Kehidupanku Yang Sekarang

21 2 0
                                    

“Assalamualaikum” terdengar suara lelaki yang sangat familiar ditelingaku

“Papah” teriakku anak kembarku yang tadi sedang duduk dihadapanku sekarang berlari kearah suamiku sambil mencium telapak tangannya

“Kalian sedang bercerita tentang apa serius sekali?” tanya suamiku yang menghampiriku diikuti anak kembarku

“Mamah cerita pengalamannya pas mendaki gunung sama Papah” cerita Anaya

“Iya Pah” disetujui oleh Shanaya

“Tumben udah gak takut lagi?” tanya suamiku yang sudah duduk disampingku, anak-anak peremuanku kini kembali duduk dihadapanku

“Hhhmmm mereka penasaran waktu lihat album foto-foto pas pendakian jadi aku ceritakan” kataku tersenyum sambil memperhatikan wajah suamiku Hanung yang semakin berumur semakin berkharisma

13 tahun sudah aku membangun rumah tangga bersama Hanung dan dikarunia buah hati perempuan kembar dan sangat cantik-cantik seperti ibunya

Singkat cerita setelah aku mengangkat telepon dari Hanung 14 tahun lalu kami bertemu diacara pernikahan bu Wanda tentu saja itu terjadi kehebohan karena para tamu undangan yang mengenaliku datang bersama Hanung, yaiyalah aku Alyena Cesna Gudytha yang terkenal perawan tua dipabrik menggandeng seorang laki-laki diacara pernikahan suatu fenomena yang langka

Setelah satu tahun pendekatan antara aku dan Hanung, antara Hanung dan Ibuku, antara aku dan kedua orang tua serta neneknya Hanung. Dihari itu diwakilkan oleh Kakak dari almarhum Ayahku,

Hanung melakukan ijab qobul untuk menikahkanku, disaksikan oleh para keluarga dan kerabat aku telah resmi menjadi istri dari Hanung Pramudya

Ketika aku mengandung si kembar Hanung memintaku untuk resign kerja agar aku tidak merasa lelah dan tertekan akibat pekerjaan, karena aku sangat mencintai Hanung dan anak yang sedang aku mengandung aku pun memilih resign agar aku fokus kehamilanku, walaupun awalnya ditolak dengan tegas oleh bu Wanda karena aku hampir diopname karena aku hamil anak kembar imun tubuhku selalu menurun maka dari itu bu Wanda merelakan aku untuk resign

“Pah mendaki gunung seru gak?” tanya Anaya anak perempuanku yang lebih aktif dibanding Shanaya yang lebih dominan mirip Hanung alias pendiam

“Seru kok, berdasarkan cerita dari Mamah menurut kalian gimana?” tanya Hanung balik

“Seru” jawab Anaya cengengesan

“Kalau Shanaya bagaimana?” tanya Hanung ke anak perempuanku yang selalu menjadi tim nyimak

“Keliatannya seru tapi kalau salah sikap nanti seperti Mamah ya Pah?” kata Shanaya dengan jawaban yang membuatku sedikit terkejut

“Betul sekali” kata Hanung tertawa meledekku “Jadi ketika mendaki gunung itu kita posisikan diri sebagai tamu, sebagai tamu kita harus jaga sikap dan ucapan agar tidak menyinggung si tuan rumah” lanjutnya lagi memberi nasehat “Anaya sama Shanaya ingin coba mendaki? Nanti Papah ajak bersama om Elang dan om Pandu serta anak lelakinya yang bulan depan akan mendaki ke gunung Selamet, tapi kalian harus melewati ujian kelulusan minggu depan dengan nilai yang bagus ya” lanjut Hanung memberi penawaran

“Boleh Pah tapi Anaya suruh jaga sikap disana kan terkadang dia petakilan” kata Shanaya memancing emosi Anaya

“Aku gak petakilan ya enak aja” kata Anaya membela diri

“Hanya terlalu aktif ya” ledekku

“Pah” kata Anaya meminta pembelaan dari Papahnya

Antara Shanaya dan Anaya memang yang brojol duluan Anaya namun terkadang lebih bijak Shanaya, kalau kata Hanung Anaya adalah duplikat aku sebagai Ibunya terlebih jika sudah manja sedangkan Shanaya hanya kebagian jiwa nyinyir dari Ibunya

“Ya sudah nanti Papah ajak kalian tapi kalian harus janji sama Papah nilai ujian kalian harus bagus biar masuk ke sekolah yang kalian inginkan, okey” kata Hanung sambil merangkul pundakku, sikap sweetnya masih gak berubah deh bikin melting aja nih suamiku yang satu ini

“Kata Grandma juga harus masuk SMP negri minimal” kata Shanaya memberi tahu

“Kalau kata Grandpa sekolah dimana saja yang penting kita merasa senang, tapi Pah Shanaya katanya ingin jadi dokter seperti Grandpa” kata Anaya membuat Hanung dan aku sedikit terkejut

“Aaahhh Anaya mulutnya ember banget deh” sewot Shanaya membuat Anaya hanya terkekeh dan berlindung kepadaku agar tidak terkena amukan Shanaya

“Shanaya mau jadi dokter?” tanya Hanung lembut

“Iya Pah biar bisa menolong nyawa orang-orang yang tidak punya uang ke rumah sakit, kasian kalau ketemu dengan orang meninggal gitu aja karna tidak punya uang untuk kerumah sakit” cerita Shanaya, just for your information jika Shanaya bisa melihat hal-hal ghaib seperti Hanung

“Hhhmmm niat yang sangat mulia” kata Hanung santai “Kalau Anaya nanti kelak mau seperti apa?” tanya Hanung

“Hhhhmmmm, kalau Anaya mau seperti Omah jadi juragan catering terus jadi dosen kaya Grandma keliatannya enak juga” kata Anaya ngakak membuatku dan Hanung terkekeh

“Gak ada yang mau melanjutkan usaha Papah ya berarti?” tanyaku terkekeh

“Kurang seru ah usaha Papah hanya distro alat-alat pendakian gitu” kata Anaya

“Kita gak suka menggambar terus harus kreatif kan ya Pah biar model yang dijual gak gitu-gitu aja” sambung Shanaya sambil menghampiri Hanung “Sorry ya Pah, kayanya Papah dan Mamah harus punya anak lagi biar usaha Papah ada yang meneruskan” lanjut Shanaya sambil ngelendot dibahu Papahnya

“Anaknya cowok Pah Mah kalau bisa” kata Anaya ngakak

“Berarti kalian sudah siap ya kalau punya adik?” tanyaku tersenyum jahil

“Iya Mah, bosen punya adik kaya Shanaya udah pendiem bisa lihat hantu lagi seperti Papah” ledek Anaya

“Iya untung kita tidak bisa ya Ana” kataku ikut meledek hal itu membuatku dan Anaya tertawa

“Paaaahhhh” saut Shanaya meminta pembelaan dari Hanung

“Gak papa Shanaya kalau ada hantu disekitar Mamah dan Anaya gak usah diusir” kata Hanung tertawa sontak membuatku dan Anaya terdiam

“Memang disekitar kita sering ada Hantu Shan?” tanya Anaya yang bangkit dari rebahannya

“Sekarang aja ada kamu tadi abis melewati rumah kosong didepan gang ya, makhluk penunggu rumah itu ngikutin kamu” kata Shanaya memberi tahu

Sontak membuat Anaya terkejut lalu berteriak histeris langsung duduk ditengah antara aku dan Hanung, hal itu memancing tawa diantara kita

“Boong itu Anaya” kata Hanung terkekeh

“Iiiihhh Shanaya nyebelin deh” sewot Anaya membuat Shanaya tertawa

Seperti itulah kehidupanku yang sekarang mimpi dari ibuku untuk melihat pernikahanku terkabul dan lebih indah lagi ada Anaya dan Shanaya yang membuat ibuku senang jika mereka mengunjungi kerumahnya

Aku yang niatan mendaki gunung awalnya hanya ingin healing karena stress ditanya kapan nikah oleh ibuku, gak taunya malah dapat jodoh yaitu ketua open trip itu sendiri yang kini menjadi suamiku serta Ayah dari anak-anakku

Intinya semua kejadian itu ada hikmahnya, coba kalau ibuku tidak terus menerus menanyakan kapan nikah, aku tidak mungkin stress dan tidak ikut mendaki dan tidak bakal bertemu dengan Hanung

Walaupun prosesnya yang penuh dengan kehororan tersesat digunung berdua tapi kami masih dilindungi oleh allah swt, kami ditemukan dengan keadaan baik-baik saja walaupun beberapa tahun aku masih ketakutan jika membahas pendakian maka dari itu Hanung tidak menjadi ranger lagi dan tidak membuka open trip lagi, ia memilih turun ke kota bersamaku serta memindahkan distronya ke kota

Kini rasa takut itu mulai perlahan hilang karena aku percaya Hanung akan selalu melindungi seperti saat kita tersesat waktu itu, aku pun tidak mungkin melarang anak-anakku menyukai pendakian seperti Hanung selaku Ayahnya, aku percaya Anaya dan Shanaya jika mendaki gunung tidak akan ceroboh seperti ku

Gunung itu unik kita sopan mereka segan kita arogan mereka bantai

END……………..

Gunung : Gudytha & HanungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang