BAB 30 | Jumpa RinduZiya mengemudikan mobilnya tanpa berkata satu kata pun. Sedangkan Aurora sejak tadi bertanya kemana dirinya akan pergi. Hingga mobil milik Ziya membelok ke sebuah restoran yang sangat familiar. Restoran milik temannya Saka, restoran di mana dia dan Saka selalu menghabiskan waktu untuk bercengkrama.
"Zi? Lo disuruh sama Saka, ya?"
Ziya tidak menjawab dan hanya mengintruksikan Aurora untuk mengikutinya. Jantung Aurora berdetak sangat cepat, tangannya dingin, ketika langkah kakinya mengikuti Ziya yang menaiki tangga. Dan seperti dugaannya, sesampainya di rooftop ada Saka di sana.
"Zi... Maksud lo apa?" tanya Aurora dengan nada kesal.
Sedangkan Ziya justru melambaikan tangan ke arah Saka kemudian mengacungkan jempol. Aurora pun melirik ke arah Saka yang tertawa. "Gue udah tahu soal lo sama Fauzan cuma pura-pura."
"Dar—"
"Ssssttt..." Ziya memotong ucapan Aurora dan mengunci mulutnya dengan jari telunjuk. "Penjelasannya nanti aja. Lebih baik lo akhiri masa galau lo itu. Sumpah Aurora gak pantes banget galau gara-gara cowok, padahal biasanya tukang bikin galau cowok-cowok."
"Dok Sak... Saya titip Aurora, ya! Jangan disakiti, kalau dok Sak nyakiti Aurora saya maju paling depan. Da... da..."
Sepeninggalannya Ziya, Aurora bingung harus bagaimana. Kecanggungan menyelimuti mereka setelah hampir dua minggu tidak berjumpa. Kemudian dia menghela nafas panjang, setelah itu memberanikan diri menghampiri Saka yang duduk di tempat biasa.
Aurora berdiri dengan jarak satu meter di depan Saka. Matanya yang tak berani menatap laki-laki tersebut di arahkan ke arah matahari yang perlahan menyembunyikan diri. Jari-jemarinya bertautan dan bergerak tak beraturan. Kakinya terasa lemas, telapak tangannya dingin, dan jantungnya berdetak kencang.
"Apa kabar Aurora?" tanya Saka sambil berdiri. Mata Aurora lantas memanas mendengar suara itu lagi.
Sedangkan Saka terkekeh melihat Aurora yang masih berusaha menghindari kontak mata dengannya. "Kamu gak rindu saya?"
"Gak," jawab Aurora cepat dengan nada judes.
"Yakin?" Saka terkekeh. "Kata Ziya kamu galau ya gak ada saya?"
"Idih pede banget dok! Itukan kata Ziya."
"Makanya saya tanya kamu, kamu kangen gak sama saya?"
Akhirnya Aurora memberanikan menatap mata Saka. Arsaka Dwi Atharwa, laki-laki yang berhasil memporak-porandakan hati Aurora. Menciptakan rasa-rasa yang tak terduga bisa hadir di hidupnya. "Mas Saka sendiri kangen gak sama saya?"
"Kangen gak ya?" ucap Saka sambil terkekeh pelan.
Aurora berdecak kesal. Dia ingin tahu jawaban Saka terlebih dahulu sebelum dia melontarkan pernyataan bahwa dirinya juga merindukan Saka. Sedangkan Saka kembali terkekeh pelan melihat wajah cemberut perempuan di depannya yang menggemaskan.
"Saya kangen kamu, Ra," ucap Saka lembut dan tersenyum.
Mata Aurora berkaca-kaca tanpa dia duga. "Saya juga kangen."
Saka langsung menarik Aurora dalam dekapannya. Kemudian dikecup puncak kepala Aurora. Sedangkan Aurora membalas pelukan Saka dengan erat. Mengobati rindu yang selama ini dipendamnya. Beberapa saat kemudian Saka memundurkan sedikit tubuhnya agar dapat menatap Aurora namun kedua tangannya masih melingkar dipinggangnya.
"Saya tuh kangen masakan Mas Saka, bukan Mas Sakanya," elak Aurora.
Lantas Saka terkekeh dan menarik pelan ujung hidung Aurora. "Masih aja gak ngaku."
"Ara..." panggil Saka sambil menatap lembut Aurora.
"Hm..."
"Saya sayang sama kamu." Jari jemari Saka menyingkirkan helaian rambut Aurora yang menutupi wajah. "Bukan rasa sayang karena kasihan yang seperti kamu pikirkan. Saya tidak pernah memberikan kamu kejelasan karena saya ingin memberi kamu ruang untuk beradaptasi dengan rasa. Saya tidak ingin kamu menerima saya karena alasan kamu berpacaran selama ini."
Aurora mengerutkan dahinya. "Mas tahu alasan saya selalu berpacaran."
"Tahu." Saka menganggukan kepalanya. "Kamu ingin merasakan kasih sayang yang sejak kecil tidak pernah kamu dapatkan dari orang tua. Sedangkan dengan berpacaran kamu bisa mendapatkan kasih sayang itu meski bukan dengan orang tua. Betul?"
Perempuan dalam dekapan Saka itu pun menganggukan kepalanya. "Dari mana mas tahu?"
"Saya hanya menyimpulkan dari awal kita dekat. Makanya, saya gak pernah memberikan kepastian soal hubungan kita. Saya cinta kamu, Ra. Saya ingin kamu merasakan cinta itu dengan sendirinya. Oleh karena itu, saya ingin hubungan kita berbeda dari hubunganmu sebelum-sebelumnya."
"Saya takut," jawab Aurora pelan dan menunduk.
Saka mengerutkan dahinya. "Takut Denaya?"
Aurora menggelengkan kepalanya lalu menatap kedua bola mata Saka. "Bukan. Tapi itu juga salah satunya."
"Saya takut dan bingung dengan rasa yang tidak pernah saya jumpai sebelumnya. Bersama Mas Saka, saya bisa merasakan berbagai rasa yang selama ini ingin saya rasakan," lanjutnya.
Perempuan itu menatap sepasang mata Saka yang memandangnya lembut. Mencari-cari jawaban dari mata Saka atas keseriusan ucapan laki-laki itu tadi. "Saya sangat berterima kasih sama Mas Saka yang sudah mencintai saya. Rasa itu... Saya juga merasakannya. Saya ngaku, saya cinta sama Mas Saka. Tapi saya takut dengan rasa itu, saya juga bingung dengan rasa itu. Saya tidak ingin menyakiti siapa pun. Denaya, Mas Saka, makanya saya memilih menghindari Mas Saka. Karena saya mencari tahu, rasa apa yang sebenarnya saya rasakan."
Saka tersenyum mendengar pengakuan Aurora. Ini bukan pertama kalinya Saka jatuh cinta, tapi ini pertama kalinya dia bisa jatuh cinta berulang kali dengan orang yang sama. Semenjak dekat dengan Aurora, ada rasa ingin menjaga dan membahagiakan perempuan tersebut. Saka ingin selalu mengukir senyum di wajah perempuan penyembunyi sendu itu.
"Ra, saya tadi bilang ingin hubungan kita tidak seperti hubungan kamu sebelum-sebelumnyakan?" tanya Saka yang dijawab anggukan kepala oleh Aurora. Kemudian Saka merogo sakunya dan mengeluarkan kotak beludru berwarna merah. "Menikah dengan saya, Ra..."
♥♥♥
Ditulis Exsalind,
26 Juni 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Jumpa Rasa [Selesai]
De TodoJomlo tidak ada dalam kamus Aurora. Perempuan tersebut anti dengan kesendirian tanpa kekasih. Rekor terlama dia menjomlo adalah tiga hari saja. Baginya pacar adalah asupan vitamin untuk dirinya. Meskipun tak jarang terkhianati, namun Aurora gampang...