Selepas mengantar Alasya pulang dengan selamat Kaze tidak langsung pulang cabut ke tempat teman-temannya berkumpul.
Ini sudah tengah malam. Jalanan semakin sepi, lalu lalang kendaraan tidak lagi memenuhi pesisir kota. Hanya beberapa di antara mereka yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Sambil mengepulkan asap rokok melalui jendela yang terbuka Kaze menancap gas begitu cepat menggunakan tangan satu, sementara tangan satunya lagi memegang puntung rokok seperti sopir-sopir angkot yang sering kita jumpai.
Hembusan asap ketika mulutnya menghela dengan mata sayu seolah bagian dari cara Kaze menghempas emosi juga penatnya.
Tidak sampai lima belas menit akhirnya Kaze tiba di tempat sebagian teman-temannya berkumpul usai acaranya berlangsung.
“Yang paling gue sayang setelah mama adalah lo, Alasya,” gumam Kaze menutup pintu mobil lalu bersandar di sana. “Tapi, kenapa semuanya jadi begini. Kacau gak sesuai ekspetasi gue. Harusnya... malam ini kita jadian secara murni, tanpa ada kebohongan.”
Kaze menjatuhkan puntung rokoknya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku.
Dipandanginya penuh makna gelang yang belum sempat ia berikan kepada pemiliknya. “Maaf, Sya... sayang.”
Ia berjalan—menginjak puntung rokok sampai gepeng menuju lampu-lampu menyala terang menandakan ada kehidupan di sana.
Sampai di sana, belum sempat Kaze duduk ia sudah disambut oleh sohib-sohibnya. “Weh, akhirnya datang juga brodi, dah nunggu lama nih.”
Ali datang menepuk punggung Kaze. “Mutusin atau diputusin?” tanyanya.
“Gak mau putus.”
“Lah, anjing geli banget dengernya,” gidik geli Ali mendengarnya.
“Diputusin sih kalo kata gue,” sahut Zaffar menebak raut kusut Kaze.
“Masih ada Naomi dan gue liat-liat Naomi juga suka lo. Apalagi liat reaksinya tadi pas tau lo sama Alasya cuma main-main.”
Mata Kaze langsung mendelik ke arah Zaffar. Menatapnya dengan tajam.
Lelaki itu memberikannya box berisi PS kepada Kaze tanpa tahu situasi Kaze yang sedang kacau. Kepalanya pun sedang panas. Ia mengepal tangannya di sebelah tubuh.
“Ngomong apa aja lo ke Naomi?” tanya Kaze dingin.
Lalu dijawab dengan santai, “Kita jelasin semuanya karena gak sengaja kebongkar.”
“Bangsat! Yang tau soal hati gue cuma gue.” Kaze melirik benda di tangan Zaffar. Itu memang benda yang dia minta saat menentukan hadiah taruhan.
Sekarang benda itu tampak mengesalkan. Lantas dengan kasar Kaze menampar box tersebut sampai terjatuh kemudian menimbulkan suara yang memancing pasang mata melihat ke arah meraka.
Zaffar terdiam kaget juga kesal.
“Gue gak butuh lo pada ikut campur hubungan gue, semuanya jadi kacau gara-gara kalian, anjing!” geram Kaze disaksikan banyak teman satu sekolahannya.
Faisal yang sejak tadi duduk meski memperhatikan perseteruan akhirnya bangun. Melerai keduanya dengan mendorong mundur Kaze santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE KASYA [TAMAT]
Teen FictionTentang bagaimana PDKT seorang Kaze dengan Alasya agar mau jadi pasangan prom night-nya. Alasya dan Kaze awalnya tidak saling ada rasa. Namun, suatu keadaan dengan tanpa sama-sama mengetahui mereka kisah romansa. Alasya mau Kaze supaya tugas-tugas d...