25. Cemburu

404 36 0
                                    

Memasuki jam pulang Alasya masih berkutat di mejanya meski berbondong-bondong warga kelasnya mulai meninggalkan kelas.

Bukan karena betah menjadi penghuni ruangan tersebut melainkan tugas geografi yang lupa dia kerjakan harus dikumpulkan hari itu juga. Tugas membuat peta benua Asia buat Alasya frustrasi. Sepertinya tidak ada secuil pun jiwa yang ia miliki sampai-sampai sesulit ini.

Berkali-kali Alasya mencoret garis yang sengaja dibuat getar supaya menimbulkan kesan mirip yang di google tapi berkali-kali pula Alasya kembali menghapusnya. Kertas gambarnya juga sudah menjadi tipis saking kasarnya Alasya menggosok.

Ini baru soal gambar, belum memasuki tahap pewarnaan. Beruntung ada tiga orang temannya yang juga belum. Setidaknya Alasya tidak benar-benar sendirian yang belum mengerjakannya.

Urusan Kaze yang biasanya pulang bareng Alasya sudah mengirimi pesan singkat agar lelaki itu tidak membuang waktunya untuk menunggu.

Tapi, bukan Kaze kalo langsung mengiyakan hal penting ini. Iya, pulang baren Alasya kini masuk agenda pentingnya yang tidak boleh terlewat.

Kaze berlari dari seberang gedung IPA melewati lapangan tanpa rem. Sampai ketika Kaze menghentikan langkahnya dadakan karena hampir menabrak tubuh Naomi yang baru keluar kelas.

Dari meja Alasya dapat menangkap sosok mereka berdua bak pasangan serasi.

“Ehh, sorry, Nom,” kata Kaze dengan seulas senyum.

“Iya, gapapa, Ze. Kenapa deh buru-buru banget?” tanya Naomi ramah.

“Cewek gue masih di dalem?”

“Oh, Alasya?” raut Naomi seketika berubah muram. “Iya, dia masih di dalem.”

“Iya, cewek gue kan cuma satu,” kekehnya terdengar menawan.

Begitu tak sengaja matanya bertemu mata Kaze, Alasya langsung membuang muka. Kaget bercampur malu.

Kaze melenggang masuk dan duduk di bangku kosong depan meja Alasya.

“Ngerjain apa sih serius amat,” kata Kaze tidak suka dicuekin.

Ingin sekali Alasya mencecoros, buta lo mata lo! Tapi, Alasya tidak sekasar itu.

“Gambar peta,” singkatnya.

“Tumben gak minta bantuan gue?” ceplos Kaze tidak bermaksud.

Lantas Alasya mengangkat wajahnya menatap Kaze. “Gitu banget ya gue di mata lo?”

“Enggaaa, Asya, astaga.”

“WA gue masuk kan?” Alasya bertanya sarkas membuat Kaze mengangguk. “Terus ngapain gak pulang malah nungguin gue?”

Tanpa rasa bersalah Kaze memukul kening Alasya dengan pensil warna yang tergeletak. “Gak usah geer. Sebagai panitia buku tahunan gue mau ikut rapat.”

Alasya mengerucup sebal sambil menggosok keningnya. Sudah tugas tidak selesai-selesai ada lagi gangguan temannya setan.

Mengambil tangan Alasya gantian Kaze yang menggosok lembut kening Alasya. “Gue bantuin sini.”

“Gak usah,” tolaknya seraya melirik ketiga orang yang masih sama-sama menyelesaikan tugas gambar peta tersebut.

“Cuma bantuin arsir tipis nanti tinggal lo tebelin.” Kaze mengangguk meyakinkan. Lantas Alasya yang sudah capek menyerah saja.

Tidak butuh memakan waktu banyak arsiran peta Asia yang diinginkan Alasya jadi. “Makasih.”

“Hm, kalo gitu lo lanjutin nih gue mau rapat dulu nanti kalo bisa lo jangan pulang duluan. Bareng aja.”

COUPLE KASYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang