Setelah 10 menit aku menunggu akhirnya yang lain terlihat juga, Hanung segera menghampiriku begitu pun dengan Febi
“Tumben lo cepet banget jalannya” kata Febi yang sudah duduk di sampingku
“Perasaan gue jalan nyantai kok” kataku karena memang aku berjalan perlahan tidak buru-buru
“Tapi kita ketinggalan jauh loh, lo berani ya jalan sendirian ternyata” kata Febi mengatur nafasnya
“Dytha nanti jangan duluan lagi ya, tadi soalnya terlalu jauh ninggalin yang lain” kata Hanung memperingatiku
“Padahal aku jalan nyantai loh mas” kataku merasa keanehan
“Iya nanti jangan duluan lagi, kalau liat something yang buat kamu takut istigfar ya Dytha” kata Hanung sambil menghilangkan dahaganya
“Kok mas Hanung tahu?” tanyaku keheranan dan dibalas hanya senyuman manis dari Hanung
Jangan bilang kalau Hanung juga tahu kalau aku sedikit terpesona dengan senyumannya, duh malu banget gak sih
“Yok lanjut lagi Yok” kata Hanung memberi semangat
Seperti kata Hanung aku tidak jalan duluan lagi, jika ada hal yang membuatku takut seperti ada yang memperhatikanku disepanjang perjalanan aku memlih perlindungan kepada allah swt atau menggandeng tangan Hanung untuk sedikit menghilangkan ketakutanku
Hanung pun hanya diam ketika aku mencengkram tangannya dan dia selalu mengingatkan ku untuk selalu istigfar dan mengabaikan apa yang membuatku takut
“Selalu istigfar ya Dytha dilawan kalau ada yang aneh dengan tubuhmu” kata Hanung sambil memegang dahiku ketika kami berhenti sejenak disamping tanaman bunga edelwais
“Kenapa aku jadi begini ya Mas, apa aku sedang diganggu makhluk-makhluk penunggu disin?” tanyaku yang teringat kata bu Wanda jika digunung banyak setan
“Kuncinya satu jangan merasa takut, oke” kata Hanung sambil tersenyum yang sukses bikin aku mleyot
“Oke, kan ada Mas Hanung ya” kataku terkekeh dan disambut tawa renyah oleh Hanung
“Duuhh apaan nih ketawa gak ngajak-ngajak” saut Febi yang berada didepan kami, aku dan Hanung kembali tertawa
Kami pun melanjutkan kembali perjalanan ke puncak yang terlihat semakin dekat, aku mencoba menghilangkan rasa takut berlebihanku yang membuat tubuhku merasa aneh
Aku mencoba santai dan rilex jika pendakian ini untuk mengisi liburanku untuk menenangkan batinku yang dimana aku selalu didesak menikah oleh ibuku, liburan ini bukan untuk merusak batinku dengan diganggu oleh penunggu disini
“Cong ayok Cong gue udah dipuncak” teriak Febi yang sudah berada diatas ku
“Wah bentar lagi Mas” kataku bahagia karena perkiraan tinggal beberapa meter lagi aku akan sampai di puncak gunung ciremai
“Ayok semangat Dytha” kata Hanung berlari mendahuluiku
“Aaahhh Mas Hanung tungguin” kataku mengikuti Hanung berlari membuat Hanung tertawa
“Tetap hati-hati Dytha” kata Hanung melihatku terpeleset karena jalan yang sudah berpasir
“Aku duluan pokoknya yang harus sampai puncak” kataku terkekeh yang sudah bangkit lalu berjalan duluan dari Hanung yang tadi ingin membantuku
“Ayok Cong” kata Febi yang sudah berada didekat ku
“Wahhhh” kataku yang sudah berada disamping Febi
“Kita sudah ada dipuncak Ciremai Cong” kata Febi membuatku terbungkam melihat pemandangan didepan
“Selamat Datang dipuncak Ciremai” kata Hanung yang sudah ada disampingku
“Ini aku sudah dipuncak?” tanyaku tertegun karena aku melhat pemandangan dari bawah lalu aku berada dipuncak gunung ini membuatku sedikit terharu
“Cong lo nangis Cong?” Tanya Febi
“Gue terharu teringat perjalanan dari basecamp sampai sini dan disambut pemandangan yang indah dipuncak, lautan awan, matahari terbit dengan cantiknya” kataku sambil menghapus air mataku “Aaawwww” teriakku membuat Febi dan Hanung khawatir
“Kenapa Cong?” Tanya Febi
“Gue lupa luka dipelipis mata gue belum kering” kataku menangis lagi ahhh teringat kenapa ada luka ini bikin kesel dan kulihat Ajeng yang sedang asyik berselfie
“Coba lihat Dytha lukanya?” kata Hanung sambil menyentuh pelipisku
“Aaahhh masa aku foto ada lukanya” kataku merajuk ke Hanung
“Diihh najis lo Cong so imut banget ke Hanung” kata Febi terkekeh membuatku makin merajuk
“Maaf ya Dytha” kata Hanung merasa tidak enak sambil mengelus-elus luka dipelipisku
Karena tidak adanya orang lain selain kita, untuk mengabadikan momen kita menggunakan bantuan tripod untuk menaruh kameranya
Setelah foto bersama-sama kami memilih untuk bersantai sejenak dipuncak sambil berselfi ria
Bayu dan Pandu kulihat sedang memasak sesuatu kebetulan sekali perutku memang lapar, Hanung sibuk memotret Febi yang gayanya bak model papan atas begitupun dengan tim Wulan dan tim Ajeng yang sedang sibuk berfoto
“Mas Pandu dan Mas Bayu gak foto-foto kaya yang lain?” tanyaku sambil menyemil makanan yang sudah disediakan
“Udah pernah lebih jatuhnya udah keseringan kesini” kata Pandu ngakak
“Udah bosen ya bro” sambung Bayu terkekeh
“Cih, sombong amat” kataku berdecak melihat tingkah Pandu dan Bayu
“Cong sini Cong” ajak Febi untuk berfoto bersama
Aku langsung menghampiri Febi dan langsung bergabung foto bersama dengan Febi
“Nice nice” kata Hanung melihat hasil jepretannya di handphone Febi
“Ayok Mas Foto sama Dytha” suruh Febi dan langsung diiyakan oleh Hanung
Tidak seperti sebelumnya yang masih canggung, kini kami bisa berfoto lebih santai, bahkan Febi mengarahkan pose yang harus sesuai keinginan dia
“Wait, kok perasaan lo ngarahin gaya yang buat preweding ala-ala di instagram ya” kataku dan kuakhiri sesi foto dengan Hanung
“Eh tapi liat bagus kan hasilnya” kata Febi sambil menunjukkan hasil jepretannya
Kulihat memang hasil jepretan Febi sangat astetik, dari gaya aku dan Hanung saling bergandengan tangan sambil tersenyum tentu saja pemandangan dibelakang kami lautan awan, gaya posisi aku didepan sambil melihat kearah kamera dan Hanung dibelakangku candid menghadap samping kanan
Dan ini gaya yang paling berbahaya dimana Hanung membelakangi kamera, kedua tangan dimasukkan ke saku celana, melihat kesamping kearahku lalu aku menghadap kekamera tapi tanganku merangkul tangan Hanung dan jangan lupa kepalaku disenderkan ke bahu berototnya Hanung, hhmmmm posisi yang sangat nyaman sekali untuk kepalaku
“Ayok gaes isi asupan dulu” teriak Pandu yang sudah siap menyiapkan makanan
Membuat kami semua bergegas menuju ke arah Pandu karena tak bisa dipungkiri jika perut kami merasa lapar, karena tadi kita hanya mengisi asupan ketika akan summit
Walaupun hanya sebatas mie rebus tapi ini nikmatnya tiada tara karena ditemani pemandangan didepan kami yang luar biasa, belum lagi pemandangan dibelakang kami terdapat kawah gunung ciremai yang menganga lebar

KAMU SEDANG MEMBACA
Gunung : Gudytha & Hanung
RomansaBercerita tentang wanita bernama Alyena Cesna Gudytha yg baru pertama kali mengikuti acara open trip ke gunung berdasarkan iklan yg ia lihat ketika scroll tiktok yg diketuai oleh Hanung Pramudya yg setiap tahunnya pasti mengadakan open trip bebas u...