BAB 17 | Denganmu

37 3 0
                                    

BAB 17 | Denganmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BAB 17 | Denganmu

"Apa yang kamu lalui pasti berat, tapi aku yakin kamu pasti kuat."

Hubungan Saka dan Aurora berjalan begitu saja tanpa adanya status. Keduanya sama-sama nyaman dengan kedekatan tersebut. Aurora sebenarnya khawatir jika Denaya mengetahui kedekatannya dengan Saka. Ini akan menjadi sumber masalah besar jika sahabatnya itu tahu.

Ziya dan Denaya dulu pernah bertengkar hebat karena mencintai orang yang sama. Namun pada akhirnya mereka dapat akur kembali. Bukan suatu hal yang mudah untuk membuat mereka akur. Hingga munculnya perjanjian yang mereka terapkan di persahabatannya. Perjanjian tersebutlah yang membuat persahabatannya awet hingga sekarang.

Dengan dekat dengan Saka, sama saja melanggar satu poin dari perjanjian tersebut. Apalagi Denaya masih sangat mengharapkan Saka untuk kembali. Namun kini Aurora hanya ingin menikmati rasa bahagia yang selama ini tidak pernah dia rasakan. Meski dia tahu, akan ada bom yang siap meledak entah kapan.

"Saya gak memaksa kamu bercerita loh, Ra," ucap Saka ketika Aurora terdiam. Perempuan itu bukan ragu bercerita tentang masalah eyangnya, tapi sedang memikirkan bagaimana jika Denaya mengetahui kedekatan Saka dan Aurora.

"Eh gak, saya gak terpaksa." Aurora menyandarkan tubuhnya pada kursi. "Aryan datang ke rumah, ngomong sama Eyang kalau kita pacaran. Padahal kita sudah putus."

"Masalahnya, Aryan adalah seorang dokter," lanjutnya.

Saka mengerutkan dahinya. "Memangnya kenapa kalau dokter?"

"Keluarga besarku rata-rata jadi dokter, mas." Aurora tersenyum masam. "Dan Eyang mempunyai prinsip, bahwa kesuksesan itu dilihat dari profesinya apa. Eyang selalu menginginkan anak dan cucunya dokter, paling enggak punya profesi yang menurut Eyang tidak memalukan keluarganya."

"Aneh ya keluarga saya?" lanjut Aurora sambil tertawa.

Meski Saka melihat Aurora yang tertawa, dia melihat sorot kesedihan di mata Aurora. "Eyang kamu tidak terima dengan pekerjaanmu?"

"Iya," jawab Aurora sambil menganggukan kepala. "Eyang selalu mempermasalahkan pekerjaan saya, mas. Saya tetap dianggap pengangguran."

"Tapi dari saya kecil, Eyang emang gak suka sama saya apalagi Mama," lanjut perempuan itu sambil tersenyum masam sebelum Saka menanggapi ucapannya.

Saka kemudian bertanya dengan hati-hati. "Kenapa Eyang tidak suka dengan kamu, Ra?"

"Ada sesuatu hal yang belum bisa saya ceritakan, mas."

Laki-laki tersebut lalu menganggukan kepalanya. Kemudian meraih tangan kiri Aurora dan digenggam dengan kedua tangannya. "Apa yang kamu lalui pasti berat. Tapi aku yakin kamu kuat, Ra. Saya bersedia mendengarkan semua keluh kesahmu, mungkin bisa sedikit meringankan pundakmu. Atau mungkin saya bisa mencarikan solusi agar kamu bisa keluar dari masalahmu."

Jumpa Rasa [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang