24. Terbongkar

418 36 0
                                    

“Bang, martabak keju satu lagi ya.”

Begitulah pesanan Kaze bertambah satu ketika mengetahui bahwa sang pacar mempunyai alergi makanan berbau kakao. Pengertian bukan Kaze sebagai pacar yang baik?

Setelah pesanan jadi dengan kecepatan penuh motornya melaju melewati jalan raya yang kala itu ramai lancar. Biasalah tradisi malam Mingguan.

Ia main kebut-kebutan, saling salip-menyalip dengan pengendara lain bukan karena rasa tidak sabaran ingin menemui Alasya. Tetapi, jikalau waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lewat Kaze jadi tidak enak dengan keluarga Alasya berkunjung saat hari sudah mulai larut.

Beruntung saat Kaze memasuki gang rumah Alasya jarum jam masih berada di arah jam sembilan kurang seperempat.

Kaze menepi di depan pagar hitam tersebut dan dengan sopan memberi salam pada seseorang di dalam rumah.

“Ehh, iyaa waalaikumsalam, siapa ya?”

Yang keluar bukan si anak bungsu melainkan istri pemilik rumah alias bundanya Alasya.

Dengan daster biru tua yang membalut selutut Sarah membukakan pagar. Ia menerka-nerka pemilik wajah familiar tersebut.

“Oh, guru privatnya Alasya, ya?” tebak Sarah secara tiba-tiba membuat Kaze bergeming bingung. “Ah, maksud saya temannya Alasya gitu loh.”

“I-iya, tante. Saya Kaze”

Teman? Rada tidak suka Kaze mendengarnya tapi, buat bundanya Alasya jadi tidak masalah. Kaze hanya tersenyum.

“Ada apa ya, Mas Kaze soalnya Alasyanya udah tidur jadi suka susah dibangunin. Misalnya ada materi yang mau disampain atau dititip bisa ke bunda aja.”

“Materi, tante?”

Kaze mengernyitkan, kenapa daritadi pembahasannya tidak jauh-jauh dengan pembelajaran?

“Iya, siapa tau ada yang kurang pas tadi siang belajar,” Sarah terkekeh sementara Kaze ya makin tidak paham.

“Oh, nggak tante. Saya ke sini cuma nganterin ini buat tante sama Alasya.”

Lantas Kaze memberikan dua plastik yang sedari tadi menggantung di stang motor.

“Loh, kok banyak banget.”

“Gapapa, tante gak sampai bikin saya gak bisa beli bensin juga kok, diterima ya, tan.”

Hati Sarah tergerak, anak laki-laki di depannya ini sudah pintar, tampan, sopan, royal pula. Kenapa Alasya tidak jadian saja dengan anak ini?

“Makasih banyak ya, aduh jadi ngerepotin padahal udah mau jadi guru privatnya Alasya aja saya udah seneng. Itu si bungsu bunda mah dari dulu gak pernah mau di les-in terus Korean mulu tapi cita-citanya pengen masuk universitas gede,” cuti—curahan hati lolos dari wanita dua anak itu.

Kaze memang tidak mengerti arah pembicaraan bunda Alasya ke mana. Namun, sepertinya ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuan dia dan menyangkut dirinya oleh sang pacar.

Kaze berpura-pura paham lalu mengangguk. Mungkin setelahnya dia bisa tanyakan langsung kepada Alasya.

“Kalo gitu saya pulang duluan ya, tante, permisi,” selepasnya Kaze berpamitan.

◇•🥕•◇

Ketiduran dari jam sembilan kurang sampai terbangun pukul delapan pagi, lebih dari 8 jam Alasya tertidur ternyata tidak membuat paginya merasa segar.

Entah kenapa ada perasaan tak enak yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata mengganjal membuatnya berpikir keras.

Tangannya menyentuh dada. “Kenapa ya?” ucapnya bermonolog lalu beranjak menuju dapur.

COUPLE KASYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang