17. Memastikan

300 33 4
                                    

Marak hal yang booming terjadi di media sosial salah satunya TikTok, tertimbun trend di setiap jari men-scroll layar. Diantaranya trend dengan sound “Gue cabs pake motor cabs-cabs”.

Dari situ Alasya membuat berencana membuat sebuah video singkat. Namun, jika kalian mengira sedang mengendarai motor sendiri itu salah. Karena dari zaman Abu Nawas hingga zaman ia menggemari permen kapas Alasya mana bisa berkendara.

Lebih tepatnya Alasya tengah dibonceng. Bukan, bukan dengan Kaze tapi sama tukang ojek online. Pria muda umur dua puluhan mengenakan jaket hitam berpadu hijau.

“Masnya, mau diajak kerja sama gak?” tanya Alasya seraya menelengkan kepala kepada lawan bicara.

“Asal gak melanggar Undang-Undang dan SARA saya mau, mbak.”

“Pasti masnya berjiwa patriotisme tinggi nih.” Alasya menyeringai mencairkan suasana yang beku akibat abang gojeknya terlalu dingin. “Enggak kok, mas ini cuma trend anak-anak muda.”

“Nanti masnya ikut ngangguk-ngangguk ya kalo saya ngangguk-ngangguk.”

“Oke.”

Ternyata meskipun tampak dingin mas-mas gojek itu masih mau diajak kerja sama yang enggak jelas dan tentu saja tidak membawa keuntungan pada dirinya secara materi.

Begitu Alasya mengeluarkan ponsel lalu menghidupkan kamera laju motor sedikit menurun. Kemudian dia mulai beraksi di atas kendaraan beroda dua tersebut.

“Macet banget kalo naik mobil tua di jalan,  gue sih kalo orang tanya, bro lo cabs pake apaan?”

Alasya membalik ponselnya ke arah dirinya dan abang gojek, serentak menyuarakan, “Gue cabs pake motor cabs-cabs pake motor, cabs pake motor cabs-cabs pake motor.” Tidak kelupaan anggukan kepala.

Menikmati suasana yang mulai menghangat ditambah sepay-sepoy angin sore terasa seakan membawa jiwa Alasya yang penat terbang bebas.

Mungkin ketenangan yang sedang menyelimuti Alasya saat ini, berbeda dengan Kaze. Sejak tadi cowok itu berada di atas motornya di belakang Alasya, hanya jarak tiga motor diantara mereka.

“Gue dijemput sama orang rumah nih jadi gak bisa.” Itu jawaban kasihnya ketika ia mengajaknya pulang bersama.

“Dia lagi ngehindarin gue tapi sikapnya biasa aja? Seolah gak ada apa-apa.” Kaze bermonolog dalam batin. “Apa yang dibilang Ali bener? Alasya gak beneran dan gue sama dia cuma saling memaafkan?”

Dengan begitu seharusnya Kaze tidak masalah karena tujuan awalnya juga seperti itu. Namun, entah mengapa ada rasa tidak suka mengetahuinya. Bukan karena tak terima dipermainkan dan hanya dia yang boleh main-main. Kalo seperti itu Kaze juga rasanya ingin menghajar dirinya sendiri karena terlalu brengsek sekaligus egois.

Hal ini murni sebab kejanggalan dalam hatinya. Meragu itu pasti, maka Kaze putuskan akan memastikan hatinya sendiri terlebih dulu sebelum membuat hubungan yang hanya artifisial ini menjadi konkret.

Sesampainya di tempat tujuan Alasya merasa dirinya sedang beruntung-beruntungnya karena abang gojek tidak mau menerima ongkos yang seharusnya.

“Tadi nyalain aplikasi karena lagi galau aja. Terus mbaknya asik jadi saya gak galau lagi.”

Dengan tangan sambil memegang dua lembar pecahan rupiah Alasya ternganga mendengarnya. Pantes saja motornya cakep banget. Rupanya orang kaya gabut toh.

“Beneran gak mau dibayar nih mas? Ikhlas?” tanyanya meyakinkan.

“Iya, mbak. Makasih juga ya. Kalo belum punya pacar hubungin saya aja.” Mas-mas itu pun menyeringai.

COUPLE KASYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang