BAB 10 | Putus atau Terus?Aroma rumah sakit semakin tercium tajam oleh hidung Aurora ketika matanya yang terpejam mulai terbuka perlahan. Gorden putih yang pertama kali dia lihat. Tidak ada siapa-siapa, namun semenit kemudian seorang perawat datang dan tersenyum ramah. "Alhamdulillah nona sudah sadar."
"Saya di IGD ya, sus?" tanya Aurora memastikan dimana dia sekarang.
"Iya, dokter Saka membawa nona ke sini saat nona pingsan di lobi tadi."
"Saka?" Aurora kaget, dan kekagetannya bertambah ketika melihat pemilik nama tersebut datang. Kemudian pemilik nama itu menyuruh perawat tadi meninggalkan mereka berdua.
"Bagaimana? Masih pusing?"
Aurora masih terpaku tidak percaya, dari sekian banyak dokter-dokter di rumah sakit ini kenapa harus Saka yang menolongnya. Padahal di rumah sakit ini pacarnya bekerja, lalu di mana dia? Dengan kepala yang masih pusing, Aurora mendudukan diri. "Masih sedikit."
"Hm... Ra, bolehkah saya tanya?"
Aurora mendongakan kepalanya, menatap Saka. "Apa?"
"Kamu punya trauma dengan rumah sakit?"
"Saya tidak suka rumah sakit," jawab Aurora. Setelah itu dia turun dari tempatnya berbaring tadi. "Oh iya, kamu tahu ruangannya Aryan?"
"Aryan sebentar lagi datang, tadi sudah saya panggilkan."
"Terima kasih, dok."
"Terima kasih untuk?"
Aurora menaikan alisnya. Apa maksud Saka bertanya seperti itu kepadanya. Jelas-jelas Aurora berterima kasih karena Saka sudah menolongnya.
"Untuk saya yang menolongmu, atau untuk saya yang memanggilkan pacarmu?" tanya Saka lagi dengan lebih jelas.
Aurora memutar kedua bola matanya lalu menjawab, "dua-duanya." Kemudian perempuan tersebut berjalan meninggalkan Saka.
"Aurora." Panggilan Saka membuat langkahnya berhenti.
"Jangan memaksakan diri, sama saja kamu menyiksa diri sendiri," ucap laki-laki itu ketika Aurora berhenti.
Aurora berbalik lalu tersenyum. "Terima kasih dokter Saka."
❤️❤️❤️
"Kamu gak papa kan, Ra?" tanya Aryan ketika bertemu dengan Aurora di depan IGD. Aurora yang masih merasakan pusing malas menjawab pertanyaan Aryan. Toh dia bisa lihat sendiri keadaan Aurora yang masih mengumpulkan energi setelah pingsan.
Aurora tidak ingin semua ini terus berlanjut. Rumah sakit, pacar dokter, dan semua yang berkaitan dengan rumah sakit. Aurora ingin menghentikannya. Untuk kesekian kalinya Aurora memutuskan untuk mengakhiri hubungannya. "Kita putus aja ya, Yan."
"Ra?" Arya terlihat tidak terima. Raut mukanya bingung.
"Dari awal, gue gak suka punya pacar dokter. Gini nih gue yang tersiksa."
"Kita baru sebentar, Ra. Masa putus sih? Aku gak mau."
Aurora menatap wajah Aryan yang memohon untuk memperpanjang masa pacaran. "Gue tidak butuh persetujuan. Sekali gue ngomong putus, maka ya putus. Thanks, Aryan!"
Kemudian perempuan itu segera meninggalkan rumah sakit. Dia sangat tidak tahan rumah sakit, namun sebenarnya dia juga tidak tahan tidak punya pacar. Ada beberapa alasan yang hanya diketahui beberapa sahabatnya. Pacaran, putus, pacaran lagi adalah fase yang terus berputar di kehidupan Aurora sejak dulu.
Sampai detik ini dia tidak pernah merasakan cinta meski sudah berulangkali pacaran. Aurora pun tidak berharap bertemu cinta karena ia tidak percaya cinta itu ada. Hidupnya hanya dihabiskan untuk bisnis dan berbahagia bersama teman-temannya. Aurora juga bersyukur mempunyai teman-teman yang menerima dia apa adanya. Tidak mempermasalahkan segala keputusan Aurora pribadi. Mereka selalu mendukung asal Aurora bisa bahagia, karena mereka paham bagaimana Aurora bisa bertahan.
Setelah ini dia akan menghabiskan waktu di gerainya. Membantu karyawannya menyelesaikan pesanan, atau sekadar melihat kesibukan mereka sambil bercengkrama guyonan penghilang lelah kerja. Aurora suka melihat mereka terlihat asik dalam bekerja. Impian Aurora adalah menciptakan suasana kerja yang santai tanpa adanya tekanan. Jadi, kebahagiaan karyawannya adalah keutamaanya.
Mereka asik bekerja sambil ngobrol hal-hal random. Tertawa dengan lelucon receh dari masing-masing.
Terkadang Aurora ikut nimbrung, sejenak menghilangkan penat yang selalu Aurora simpan sendirian."Mbak Rora stok emping habis, Bu Yasiem gak bisa produksi dari 3 hari yang lalu karena beliau sakit. Kita cek di Mbak Safi juga lagi gak produksi sementara karena ada hajatan. Sedangkan permintaan konsumen yang belum terpenuhi ada 150 pcs mbak."
Aurora kini sedang di ruang kerja mininya mndengarkan permasalahan yang terjadi. "Cari supplier lain yang kualitasnya sama gak ada?"
"Ini kita masih mengusahakan mencari supplier lagi mbak."
"Oke, kalau sampai besok kita tidak mendapatkan supplier pengganti. Maka kita cancel saja pesanan tersebut. Ini juga kesalahan kita kan yang lupa gak lihat stok dulu. Nanti biar saya yang ngasih pengertian kepada mereka. Yang penting sekarang kita usahakan dulu mencari supplier pengganti. Dan bilang juga ke mereka tentang permasalahan ini, diberi pertimbangan bahwa emping saat ini kualitasnya kurang sama dengan biasanya mau atau tidak kalau mereka nanti tidak mau bisa dicancel."
"Baik mbak, terima kasih."
Aurora tersenyum dan menganggukan kepalanya sebelum karyawannya meninggalkan ruangan. Setelah itu dia menyenderkan dirinya ke kursi sambil tangannya memijat pelipis. Cukup kewalahan jika supplier tidak bisa memproduksi, apalagi dalam jangka waktu panjang. Sebenarnya dia sudah punya cadangan supplier untuk menghindari kehabisan stok, namun untuk produk kali ini dia hanya mempunyai 1 cadangan saja akibat menurunnya permintaan pembeli membuat supplier mengundurkan diri.
Niatnya pergi ke gerai adalah untuk meringankan sejenak penat, namun ternyata di sini juga ada beberapa masalah. Tetapi sampai sore, bahkan hampir malam Aurora baru pulang dari gerai. Padahal karyawannya sudah pulang sejak pukul empat sore tadi, dan dia pukul lima lebih baru memutuskan untuk pulang ke kontrakannya.
Sampainya dikontrakan Aurora bergegas mandi karena dia orang yang tidak betah jika tidak mandi. Berbeda dengan orang-orang jaman sekarang yang malas mandi, justru Aurora tipe orang yang gak bisa gak mandi. Seusai membersihkan diri, perempuan itu langsung naik ke atas menuju kasur empuknya.
Sambil beristirahat dengan memberingkan tubuh di kasur enpuknya, perempuan tersebut scroll beranda instagramnya. Hingga tak terasa jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Biasanya jam segini Aurora belum tidur, tapi hari ini dia ingin tidur lebih awal karena kelelahan. Aurora letakkan ponselnya di nakas kecil dekat kasurnya, lalu memejamkan mata.
Tiba-tiba ponselnya berdering membuat dia tidak jadi memejamkan mata. Dengan rasa malas Aurora mengambil ponselnya lagi dan melihat siapa yang menelponnya. Matanya menyipit, tidak percaya dengan nama orang di layar ponselnya.
"Halo," jawab Aurora sambil menguap.
"Sudah tidur ya?"
Aurora yang masih tidak percaya si penelpon malam ini melihat kembali layar ponselnya sebelum menjawab. "Hm.. hampir tidur, ada apa sih dok?"
"Saya di depan pagar kontrakanmu."
❤️❤️❤️
ditulis, Exsalind
11 Mei 2022Mumpung lagi rajin nulis lagi update lagi😂😂😂
Terima kasih sudah membaca cerita ini❤️❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Jumpa Rasa [Selesai]
DiversosJomlo tidak ada dalam kamus Aurora. Perempuan tersebut anti dengan kesendirian tanpa kekasih. Rekor terlama dia menjomlo adalah tiga hari saja. Baginya pacar adalah asupan vitamin untuk dirinya. Meskipun tak jarang terkhianati, namun Aurora gampang...