Hari Pertama Pendakian

22 2 0
                                    

Tepat pukul enam pagi aku dijemput oleh tim pencakar langit, yg bernama Bayu kita panggil saja Mas Bayu rekan dari Mas Hanung

Setelah sampai basecamp pendakian, aku pun berkumpul dengan peserta open trip yg lain yg kuhitung-hitung terdiri dari 12 orang

7 perempuan termasuk diriku dan 5 laki-laki, yang kulihat-lihat mereka sepertinya sering mendaki terlihat dari obrolan-obrolan mereka yang sudah kepuncak gunung yang berada ditanah jawa

Kita sesama peserta saling berkenalan, yah you know gue gak cepat menghapal nama-namanya pokoknya ingatnya perempuan yang keliatan sinis ngeliat gue namanya Ajeng yang petakilan namanya Wulan

Yang tim cowo cuman ingat nama yang sedikit kemayu si Febi, dia juga sama kaya gue ikut open trip seorang diri karena yang lain rata-rata bersama temannya

"Oke Gaes kalian sudah mengenal sesama peserta ya" kata Bayu ditengah-tengah kita yang sedang makan pagi

"Sudah Dong" jawab Wulan dengan gaya khas petakilannya

"Kita nanti mulai trek jam 8 ya setelah makan pagi, melakukan pendaftaran, cek perlengkapan dan kebutuhan masing-masing" jelas Pandu panitia open trip

Setelah Hanung membagi tugas diantara panitia, pendaftaran sudah, cek perlengkapan sudah

Aku pun dibantu sedikit oleh Hanung dalam membenarkan tataan packing ditasku dan mendapat tatapan tidak suka dari Ajeng, kenapa sih itu perempuan suka lo sama Hanung yaelah 

Kita pun bersiap-siap melakukan sesi doa sebelum melakukan pendakian, saat akan melakukan sesi doa tiba-tiba Ajeng menyenggol tubuhku untuk geser kesamping menjauhi Hanung yang tadinya berada disampingku, diihh beneran sinting itu perempuan

"Oke sebelum melakukan pendakian mari kita berdoa agar ketika diperjalanan nanti tidak ada halangan apapun, yang paling penting naik selamet turun selamet, berdoa mulai" kata Hanung memulai sesi doa "Selesai" kata Hanung lagi

Kita pun melakukan liyel-liyel menggabungkan telapak tangan ditengah-tengah dan menyuarakan suara keatas bebarengan

Gini ya Bor ternyata jadi anak pendaki

"Gudytha" panggil Pandu

"Eh iya mas Pandu" sautku yang sedang melakukan pemanasan kaki sebelum trekking sambil menyiapkan treking pole

"Temannya Elang ya?" Tanya nya ramah

"Eh iya Mas hehehe" kekehku

"Baru pertama kali mendaki kan? Kalau capek bilang ya jangan gengsi" kata Pandu tersenyum

"Siap Mas" kataku

***** Star Pendakian *******

Trek diawal kita harus melewati jalur pemukiman warga, banyak rumah-rumah warga yang aku lihat dirumahnya menyimpan banyak hasil kebun yang sepertinya baru saja dipanen

Karena tas yang aku bawa ternyata lumayan berat juga dipunggung dan jalanku yang lambat, aku memilih jalan belakangan bersama Febi yg memiliki speed langkah lambat sepertiku

Dan Hanung selaku ketua dia pun memilih jalan dibelakangku dan Febi, sedangkan Pandu berada ditengah bersama Ajeng dkk, dan Bayu berada paling depan bersama Wulan dkk yang sedang asyiknya haha hihi

Setelah melewati pemukiman warga kita pun masuk ke jalur dimana kanan kiri terdapat ladang atau kebun yang aku lihat ditanami wortel, kol, daun bawang dan sayuran-sayuran lainnya yang biasa kita jumpai di pasar

"Lumayan ya cyiin jalurnya udah bikin engap huuuu" celetuk Febi

"Iya busyet dah" jawabku yang mulai engos-engosan karena jalur semakin menanjak

"Ini baru permulaan loh" kata Hanung terkekeh melihatku dan Febi yang sudah duduk ditanah kebun warga

"Gak papa kan ya Mas kalau kita lambat jalannya" kataku sambil mengatur nafasku

"Gak papa santai aja, nikmatin perjalanannya" kata Hanung

"Tuhhh bep santai aja, jangan kaya ciwi didepan yang sok pake bilang kita lambat" kata Febi dengan gaya kemayunya setelah mendengar celetukan Ajeng yang berada tiga meter di depan kita

Saat Ajeng akan menghampiri kita karena aku Febi dan Mas Hanung tertawa bareng karna tingkah Febi, Febi langsung menarik tanganku untuk lanjut berjalan

Sumpah dimana-mana kaum pria bertulang lunak kalau udah sebel sama orang tingkahnya ngeriin kagak kocak iya

"Ngapain coba liatin kita sinis gitu, kalah cantik apa gimana" bisik Febi saat melewati Ajeng, damn gue bener-bener tahan ngakak

"Lo sih tadi ngakak bareng sama mas Hanung kan Nyai nya jadi ngamok" kataku pelan sambil ngikik

"Yaelah tadi gue denger dari teman-temannya kalau dia cuman mantan yang masih demen sama Hanung, tapi Hanungnya udah B aja" kata Febi mengajak ghibah

"Btw kayanya kita mesti ghibah deh selama pendakian, gak kerasa cape bestie" kataku ngakak dan disambut tawa Febi yang lebih menggelegar membuat semua peserta open trip melihat kearah kita

Kita pun sampai di gerbang pendakian gunung ciremai jalur palutungan, lucu bestie ada patung lutungnya

Aku dan Febi memilih berhenti sejenak untuk berfoto-foto didepan gerbang pendakian, karena yang lain telah duluan berfoto ria mereka pun memilih untuk melanjutkan perjalanan

"Norak!!" Celetuk Ajeng saat melewati aku dan Febi yang sedang berselfie

"Dia ngomongin diri sendiri atau gimana ya" kataku terkikik

"Iya padahal tadi dia videoin pemandangan didepan kita" balas Febi, for your information walaupun kita baru mencapai gerbang pendakian tapi pemandangan kita sudah bagus, pemandangan tengah kota diliat dari atas sini aja udah oke loh

"Mau saya fotoin?" Tawar Hanung kepada ku dan Febi

"Boleh Mas boleh haha, minggir lo gue mau bergaya" kata Febi sambil mendorong tubuhku kesamping sampai hampir terjungkal karena beban cariel yang kubawa

"Tengkyu Mas" ucapku ke Hanung karena jika tidak ditahan tubuhku oleh tangan Hanung terjungkal lah aku ke tanah "Emang bencong yang satu ini tingkahnya ada-ada aja dah" celetukku melihat gaya Febi yang bak model

"Enak ya Bok dipeluk gitu pake tangan kekarnya Mas Hanung" bisik Febi setelah dia difoto oleh Mas Hanung

"Eh gak ada ya peluk dari mana, sinting emang lo" bisikku sambil melotot kearah Febi yang dibalas kikikan

"Dytha mau foto juga?" Tawar mas Hanung kepadaku

"Ayok ayok kalian berdua foto, biar gue yang fotoin" kata Febi sambil memasang wajah menyebalkan, emang sialan bencong yang satu ini

Karena paksaan Febi aku dan Hanung pun foto bersama digerbang pendakian, dan menyebalkannya Febi menyuruh Hanung untuk merangkul pundakku tentu saja hal itu langsung kutolak sebelum Hanung mengiyakan permintaan Febi

Sesi foto pun selesai, kami pun bersiap-siap melanjutkan perjalanan menyusul yang lain yang telah cukup jauh di depan

"Cong matanya makin mau keluar itu natap gue" bisikku ke Febi ketika aku melihat Ajeng menatapku benar-benar seperti ingin nerkam

"Lo gak lihat tadi pas lo foto bareng sama Hanung, anjrit itu mata kalo ngeluarin pisau udah mati lo kayanya karna ditatap begitu" bisik Febi karna Hanung berjalan dibelakang kami

"Nambah musuh gue bae lo" keluhku dan disambut tawaan dari Febri

Gunung : Gudytha & HanungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang