33. TAMAT

800 61 7
                                    

“Aku pulang duluan ya, kak mau nyiapin buat besok,” ucap Alasya sambil melepas apron coklat.

Perempuan di seberang sana pun menjawab, “Iya, Sya-sya. Siap-siap sana jadi maba.” Kemudian ia terkikik geli.

Lonceng dream catcher berbunyi kala pintu kaca itu terbuka. Menampakkan sesosok orang berpakaian semi formal sambil membawa tas selempang kulit.

Ikut mengantri di belakang dua orang yang lebih dulu berbaris di depan meja pemesanan.

Sampai tiba giliran Kaze yang memesan, seperti biasa Kaze selalu menyebutkannya nama orang yang selama setahun ini menghilang bahkan jejaknya sengaja ditutupi oleh orang-orang sekitarnya.

“Atas nama siapa, kak?”

“Atas nama Alasya,” ucap Kaze.

Bahkan sampai pindah ke kota lain—karena studi perkuliahan pun hatinya masih tertinggal di kota lama yang penuh kenangan bersama Alasya.

Dengan kepala memiring hendak menuliskan nama pelanggan di gelas, barista perempuan bername tag Leni itu mengangkat matanya menilik sosok Kaze. Diam sejenak lalu lanjut bekerja.

“Baik, ditunggu dulu ya pesanannya.”

Kaze mengangguk lantas beranjak duduk di salah satu kursi bar yang menghadap ke halaman luar kafe.

“Al, maaf bisa gantiin aku bentar gak? kebelet nih,” kata Leni.

“Oh iya, kak bisa kok.” Alasya meletakkan tas selempang yang hendak dipakainya kembali ke meja dekat mesin kopi.

“Lah, canggung banget ini manggil nama sendiri.”

“Iye, padahal cowok loh yang mesen,” balas Leni dengan raut julid.

Nampan yang dipegang Alasya berisi tiga gelas cup dengan berbagai varian dan nama di cupnya. Ia keluar dari pintu dapur bersiap memberikannya kepada para pemesan.

Sebagai pelayan baru di kafe ini ia harus terbiasa melayani pelanggan secara langsung, meski kebanyakan Alasya ditempatkan di bagian dapur atau balik layar yang jarang berinteraksi kepada orang luar.

“Atas nama Primo.”

Kening Kaze berkerut mendengar suara familiar.

“Terima kasih, selamat menikmati...”

Ini tidak salah lagi. Kaze menoleh cepat ke sumber suara. Setelah setahun lamanya hilang tanpa jejak kini tiba-tiba muncul kembali tanpa aba-aba.

“Atas nama... Alasya!” rasanya sedikit canggung menyerukan namanya secara gamblang meskipun tahu di dunia ini namanya memang tidak limited edition.

Postur tubuh kekar, bahu lebar dengan  tatanan rambut berubah namun tetap sama, sosok wajahnya yang itu... milik seorang Kaze Syahreza bukan Afgan Syahreza seorang penyanyi yang pernah main film bareng Maudy Ayunda.

Mata Alasya berhenti di satu titik objek nyata. Bergerak mendekat membuat jantungnya berdetak cepat. Orang itu yang ia hindari bahkan meminta kepada orang-orang agar tidak memberitahu keberadaannya.

Akan tetapi, justru bertemu langsung dengan tanpa direncanakan bukan?

Ini sudah bukan lagi kota Bekasi tapi, Semarang tempat yang memerlukan waktu enam jam untuk mencapainya dari Bekasi.

“Atas nama takdir kita bertemu. Berjarak geografis tapi sepertinya kita udah tertulis di garis. I miss you, Alasya Tami.”

◇•🥕•◇

“Kenapa menghindar?” tanya Kaze tergesa-gesa menahan Alasya agar menghentikan langkah cepatnya. “Gue tau gue salah. Tapi, kenapa lo sampai menghindar begini, Sya?”

COUPLE KASYA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang