Hari Kedua Tersesat

12 2 0
                                    

Hanung terus bersholawat nabi lalu berdoa meminta pertolongan kepada allah swt, gangguan-gangguan yang baru saja aku dan Hanung alami sudah tidak ada, terlihat wajah Hanung sangat panik sampai keringat di keningnya bercucuran

“Mereka sudah tidak mengganggu lagi Mas” kataku membuka percakapan setelah tidak ada suara-suara dari luar

“Sudah jam 1 Dytha kamu tidur saja, besok pagi kita kembali melanjutkan perjalanan” kata Hanung sambil membenarkan posisi sleeping bag yang sedang aku gunakan

“Mas Hanung gak tidur?” tanyaku

“Aku ingin komunikasi dengan kakek disini untuk membantu kita mencari jalan kearah basecamp” kata Hanung dengan posisi duduk bersila, wait dia benaran bisa hal-hal seperti yang diceritakan oleh Pandu

“Jangan aneh-aneh ah Mas aku takut” kataku yang ingin menangis karena memang takut terlebih aku tidak tahu komunikasi seperti apa yang akan Hanung lakukan

“Kamu tenang aja Dytha saya disini sambil melindungi kamu” kata Hanung sambil menggenggam telapak tanganku hal itu sedikit membuatku lebih tenang “Tidur ya Dytha” lanjutnya setelah aku siap posisi untuk tidur

Pagi pun telah datang Hanung buru-buru membangunkan ku untuk segera bangun, entah kapan Hanung mempersiapkan makan pagi yang pasti semua makanan yang sudah siap ada didepan tenda

“Mas kapan masak?” tanyaku penasaran sambil membereskan rambutku yang masih acak-acakan

“Tadi subuh saya bangunin kamu tapi nyenyak banget tidurnya” kata Hanung tersenyum jahil

“Ah enak” kataku yang baru saja menyeruput susu anget yang telah disiapkan oleh Hanung

“Nanti kita segera untuk melanjutkan perjalanan ya Dytha” kata Hanung yang sedang mengisi amunisi

Makanan yang biasa aku hindari ketika dibawah mau tidak mau aku makan ketika digunung karena tidak adanya logistik yang tersisa karena hanya tinggal mie instan dan nasi instan yang aku bawa

“Dytha kita harus secepatnya turun kebawah luka kamu sepertinya infeksi” kata Hanung yang sedang memperhatikan luka dipelipisku

“Pantesan rasanya makin sakit disekitar mataku ini” kataku sambil menyentuh lukaku

Dengan cepat Hanung membereskan semuanya dan memasukkan kembali tenda serta peralatan masak kedalam carielnya

“Burung itu yang akan membantu kita mencari jalan” kata Hanung sambil menunjuk burung yang bertengger diranting pohon

Aku hanya diam apa ini hasil komunikasi Hanung dengan kakek yang semalam dia ceritakan

Selama perjalanan aku dan Hanung mengikuti burung yang katanya akan membantu kita, tetapi anehnya kita kembali ke jalan dimana yang kita lewati sebelumnya

“Mas ini jalannya benar?” bisikku ke Hanung

“Benar” kata Hanung “Ini jalan kearah goa walet?” tanya Hanung seperti sedang berkomunikasi dengan seseorang tapi aku tidak bisa melihat siapa itu

“Mas lagi bicara sama siapa?” tanyaku ketakutan

Namun Hanung mengabaikan pertanyaanku lalu memaksa membuka waistbag ku entah apa yang ia cari

“Astagfirullahaladzim” kata Hanung terkejut setelah menemukan benda aneh dari dalam tasku “KAMU DAPAT BENDA INI DARIMANA DYTHA!!" tanya Hanung dengan ekspresi marahnya sambil menunjukkan bunga edelwais serta kris kecil

“Dari itu Mas…..” kataku gugup karena baru kali ini melihat Hanung marah terlebih kepada diriku

“Dari mana Dytha?” tanya Hanung mencoba tenang

“Dari pas perjalanan ke puncak Mas, waktu aku berjalan duluan lalu aku meilhat bunga ini bagus terus disekitar pohonnya ada benda unik dan aku bawa buat kenang-kenangan” kataku merasa bersalah tidak berani menatap Hanung

“Masya allah, kan dari awal sudah bilang di group jika ingin bergabung pendakian jangan ambil apapun dari atas ke bawah kecuali foto dan tidak boleh meninggalkan apapun kecuali jejak kaki” kata Hanung yang sepertinya akan hilang kesabaran terhadapku

“Maaf Mas” cicitku sambil tahan tangis

“Saya yang salah saya yang kecolongan tidak memperhatikan betul kamu yang baru pertama kali melakukan pendakian” kata Hanung sedikit frustasi kepadaku

Burung itu kembali terbang sontak Hanung kembali mengikuti burung itu, selama perjalanan aku dan Hanung tidak terlibat percakapan apapun

Setelah melewati lembah kini kita berada ditanah lapang yang dipenuhi rerumputan dan dipinggirnya terdapat mulut goa, oh shit ini dipos goa walet dan burung yang membantu kita terbang ke mulut goa

Hanung berjalan kearah mulut goa menatap penuh bersalah dan seperti sedang berkomunikasi dengan seseorang

“Dytha sini” kata Hanung karena memang jarak aku dan Hanung agak berjauhan

“Iya Mas” kataku

“Kamu taruh kris yang kamu tadi ambil di depan mulut goa” perintah Hanung

“Aku Mas?” tanyaku yang merasa ketakutan

“Iya, gak papa sambil minta maaf gih sana karena udah lancang mengambil barang yang bukan milik sendiri” kata Hanung yang sudah tidak marah

Aku mengikuti perintah Hanung sebelum menaruh benda dan bunga yang aku ambil, didalam hati aku mengucapkan permohonan maaf yang sangat besar kepada makhluk penunggu disini yang membuat mereka marah atas tindakanku

“Sudah?” tanya Hanung setelah aku kembali kehadapannya

“Sudah Mas” kataku pelan

“Lain kali jangan begitu lagi ya” kata Hanung lembut sambil mengusap pucuk kepalaku

Gunung : Gudytha & HanungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang