27. Yearbook

278 31 0
                                    

Untuk hari Kamis ini nuansa SMA 12 tidak seperti hari-hari biasanya, di mana para murid mengenakan pakaian putih abu-abu ataupun seragam pramuka di hari Rabu.

Mereka bebas berpakaian—walaupun tetap tidak menabrak dengan konsep pilihan kelas masing-masing. Sementara, yang adik kelas sepuluh, sebelas huru-hara kesenangan sebab pulang lebih cepat dibanding yang seharusnya.

MV atau music video memang sangat banyak tampil di kanal YouTube, beragam dari luar negeri maupun dalam negeri dengan genre yang berbeda-beda sama seperti bagaimana mereka berpakaian menyesuaikan konsep dari lirik lagu masing-masing. Dan, hari ini pula sebagian—angkatan jurusan IPS mengadakan pemotretan buku tahunan.

“Gimana-gimana gue udah berwarna belum kalo di kamera?” tanya Vandra sehabis memoles ombre lip cream.

“Udeh-udeh. Itu kamera juga langsung fokus ke lo saking cetarnya make up lo,” sahut salah satu murid perempuan yang tengah mengikat tali leher outer bohemiannya.

“Kalo gue gimana? Cocok gak sih gue takut norak deh.” Kemudian Naomi ikut menghambur ke dekat Vandra.

Lalu tentu saja Vandra langsung memberi dia jempolnya mengacung pada dia. “Paripurna, gak norak sama sekali.”

“Sya, lo gak pernah waxing ya kaki lo banyak bawangnya gitu.”

Alasya yang sedang diam, anteng, adem ayem disenggol sampai perempuan itu menilik tak suka. Mau debat males buang-buang energi. Tapi, kalo tidak diladenin juga menimbulkan rasa greget.

“Mon maaf ya, Vandra gue tau konteks lo becanda atau ngga tapi, diliat dari cara pandang sama nada suara lo sih nggak.” Alasya melangkah mendekat.

Tepat di depan Vandra Alasya sedikit mendongakkan wajah—sebab perbedaan tinggi badan, “Gue jadi penasaran kenapa lo akhir-akhir ini selalu mancing emosi gue? Emang—”

Cekrek

Fokusnya baru saja teralihkan oleh sebuah cahaya kamera yang menyorot ke arahnya tanpa izin. Begitu pun Vandra, mereka terkesiap.

Rupanya sudah di ambang pintu Kaze berdiri tersenyum kepada Alasya lalu derap langkahnya semakin memakan jarak di antara mereka.

“Ngapain nyamperin ke sini lo kan panitia harusnya stand by sana,” kata Alasya mengundang seringaian yang menjengkelkan Kaze.

“Ih, geer. Gue mau ngasih tau sekarang giliran kelas lo yang ke aula—”

Sepertinya Kaze sengaja menjeda kalimat akhirnya sambil menunduk, menyamakan wajahnya dengan Alasya. “Kalo lo-nya ke KAU bareng gue.”

Alasya spontan mundur karena kupingnya terasa geli akan hembusan nafas hangat itu. “Gila, UN sama cap tiga jari aja belum.”

“Udah ah lo aja yang ngasih tau ke warga kelas gue waktunya foto,” lanjutnya malas harus mengeluarkan suara volume kencang agar seluruh murid kelas mendengarnya.

Lantas Kaze menurut memberinya acungan jempol. “WOY, GILIRAN IPS 4 YANG KE AULA GUYS. BURU DAH BURU, soalnya gue mau berduaan sama pacar gue,” ucap Kaze disertai kalimat pelan penuh syahdu di akhir kalimat yang cukup menggelitik hati Alasya.

Naomi sempat bertegur sapa dengan Kaze begitu pun Vandra bersama teman-teman sekelas lainnya yang mengenal sosok Kaze.

Kemudian bersisian Kaze dan Alasya melangkah di baris terbelakang.

Bola mata Alasya menilik lewat sudut matanya. Pasalnya jarak kian terkikis padahal ia berjalan ke depan bukan menyamping kayak kepiting.

“Sya, lo punya tiang kehidupan gitu gak sih?” tanya Kaze sambil memelankan langkahnya agar selalu bersisian di waktu yang sama bersama Alasya.

COUPLE KASYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang