22. Rumit

291 35 2
                                    

Bagai diterpa cuaca ekstrem, dari terik panas baskara yang tiada dua begitu memasuki ruang gedung bertingkat dengan berbagai kios terbuka untuk semua pengunjung perubahan atmosfernya sangat kontras.

Sampai tadi di parkiran masih terasa udara panas, ketika sesaat beradaptasi di dalam ruangan ber-AC lama-kelamaan tubuhnya sedikit merasa dingin. Beruntung buluk kuduk di sekitar lengan dan bahunya tidak sampai berdiri. Bisa malu-maluin kalo sampai itu terjadi.

Bibir merah merona hasil colongan koleksi riasan bunda Alasya bak habis memakan orok. Saat memasuki toko mainan bersama Kaze, Alasya sudah merasa seperti tante dari laki-laki itu. Pergi ke mari untuk membeli mainan untuk anaknya.

Padahal mereka datang ke mari hendak membeli hadiah anak dari sepupu Kaze yang sebentar lagi bertambah usia. Jadi, sebelum pergi ke suatu kafe keduanya pun sepakat mencari benda apa cocok dijadikan kado.

Alasya berhenti di depan cermin kecil yang ada di toko. Tangannya tanpa instruksi, hanya mengikuti dorongan hati menarik ujung kaos Kaze.

Laki-laki itu menoleh keheranan akan ekspresi Alasya. "Why?" Ia lantas putuskan bertanya ala bule. Memanfaatkan wajah menjualnya meski lebih dominan bermuka lokal. Tapi, yang penting ganteng bikin beberapa pengunjung mal lirik-lirik menjumpai Kaze.

"Perasaan tadi di rumah bagus-bagus aja," kata seorang pemula yang masih amatir mempraktikkan tutorial di flatfom Youtube dan TikTok.

"Tante cantik, menurut tante bagusan warna hitam atau yang pink?"

Seorang anak perempuan berambut panjang nan lurus yang entah dari mana bertanya. Untung ada embel-embel 'Cantiknya' jadi Alasya tidak jadi menyemburkan amarah.

"Yang Badte-maru keren, dek."

"Oh, yang ini ya, nte?" Si anak perempuan itu mengangkat kipas portabel berwarna hitam di tangan kirinya. Kemudian Alasya mengangguk sambil tersenyum kaku. "Baik, makasih, tante."

Lihatlah, dia tidak pantas diomeli hanya karena memanggilnya tante. Anak itu adalah potret anak kecil yang terselamatkan karena dapat dengan kesungguhan hati mengucapkan salah satu dari tiga kata ajaib.

Selepas anak yang tadi beranjak menuju rak lorong antar rak lainnya. Tertangkap jelas lewat pantulan cermin senyum jenaka walaupun Kaze sudah memalingkan wajahnya ke arah lain.

Membuat pupil Alasya terpancing meniliknya dengan tajam. "Apa? Emang jelek ya, ngomong aja anjir gak usah ngalus mulu lo."

Usai menetralkan wajah Kaze menatap serius. Tapi, tetap saja tampangnya itu patut dicurigai. "Enggak jelek, Alasya. Cuma-

Nah, kan baru juga dikatakan.

"Mirip gadis kecil yang mencuri make up mamanya."

"Ngomong sekali gue buat kasus pembunuhan di sini loh, Ze."

Pintar sekali Kaze memainkan mimik wajah, kini lelaki itu tengah berpura-pura takut ditatap mematikan oleh oknum Alasya.

"Pake ini ya, Sya?" Kemudian Kaze memamerkan pisau biru dari satu set alat masak-masakan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
COUPLE KASYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang