Backsound : Shania Twain - You're Still The One
• Chapter 17 : Found Out •
Langit Bologna yang gelap tanpa bercahayakan rembulan malam ini sama sekali tak berkontribusi bagi cahaya lampu untuk menciptakan siluet dari bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur renaisans yang mengelilingi alun-alun Piazza Maggiore.
Malam ini tidak banyak orang berkeliaran di sana. Selain awan mendung yang nampaknya akan menurunkan butiran air hujan, waktu yang sudah larut pun membuat orang-orang memilih untuk mengistirahatkan tubuh mereka di atas ranjang empuk.
Di antara bayangan bangunan tinggi yang mengelilingi Piazza Maggiore, seseorang bersembunyi diantara gang gelap tersebut dengan tenang. Kulit putih cerahnya yang bersembunyi dibalik tudung hitam serta kain yang menutup setengah wajahnya terlihat begitu kontras dengan keadaan gang yang suram. Terdapat 2 belati perak yang dia sembunyikan di balik ikat pinggang kulit yang dikenakannya.
Mata kecilnya senantiasa mengamati keadaan sekitar dengan tenang. Saat mendengar suara langkah kaki yang terseok mendekat ke arahnya, dia dengan gesit menembakkan kawat berujung kail besi ke atas bangunan di dekatnya. Setelah ujung kail tersebut tersangkut pada tembok di atas, kawat tersebut dengan cepat memendek dan menarik tubuhnya naik ke atas hingga dia berhasil naik sampai ke atas bangunan.
Orang dengan suara langkah yang diseret itu ternyata hanyalah seorang pria yang mabuk. Meski begitu, dia tetap waspada dan segera bergerak untuk menyembunyikan dirinya lagi di balik siluet gedung-gedung bergaya abad pertengahan.
Di seberangnya kini adalah Palazzo d'Accursio yang ditutup pada malam hari. Sementara di gang lain terdengar suara orang-orang yang sedang menikmati festival akhir musim panas. Bukan festival yang besar, namun cukup menarik minat orang-orang untuk berkumpul di sana.
Setelah bersembunyi dibalik bayangan menara, pria itu mengeluarkan kertas lusuh dari balik jubahnya; sebuah denah yang berisi detail bangunan-bangunan yang ada di tengah kota Bologna. Kertas tersebut dia arahkan pada tempat yang memiliki sedikit cahaya yang berasal dari lampu untuk dapat melihatnya. Ada tanda bulatan asal yang dibuat menggunakan spidol merah juga garis putus-putus di beberapa tempat yang dia buat sebagai rute perjalanannya.
Beberapa saat mata hitam kecil yang tajam itu mengamati denah tersebut, lalu setelah dirasa cukup dia melipat kembali kertas lusuh itu dan menyimpannya di tempat yang sama seperti sebelumnya.
Tubuh kecilnya kemudian dengan lihai melompat di atas arcade yang memiliki lebar sekitar 2 meter tanpa takut jatuh sedikitpun. Gerakan tubuhnya yang gesit membuktikan bahwa dirinya sudah terlatih dan berpengalaman. Wajah dibalik kain penutup itu tak berekspresi sedikitpun seolah dia hanyalah sebuah boneka tak bernyawa.
Ketika sampai di tempat yang dia tuju, dia turun dari atap dengan kail besi dalam genggamannya, bergelantungan diantara atap balkon dan berhenti di salah satu balkon kamar tanpa suara. Dua buah belati di balik jubahnya dia ambil, perlahan masuk kedalam pintu balkon yang tidak terkunci dan mengendap-endap kedalamnya. Cahaya remang yang berasal dari lampu tidur itu lebih dari cukup untuk membuat matanya menangkap keberadaan seseorang diatas ranjang yang tengah terlelap.
Dengan langkah kaki yang senyap, dia membawa tubuhnya mendekat ke arah ranjang sehingga siluet tubuhnya kini membayangi tubuh seorang pria yang terbaring disana.
Menyadari kehadiran orang lain di sana, pria di atas ranjang kemudian membuka matanya lebar-lebar dan terhenyak ketika melihat siluet seorang pria bertudung panjang yang berdiri di sebelah ranjangnya.
"Siapa kau?!" Pertanyaan sia-sia tersebut tak mendapat jawaban sedikitpun. Pria bertudung justru melebarkan tangannya yang masing-masing menggenggam gagang belati dengan posisi mata belati yang berada di arah luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missouri (ChanBaek) | COMPLETED
FanfictionGriffins adalah lambang dari takhta itu sendiri, dia berada di tingkat kejayaannya dengan Rudan Park sebagai otak dibalik kejayaan itu. Dan Missouri adalah saksi bisu dimana pria berhati baja tersebut memiliki nurani teruntuk anak kecil keras kepala...