13. Memantapkan Hati

317 33 0
                                    

Masih terbayang jelas bagaimana reaksi akan pernyataan yang Naomi buat mengenai siapa Daftan. Rasanya seperti kembali terhempas setelah diraih ujung tangannya-tadi... disaat ketakutan menyelimutinya Kaze berusaha melindungi dan memenangkannya.

Namun, semua itu terasa biasa saja bagi lelaki itu. Berbeda dengan Alasya yang notabenenya seorang perempuan, tidak pernah lumut bermain perasaan. Menyedihkan sekali posisinya sebagai alat perantara.

Dibilang cemburu, mulut Alasya kaku mengatakannya. Dari awal Alasya juga tahu dan ikut andil diam-diam demi kepentingannya sendiri. Dia tidak boleh egois. Keduanya harus diuntungkan.

Maka... sebaiknya lupakan perasaan dan kembali kesetelan awal.

Lamunannya semakin kabur ketika perlahan laju kendaraan menurun, motor Kaze menepi. Terlihat banyak pedagang kaki lima berderet dengan berbagai menu yang tidak kalah beragam dari daftar buku menu di restoran. Bahkan dessert pun sedia.

"Sya, turun dulu." Alasya yang baru saja sadar dari lamunannya bingung mendadak dirinya disuruh turun di pinggir jalan seperti ini. Apakah Kaze tipe laki-laki yang kejam sehingga tidak mau mengantarkannya pulang karena bukan cewek incarannya?

"Kayaknya lo butuh yang anget-anget, pucet banget gue liat-liat." Kaze menoleh memperhatikan seksama wajah Alasya. "Wedang boleh juga kan."

Tampang teduh dengan satu alis diangkat membuat Alasya tidak bisa berbohong, ia mengaku dirinya terpesona.

"Astaga, sadar dia bukan tipe lo, Ze."

Alasya berkedip lucu sebelum turun.

Sementara Alasya memilih tempat duduk paling pinggir pada bangku panjang, Kaze pergi memesan. Tidak sampai sepuluh menit Kaze menghampiri dengan membawa dua mangkuk wedang ronde.

Alasya menerima salah satunya, menikmati asap yang mengguar dengan aroma khas minuman rempah yang seringkali dijumpai di Jawa Tengah dan Yogyakarta.

"Makasih." Tidak lupa Alasya mengucapkan satu dari tiga kata ajaib. Terima kasih, tolong, dan maaf.

Kaze mengangguk ikut duduk di hadapan Alasya kemudian keduanya sibuk menghabiskan hidangan mereka.

"Kaze, gue mau tanya." Tiba-tiba Alasya mematahkan keheningan.

"Lo suka warna apa?" Pertanyaan random yang membuat Kaze tanpa berpikir lama menjawabnya secara lantang.

"Biru langit, karena cerah jadi ngeliatnya ikut terbawa aura positif," jelasnya tanpa diminta.

Alasya mengangguk-anggukan kepalanya lanjut menyeruput sisa kuah wedang. "Oke."

Meski Kaze tidak bertanya kenapa Alasya tiba-tiba menanyakan hal tersebut, jauh di lubuk hatinya mengepulkan hawa penasaran yang naik dalam benaknya tentang maksud dan tujuan perempuan itu bertanya.

Hari semakin larut, angin malam begitu menusuk kulit. Apalagi berada di pinggiran jalan berdampingan lalu lalang kendaraan melintas. Tentu angin yang terseok-seok bisa membuat orang masuk angin.

Maka dari itu, usai bertransaksi mereka kembali melanjutkan perjalanan. Di mana keduanya asik dalam perbincangan tentang bagaimana ada kucing yang tiba-tiba menyebrang.

"Kenapa sih kucing kalo mau nyebrang tuh diem dulu sampe ada motor mau lewat baru deh menyelonong."

"Kek sengaja banget bikin kitanya kaget ya?" sahut Alasya.

Dilanjut dengan mengomentari seseorang yang tidak bisa menyebrang jalan.

"Emang ada ya orang yang gak bisa nyebrang?" Tangan Kaze menarik rem tangan ketika mobil di depan lampunya menyala merah.

COUPLE KASYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang