"They're not Griffin."
Pernyataan Chanyeol membuat Baekhyun memasang raut wajah bingung. Ada ketegangan tak kasat mata diantara mereka seolah sebuah benang yang kusut baru saja di tarik dan diluruskan. Kening Chanyeol berkerut dalam dengan kewaspadaan di matanya. Dengan cepat dia menarik tangan Baekhyun memasuki vila, menuju ruangan kontrol CCTV setelah memanggil Edward untuk ikut datang ke sana.
"Mereka penyusup. Siapkan barikade dan hubungi markas utama."
Tepat setelah kalimat itu, Edward langsung mengirimkan serentetan kode darurat ke markas utama. Keempat kapal boat itu berhenti di pelabuhan dan orang-orang keluar dari sana. Mereka pria bersenjata dan jumlahnya lebih dari 10 orang. Beberapa bahkan membawa senjata berat peluncur roket jenis javelin dan bazooka.
"Seriously? This isn't a war, dude!" Komentar Baekhyun yang juga saat ini tengah melihat CCTV.
"Yes, this is a war, babe. C'mon." Chanyeol dengan cepat menarik tangan Baekhyun menuju gudang persenjataan di basement. Namun sebelum sempat sampai disana, sebuah ledakan yang diakibatkan peluncur roker terjadi di bagian barat vila, membuat bangunan itu roboh dan reruntuhannya menghalangi jalan masuk kedalam gudang senjata.
"Fuck. Itu satu-satunya gudang senjata di vila ini." Gigi Chanyeol beradu kesal. Langkahnya dengan cepat menuntun Baekhyun kembali ke kamar lalu mengambil sebuah pistol dari kopernya. "Kita harus menaiki bukit. Apa kau bisa melakukannya, Quin?"
"Sure."
"Edward, aku akan ke bunker di bukit." Ujar Chanyeol ketika Edward berlari ke arahnya dengan terburu-buru.
Edward mengangguk dan menyerahkan handy talky pada Chanyeol, "stay safe, master. Kami akan menahan mereka disini dengan senjata yang ada."
"Sebaiknya kalian juga berpencar ke tempat yang aman."
"Tidak perlu khawatir, master. Anda pergilah."
Chanyeol merasa dirinya seperti pengecut yang meninggalkan anak buahnya untuk bertarung sendirian sementara dirinya kabur ke tempat yang aman. Tetapi saat ini dia bersama Baekhyun, nyawa Baekhyun adalah yang terpenting untuk saat ini. Lagipula, peperangan di pulau terpencil ini tak akan memiliki akhir yang baik untuk mereka dengan keadaan persenjataan yang sekarang. Akan lebih baik jika dia berhasil mencapai bunker di atas bukit dimana bunker itu juga merupakan tempat gudang senjata cadangan. Persentase kemenangan mereka sangat kecil tanpa senjata di bunker sebab musuh mereka memiliki peluncur roket yang bisa meledakkan mereka hanya dalam 1 bidikan.
Setelah perbincangan dengan Edward, Chanyeol dan Baehyun langsung bergerak cepat keluar dari vila, menyusuri jalan menuju bukit yang ada di belakang vila. Bukit itu cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup lama bagi mereka untuk sampai di puncaknya. Andaikan yang ada di belakangnya bukanlah orang-orang yang dikirim untuk membunuh mereka, Baekhyun sudah akan menyerah untuk menaiki bukit tersebut karena dia sangat lelah.
"Fuck! Seberapa jauh lagi?" Baekhyun menyandarkan tubuhnya pada batang pohon, mengambil nafas dengan rakus sembari mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Jalanan untuk sampai ke atas cukup terjal hingga orang yang tak terbiasa mendaki seperti dirinya cukup kewalahan.
Chanyeol yang berjalan di sebelahnya juga ikut berhenti, dia menatap Baekhyun yang kepayahan dengan sejenak lalu mengecup bibir merah lelaki itu secepat kilat, "1 ciuman untuk 1 kata kasar."
"Hei! Ini bukan waktu yang tepat untuk itu." Baekhyun menahan suaranya, inginnya dia berteriak keras hanya saja dia tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk itu.
"Naiklah, aku akan membawamu di punggungku." Chanyeol berbalik, menunjukkan punggungnya pada Baekhyun dan sedikit merendahkan tubuhnya agar Baekhyun bisa dengan mudah naik ke sana. Namun Baekhyun justru berdecih dan mengambil beberapa langkah didepan Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missouri (ChanBaek) | COMPLETED
FanfictionGriffins adalah lambang dari takhta itu sendiri, dia berada di tingkat kejayaannya dengan Rudan Park sebagai otak dibalik kejayaan itu. Dan Missouri adalah saksi bisu dimana pria berhati baja tersebut memiliki nurani teruntuk anak kecil keras kepala...