratkan kaitan tangan Hanung ditanganku

Ku dengar Hanung melafalkan ayat kursi serta sholawat tanpa kusadari aku sudah memeluk erat Hanung dari samping, kini mau tidak mau aku percayakan hidupku ke Hanung karena aku tidak ingin berlama-lama tersesat seperti ini

Setelah kurang lebih 10 menit suara gamelan pun hilang, dalam diam kami kembali untuk lanjut berjalan untuk menemukan jalan yang benar

Kini kucoba atur pikiranku dan mengendalikan emosiku agar aku merasa tidak terlalu panik karna jujur fisikku sudah merasa sangat kelelahan karena berjalan tanpa henti untuk mencari jalan yang benar

“Bentar Dyta sepertinya saya hilang arah, ini jalannya diluar peta yang saya bawa” kata Hanung tiba-tiba sambil geleng-geleng kepala dengan ekspresi frustasinya

“Jadi gimana Mas jangan nyerah begini” kataku panik karena melihat wajah frustasi Hanung yang tidak aku lihat sebelumnya “Wait aku bawa ini Mas, barangkali Mas bisa gunain” lanjutku sambil mengeluarkan kompas dari dalam waistbag ku

“Kamu bawa kompas?” tanya Hanung dengan wajah senyum bahagianya
“Iya Elang yang beli” kataku

“Semoga adanya ini kita bisa bertemu dengan yang lainnya” kata Hanung dengan penuh harapan "Kenapa gak dari tadi Dytha" lanjut Hanung dengan mimik wajah terlihat sebal padaku

“Ya maaf baru inget” kataku sedikit sebal juga karna merasa disudutkan

Dengan bantuan kompas dan peta yang dibawanya Hanung kembali mencoba cari jalan yang benar, dengan penuh keyakinan dia terus berjalan dan dia selalu menggenggam telapak tanganku memastikan jika aku berjalan disampingnya

“Mas dengar suara aliran air sungai gak?” tanyaku karena samar-samar aku mendengar suara air sungai

“Dengar Dytha” kata Hanung lalu dengan sigap segera mendekati suara aliran sungai

Akhirnya kita menemukan sungai yang arusnya lumayan kencang, karena dari aliran sungai kita bisa tahu jika posisi utara berada disebelah mana, karena basecamp kita berada di barat seharusnya kita harus menyebrangi sungai

“Sepertinya kita harus segera mendirikan tenda Dytha karna hari akan gelap, kita tidak mungkin mencari jalan ketika hari gelap, bagaimana?” tanya Hanung memberikan saran

“Oke Mas, aku juga udah gak kuat jalan lagi” kataku dengan sisa tenaga yang aku punya

“Oke kita cari tanah yang datar yang gak jauh dari pinggir sungai” kata Hanung

Sesuai saran Hanung kita mendirikan tenda tak jauh dari sungai, dia mengeluarkan goloknya untuk membersihkan semak-semak disekitaran tempat yang akan kami dirikan tenda

Setelah bersih dari bebatuan dan semak-semak Hanung segera mendirikan tenda, aku sedikit membantu Hanung untuk mendirikan tenda sesuai intruksi Hanung karena memang aku minim pengalaman kegiatan outdoor seperti ini

Setelah memasang fly sheet Hanung membuka matras punyanya dan punyaku untuk alas didalam tenda

Aku segera masuk tenda karena memang hawa dingin semakin kuat jika hari akan gelap, kulihat Hanung sedang mengumpulkan ranting-ranting disekitaran tenda untuk membuat api unggun

Tak butuh lama api pun menyala Hanung pun segera menunaikan sholat maghrib, dari dalam tenda aku memperhatikan Hanung yang sedang sholat, dengan bantuan cahaya dari api unggun bisa kulihat wajah Hanung begitu tampan jika terkena air wudhu 

Sejujurnya tak bisa kupungkiri ada perasaan senang dihati tersesat berdua seperti ini bersama Hanung karena bisa melihat betapa Hanung selalu menjaga dan mengkhawatirkanku, aku bisa melihat sisi yang belum pernah kulihat sebelumnya dari Hanung, seperti Hanung yang panik atau Hanung yang takut

“Dytha kamu ada logistik apa saja? Soalnya sisa logistik ditas saya hanya ada susu, ayam goreng instan sama mie instan” kata Hanung membuyarkan lamunanku

“Wait Mas” kataku sambil mengecek tasku

“Ini Mas cuman ada ramen, soup cream instan, nasi instan sama beberapa cemilan” lanjutku

“Kamu pasti lapar, takutnya logistik yang saya punya gak cukup, kan makan kamu banyak” kata Hanung sambil terkekeh mencoba mencairkan suasana karena memang dari awal tersesat kami sudah tegang, panik, dan takut

“Bukan lapar lagi Mas tapi lelah juga baru kali ini kita jalan tanpa henti” kataku merasa takjub sampai geleng-geleng kepala

“Berarti tadi takut membuat kamu gak gampang capek ya, saya juga baru sadar kamu jalan tanpa henti yang biasanya baru jalan 1 menit berhentinya 5 menit” kata Hanung terkekeh sambil menyiapkan air panas untuk menyeduh susu

“Iya Mas ini baru kerasa pundak rasanya kaya abis nguli beras” candaku

“Kaya pernah jadi kuli beras aja” kata Hanung membuatku terkekeh

“Ya enggaklah remaja jompo gini mana kuat jadi kuli” kataku

“Remaja?” tanya Hanung menatap bingung kearahku

“Iya wajah remaja usia orang tua” kataku singkat “Gak terima banget deh ada yang ngaku-ngaku remaja gini” lanjutku mengakak

“Tapi kamu gak keliatan kaya umur 27 tahun loh” kata Hanung

“Iya dong kan awet muda” kataku terkekeh begitupun Hanung 

“Tapi kamu peserta open trip paling senior loh biasanya banyaknya remaja nanggung” kata Hanung tersenyum jahil

“Ini gimana maksudnya dikatain tua sama yang lebih tua gitu” kataku tertawa sarkas 

“Umur 30 tahun gak tua-tua banget deh kayanya” kata Hanung sambil memasak

“Tualah, aaawww panas” kataku sambil meniup tanganku karena tadi langsung mengambil ayam goreng yang baru saja Hanung tiriskan

“Masih panas Dytha” kata Hanung dengan wajah paniknya “Gak papa gak tangannya?” lanjutnya sambil mengecek tanganku

“Gak Papa kok” kataku dengan hati-hati kembali mengambil ayam goreng “Mas besok kita sudah bisa kembali ke basecamp kan?” tanyaku karena aku merasakan takut kembali karena diantara kegelapan hanya ada suara binatang malam serta suara arus sungai yang berada didepan kita

“Aku kangen ibu” rintihku yang sudah hilang minat untuk makan ayam goreng yang ada ditanganku

“Makan dulu, insya allah besok kita kembali ke basecamp” kata Hanung yang selalu penuh harapan

Ku perhatikan seksama wajah Hanung aku ingin kembali ke bawah dengan selamat

Gunung : Gudytha & HanungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang