Selamat membaca...
*
*
*“Tempat yang menyenangkannya menurut lo itu ragunan?”
Alasya menuruni motor besar Kaze dengan sedikit melompat tiba-tiba sehingga Kaze yang tidak siap jadi sedikit oleng. Laki-laki itu mendengus tapi, enggan mempermasalahkannya.
“Kita nge-date di ragunan?” tanya Alasya sekali lagi.
Memandang sesaat Alasya, benaknya berputar dalam keterdiaman. Apa gak sesuai ekspetasi dia? Idenya Zaffar emang sesat!
“Mau cari tempat lain aja?” Itu yang ingin Kaze lontarkan namun, berbeda dengan kenyataan. “Kenapa? Gak suka? Mau balik aja?”
Mungkin terdengar sengit sampai Alasya mengerutkan alisnya. “Cowok mah gitu. Pas pdkt aja sok manis, giliran udah jadian najis. Udah ayok!”
Ditariknya tangan Kaze mengikuti langkahnya yang entah menuju ke mana. Kaze hanya bisa pasrah berputar-putar di sana.
Begitu tangannya dilepaskan oleh Alasya. Kaze melipir, mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi bergetar menandakan datang notifikasi.
Ali:
Lo harus bersikap manis selayaknya pacar yang jatuh cinta beneran. Jangan lempeng apalagi galak, njing |Ali:
Inget acaranya masih dua bulanan lagi, langgeng-langgeng lo berdua |Benar kata Ali. Acara prom night masih jauh-jauh hari. Hubungan ini baru saja dimulai. Menggali permukaan informasi tentang Naomi saja belum. Maka tidak seharusnya ia bersikap datar seperti tadi.
Menaruh kembali ponsel ke dalam saku, Kaze mengambil alih ponsel Alasya yang tengah dipergunakan untuk mengambil gambar dua panda menggemaskan sedang bermain.
“Eh? Eh?” Alasya memalingkan wajahnya ke belakang. Rupanya Kaze sudah berdiri tepat nan dekat dengannya. Posisinya saat ini seperti seseorang yang dirangkul dari belakang membuat Alasya bungkam.
Aroma maskulin dari tubuh berbalut kaos hitam menyeruak bercampur dengan aroma parfum manis lembut yang Alasya gunakan.
“Sya, sorry kalo ucapan gue tadi ngeselin,” kata Kaze menyampingkan mukanya pada Alasya.
Alasya enggan menolehkan kepalanya sebab jarak mereka sudah sangat dekat. Namun, hal itu justru dimanfaatkan Kaze untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Mengetuk tombol untuk membalik kamera menjadi kemera depan. Lalu, Kaze mengabadikan potret mereka berdua tanpa aba-aba. Begitupun dengan gerakan Kaze yang secara tiba-tiba mengecup pipi Alasya.
“Anjirt!” sentak Alasya dengan mata yang melebar. Dia juga menyikut perut Kaze.
“Akkh.” Ternyata Alasya punya tenaga yang kuat juga bukan karena sedang manja di depan pacar.
“Kok lo cium gue?” pekik Alasya heboh tanpa sadar menyita atensi orang-orang di sekitarnya. Sudah gitu tempat itu lebih banyak dihuni anak-anak yang datang bersama orang tuanya.
“Kan kita pacaran, Sya. Emang gak boleh?” tanya Kaze tidak lepas dari ekspresi yang tak kalah terkejut.
“YA GAK BOLEH LAH, BODOH.” Tidak segan-segan Alasya mendorong wajah Kaze. “Bukan muhrim, ternoda pipi gue!”
Bukannya kesal, Kaze malah menatap takjub Alasya dengan sudut bibir berkedut samar.
Kemudian, tangan Kaze terulur menghentikan gerak tangan Alasya yang tengah mengusap-usap pipinya bekas kena bibir dia seolah akan melepuh atau menimbulkan rasa gatal bila tidak segera dibersihkan.
“Sya...” panggil Kaze. Laki-laki menatap penuh keseluruhan wajah Alasya yang tampak memerah akibat sengatan terik matahari.
Akan tetapi, ada yang lebih merah lagi. Dua lapis bibir berwarna cerah, perpaduan dua warna yang dipoles sedemikian rupa menjadi gradasi yang natural nan cantik.
Andai saja jatuh cinta bisa memilih mungkin Kaze ingin terjatuh dalam lubuk hati gadis yang kini menyandang status sebagai kekasihnya. Meski begitu status hanyalah status. Tidak ada yang bisa menentukan perasaan.
Perasaannya saat ini sudah tertarik oleh senyum Naomi lewat pandangan pertamanya.
Tersadar oleh lamunan Kaze langsung menarik diri. “Lo haus gak?” tanyanya mengalihkan kecanggungan.
“Iya, haus banget. Gerah lagi,” keluh Alasya mengipas-ngipas lehernya dengan telapak tangan.
Ikut mengantri di salah satu penjual minuman terdekat yang mereka temui. Kaze sedikit-sedikit mengorek.
“Cewek emang rata-rata suka minum manis ya?”
“Enggak juga,” balas Alasya seraya mengaduk es cendol. “Temen cewek gue juga banyak yang suka asem, pait. Kopi item tanpa gula tuh misalnya ada tau temen gue yang suka.”
“Temen lo yang kemarin di kantin pasti sukanya asem-asem. Abis asem banget mukanya pas kita jadian. Dia gak suka sama gue kan?”
“Heh.” Alasya terkekeh. “Parah, nggak lah.” Senyum tersirat Alasya lagi-lagi terukir indah. “Dia sukanya hal yang manis-manis sama kayak gue.”
Mendengar itu Kaze mengangguk-angguk. “Kalo...yang suka bareng lo di kelas?”
Gadis itu bergeming, sedetik dua detik ia menyadari sesuatu serta alasan yang membawa Kaze terikat hubungan ini. “Naomi?”
Kaze tidak menjawab tapi, Alasya yakin pertanyaan itu memang tertuju untuk teman sebangkunya itu. Jelas sudah sekarang pertanyaan, alasan, dan juga perbincangan mereka hanya untuk saling menguntungkan.
“Naomi suka yang pait-pait. Nah, dia itu yang gue bilang suka kopi item tanpa gula.”
Seketika bibir Kaze tersungging tanpa sadar. “Unik.”
Kata-kata itu seolah diucapkan setulus hati.
◇•🥕•◇
“Kaze, mau naik gajah,” ucap Alasya berdiri tidak mau bergerak dari tempatnya berpijak.
Kaze yang sudah berjalan terlebih dulu terpaksa mengembalikan tubuhnya mendekati Alasya. “Gajahnya kuat gak nopang badan lo?”
Dilempari pertanyaan seperti itu tentu Alasya tersinggung dan langsung menyoroti Kaze dengan tatapan horor namun, malah tampak bak anak kecil yang sedang ngambek.
Ah, apaan sih bocil banget. Kalo Naomi pasti gak gini nih. Batin Kaze menggerutu.
“Yaudah bentar gue beli tiketnya dulu, ” ucap Kaze melenggang ke loket.
Mata Alasya menyorot datar ketika melihat punggung Kaze. Dia sendiri tidak tahu akan sampai kapan permainan yang baru dimulai babaknya ini berakhir. Sejujurnya saat ini ia takut. Takut akan ada perasaan nyaman terhadap Kaze.
Tapi, sedetik kemudian bayangan tak beralasan yang jelas itu terhempas jauh digantikan oleh alasan hubungan simbiosis ini. Kaze yang sepertinya ingin mendapatkan Naomi dan dirinya yang menginginkan kemudahan dalam mengerjakan tugas-tugas serta materi persiapan US dan UTBK. Intinya Alasya ingin 'otak' Kaze. Lalu, kesempatan itu muncul.
Tidak lama Kaze berbalik badan. Alasya langsung mengubah aura wajahnya menjadi ceria kembali. Perempuan itu menarik bibirnya untuk tersenyum lebar.
“Nih, kasihin ke masnya.” Kaze menyerahkan tiket yang baru dia beli kepada Alasya. Lantas menunjuk dengan dagu ke seorang pemuda penjaga beberapa gajah yang memang sengaja dijadikan objek sarana rekreasi.
“Makasih, Kazeeee.”
“Segitu senengnya dia?” ucapnya bermonolog menatap Alasya yang hendak menaiki salah satu gajah dengan dibantu pawang gajah tersebut . Tanpa sadar ia tersenyum tipis.
Ketika gajah mulai berkeliling bersama sang pemandu Kaze mengeluarkan ponsel lantas mengambil tiga kali potret objek itu. Kemudian menyimpannya kembali ponselnya ke saku celana. Melipat dua tangan di depan dada.
*
*
*
*
Sampai jumpa!

KAMU SEDANG MEMBACA
COUPLE KASYA [TAMAT]
Novela JuvenilTentang bagaimana PDKT seorang Kaze dengan Alasya agar mau jadi pasangan prom night-nya. Alasya dan Kaze awalnya tidak saling ada rasa. Namun, suatu keadaan dengan tanpa sama-sama mengetahui mereka kisah romansa. Alasya mau Kaze supaya tugas-tugas d...