BAB 27 | KeputusanPerihal sebuah hubungan kadang tidak jelas arahnya kemana. Aurora sadar dia dan Saka sudah terlalu jauh, namun hubungan mereka belum ada tanda sebuah kejelasan. Baik keduanya sudah saling mengenal keluarga masing-masing. Saka sudah kenal keluarga Aurora, begitupun Aurora yang sudah kenal dengan keluarga Saka.
Aurora tidak tahu dengan dirinya sendiri. Di satu sisi dia ingin hubungan ini ada status kejelasan, di sisi lain dia takut apabila Saka memberikannya kejelasan. Perempuan itu tidak siap dengan permasalahan yang akan terjadi nantinya. Namun, dia juga tidak ingin kehilangan seorang Arsaka. Laki-laki yang berhasil membuat gelisah hatinya.
Hari ini, Aurora bingung harus bagaimana. Setelah mengecek ponsel tadi pagi, ratusan pesan di grup Whatsapp membuatnya gelisah dan kebingungan. Denaya sejak semalam meminta bertemu. Namun Winny dan Ziya semalam ada kesibukan sendiri, sedangkan Aurora semalam tidak membuka ponsel sama sekali.
Siang ini mereka akan berkumpul. Denaya sudah uring-uringan di grup Whatsapp sejak semalam perkara Gayatri yang memberitahukannya bahwa Saka membawa calon. Jelas hal ini membuat Aurora gelisah sejak membuka ponsel pagi tadi. Aurora ingin bercerita kepada Saka, namun dia ragu.
Dan sekarang, Aurora, Denaya, Ziya, dan Winny sudah berkumpul di tempat biasanya. Mata sembab Denaya terlihat sangat jelas di sana. Rasa bersalah Aurora pun semakin bertambah. Wajah sendu sahabatnya membuat dadanya sesak tak karuan.
"Na..." panggil Ziya hati-hati. Denaya sejak tadi hanya diam melamun.
Denaya tersenyum kecut. "Tadi malam gue telpon Gayatri, adiknya Saka. Gue mau ajak dia ketemu, bentar lagikan ulang tahunnya Saka. Gue mau nitip kado. Baru gue ajak ketemuan, dia bilang gak bisa karena ada acara makan malam bersama keluarganya. Dan lo tahu, acara apa itu?"
"Saka membawa calon ke rumahnya," lanjut Denaya.
"Positif thinking aja, Na. Mungkin calon lurah, ya gak guys," sahut Winny yang langsung dapat pelototan Ziya.
"Gue gak ada harapan lagi, ya?" ucap Denaya. Air matanya menetes. "Gue tahu gue beda agama sama dia, tapi... gue masih sayang banget sama dia."
Ziya melirik ke arah Aurora yang terdiam bingung harus menjawab apa. "Gini deh, Na. Seumpama kalau kalian masih bersama, kalian bakal dihadapkan pilihan yang sulit. Kalau Saka sih gak mungkin mau meninggalkan agamanya, kalau lo? Emang mau?"
"Gaklah," jawab Denaya dengan cepat.
"Mungkin ini jalan yang sudah diatur, Na. Kalian beda keyakinan, dan kalian sama-sama tidak bisa mengorbankan," sahut Aurora.
Winny mengangguk setuju. "Bener tuh kata Aurora. Mungkin ini emang takdir Tuhan, Na. Supaya kalian sama-sama tidak mengorbankan. Bener juga tuh kata Ziya, emang kamu mau pindah agama?"
"Btw, lo semalam dimana Ra?" tanya Denaya dengan tatapan curiga ke arah Aurora. "Lo sama sekali gak aktif loh, biasanya lo gak pernah gak aktif."
"Itu, gue lagi jalan sama cowok gue," jawab Aurora ragu-ragu.
"Siapa?" tanya Denaya dengan cepat
Ziya menaikkan sebelah alisnya dan menatap ke arah Aurora. Sedangkan Aurora menghela nafas lalu berusaha untuk tersenyum tersenyum. "Nah itu dia..."
Seorang laki-laki berkaos navy menghampiri meja mereka. Aurora pun berdiri ketika seseorang itu sudah sampai. "Kenalin ini pacar gue, Fauzan."
"Hai! Gue Fauzan," ucap Winny dan Denaya serentak.
Sedangkan Ziya menatap Aurora dengan raut wajah sangat kaget. "Ra? Serius?"
Denaya mengerutkan dahinya. "Lo kenapa kaget, Zi?"
"Gak... Itukan Aurora lumayan lama jomlo gak seperti biasanya. Jadi kaget aja," jawab Ziya seadanya. Dia tidak menyangka Aurora akan mengambil keputusan ini.
Aurora tersenyum dan merangkul lengan Fauzan. "Gue duluan ya... Udah ada janji. Denaya, sorry ya gue gak bisa lama-lama."
"Udah gakpapa, aman," jawab Denaya mengacungkan jempol.
Sementara di pintu cafe ada seseorang yang melihat dan mendengar pembicaraan mereka. Senyum samar terukir di bibirnya.
♥♥♥
"Ra lo udah gila apa? Apa maksudnya lo uda punya pacar? Siapa tadi? Azan? Paus?"
"Fauzan, Zi. Lo kenapa heboh sih, kan udah biasa gue gonta-ganti pacar." Aurora terkekeh. Dirinya kini sedang mencuci piring di kontrakan mininya. Setelah dirinya pamit undur diri, Ziya berhasil menemukannya di kontrakannya. "Udah selesai kumpulnya?"
"Ra..."
Aurora menghela nafas lalu mengelap tangannya yang basah. Setelah itu berbalik ke arah Ziya. "Ini solusi yang baik dan benarkan, Zi?"
"Gue gak tau jalan pikir lo, Ra." Ziya menggeleng-gelengkan kepalanya lalu berjalan ke arah sofa, sedangkan Aurora duduk di tangga.
"Kalau lo ambil keputusan ini, lo sama aja menyakiti lo sendiri dan Saka," lanjut Ziya.
Aurora tersenyum masam. "Memangnya gue sama Saka ada hubungan apa? Dia itu hanya kasihan sama gue, Zi. Dia cuma temen."
"Astaga Ra... Ya Allah, Astagfiruallah." Ziya terlihat gemas. Tangannya membentuk mode mencakar. "Buka mata lo, Ra. Saka itu cinta sama lo, begitupun dengan lo!"
"Gue?" Aurora terkekeh. "Emang gue bisa jatuh cinta?"
"Lo lihat Denaya tadi? Gue gak mungkin setega itu sama dia, Zi. Gue gak bisa bersama-sama dengan rasa bersalah," lanjutnya.
"Denaya sudah menerima lamaran Reno, Ra. Lo kayak gak kenal Denaya aja. Dia gak pernah bisa terima kalau mantannya jadian sama sahabatnya. Meskipun Denaya udah nikah pun, pasti juga gak bakal terima," ucap Ziya dengan nada bicara menggebu-gebu.
"Dia nerima lamarannya?"
Ziya mengangguk. "Gue gak paham jalan pikirnya Denaya. Dia waktu itu yang nolak Reno, setelah itu dia sendiri yang sedih karena nolak. Dia merasa kehilangan setelah reno menghindarinya. Terus dia akhirnya menerima lamaran itu, tapi di sisi lain dia juga masih mengharap Saka."
"Urusan Denaya kita hadapi bersama-sama. Kita ngomong baik-baik ke dia. Gue tahu ini susah, tapi kita belum mencobakan? Denaya itu sudah move on dari Saka, dia hanya gak rela aja Saka mendapatkan yang lebih dari dia," lanjut Ziya.
"Gue takut, Zi."
"Takut apa?"
"Gue bingung, gue takut. Gue gak tahu dengan semua ini, dengan hubungan ini, dengan perasaan ini. Gue takut," ucap Aurora sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
Ketakutan dan kebingungan menguasai Aurora sehingga dia mengambil keputusan secara tiba-tiba. Rasanya bingung dengan apa yang kini dirasakannya.
"Gue tanya sama lo deh, lo cinta gak sama Saka?"
♥♥♥
Ditulis, Exsalind
25 Juni 2022Aku pernah dalam posisi ketakutan akan sebuah perasaan yang hadir karena terbiasa bersama. Akibat ketakutan itu aku kehilangannya. Untuk seseorang yang dulu pernah memberi warna... cerita ini bukan terinspirasi darimu. Tapi bagian rasa ketakutan ini sumber imajinasiku. Maaf jika menyelipkan kisah kita di antara bait-bait tulisanku. Sungguh semua sudah aku rubah, tidak seratus persen sama. Hanya kuselipkan sedikit, pada bab-bab Aurora ketakutan dan kebingungan. Maaf dan terima kasih selalu menjadi sumber inspirasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jumpa Rasa [Selesai]
RandomJomlo tidak ada dalam kamus Aurora. Perempuan tersebut anti dengan kesendirian tanpa kekasih. Rekor terlama dia menjomlo adalah tiga hari saja. Baginya pacar adalah asupan vitamin untuk dirinya. Meskipun tak jarang terkhianati, namun Aurora gampang...